IV. runaway with stranger

28 7 0
                                    

Pagi itu aku bangun dengan suara keributan yang memekkan telinga. Suara tembakan serta pedang yang berdesing membuatku membuka mata dengan cepat. Pintu kamarku digedor dengan kasar, aku dilemma dan panik saat memutuskan untuk membuka pintu kamarku atau tidak. Jika di luar ada sebuah serangan dari teroris atau pemberontak, orang yang menggedor kamar pintu kamarku dengan bisa saja salah satu dari penjahat yang sedang berusaha membukanya tapi aku harus mempertimbangkan kemungkinan besar lain bahwa bisa saja Pak Albert yang ditugaskan untuk menjagaku sedang berusaha mendobrak pintu demi menyelamatkanku.

Belum sempat aku mengintip lewat lubang kunci, suara gedoran di pintu kamarku semakin keras hingga membuat kaca di meja riasku bergetar. Jantungku berdetak semakin kencang, di antara ketakutanku aku berusaha mencari cara untuk mengamankan diriku. Aku berlari ke kamar mandi tanpa suara lalu menguncinya dari dalam. Karena kamarku di asrama ini cukup luas, aku punya waktu untuk memikirkan kemungkinan jalan keluar lain yang mungkin bisa aku gunakan sebelum orang itu bisa menggeledah satu persatu bagian kamarku. Sayangnya, pikiranku semakin kacau saat aku mulai dapat mendengar suara asing yang terdengar menyeramkan.

"Ini benar kamarnya!"

"Geledah tempat ini sekarang, aku yakin dia masih di sekitar sini."

Gigiku gemeletuk karena panik yang menguasaiku serta ketakutan yang menyelimutiku. Aku bersembunyi dibalik tirai kamar mandiku, menyembunyikan diriku yang sedang berdiri di atas bath up kering. Langkah kaki itu terdengar mendekati kamar mandi, aku berusaha menahan suara benturan gigiku yang bisa didengar mereka. Satu-satunya jalan teraman adalah safe room yang bisa kutuju lewat sebuah pintu rahasia di balik cermin besar yang ada di kamar mandiku ini tapi aku tidak yakin jika safe room akan aman untukku. Pikiranku berkelana pada semua kemungkinan terburuk termasuk jika aku sampai di safe room tapi ternyata safe room sudah dikuasai para penjahat-penjahat itu.

"Cepat geledah kamar ini sampai ke celah-celahnya!" teriak seseorang dengan suara lantang. "Komandan telah menemukan banyak target di sebuah ruangan kecil dekat ruang makan."

Hatiku mencelos karena tahu itu salah satu safe room yang universitas kami miliki. Air mataku sudah menggenang saat suara langkah kaki itu mulai mendekati kamar mandi . Dengan pasrah aku mengambil salah satu botol shampoo yang kumiliki dan melemparnya ke jendela kamar mandi. Persetan dengan mereka yang mendengarku di dalam. Aku harus bisa keluar dari sini segera. Untung saja Tuhan baik sekali padaku hingga kaca yang seharusnya tidak pecah dengan sekali lemparan botol itu akhirnya pecah. Tanpa pikir panjang aku melompat keluar dan berlari sepanjang atap dan melompati dinding dan cerobong asap yang menghalangi. Tidak peduli dengan kakiku yang luka dan darah yang mengalir deras dari tanganku, aku terus memacu langkahku, mengingat mereka sudah tahu bahwa aku berhasil keluar dari kamar dan sekarang mereka mungkin sudah berada tak jauh dariku. Aku tidak berani menengok ke belakang, sebisa mungkin aku mencari jalan yang berkelok dan terhalang dinding agar mereka tidak mudah menargetkanku dengan tembakan mereka. Strategiku berhasil saat peluru-peluru mereka hanya bersarang ke dinding atau melesat jauh dariku.

Saat sampai di ujung atap, tepat saat aku akan melompat turun, sebuah peluru berhasil bersarang di pundakku. Akibatnya aku mendarat dengan tidak sempurna ke tanah. Kakiku rasanya sudah remuk dan tanganku gemetar menahan efek dari tembakan barusan. Aku berdiri dengan tertatih, mencoba berlari dengan langkah tak seimbang. Hutan terlarang hanya berjarak lima puluh meter di depanku, harapanku aku bisa melarikan diri ke dalam sana dan paling tidak terbebas dari mereka yang sedang mengejarku. mitos hutan terlarang yang penuh mala petaka adalah urusan belakangan. Suara langkah mereka yang megejarku semakin terdengar jelas seiring langkahku yang melemah menuju hutan terlarang.

Saat aku baru memasuki area hutan terlarang itu, aku merasakan seseorang menarik lenganku dan tiba-tiba mulutku dibekap lalu semuanya berubah menjadi gelap.

What Happened in the CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang