Bunga Keempat: Gugur

16 0 0
                                    

Kitalah lembaran-lembaran daun yang (nanti) akan jatuh. Berguguran. Entah itu karena terpaan angin yang datang tiba-tiba, atau hanya tersentuh embun pagi yang bergelantungan.

Terkadang; hembusan angin yang kencang melepas kita dari ranting yang rapuh.
Atau membawa tubuh kita terhempas menuju aliran sungai yang dingin, dan bermuara di laut lepas.

Atau tak jarang angin membawa kita bergelantungan di dahan yang mengering. Berserakan di jalan yang luas, disapu dan dimasukkan ke dalam tong sampah.

Kita benar-benar menyadari, bahwa kita adalah makhluk tak berdaya. Sungguh tak berdaya tanpa pertolongan-Nya.

Tapi katakanlah; bahwa kita tak akan menjadi sia-sia setelah terlepas dari dahan yang telah memberikan kita hidup.
Dari warna hijau muda hingga coklat menua. Biarkanlah takdir itu semakin menguatkan langkah kita yang getir, tersiram hujan, terombang-ambing angin. Hingga kita berguguran dan melebur di atas tanah merah.

Tubuh kita melebur bersama sari-sari tanah. Namun biarkan kebaikan-kebaikan kita tetap menghijau dan tumbuh subur, meski kita tetaplah akan gugur.

Karena (mereka) akan datang di kala kita hanyalah seorang diri, di kala memeluk ketakutan dan harap-harap cemas menghadapi waktu penentuan.

Sebab kita tetaplah akan gugur. Seperti daun-daun maple yang terlepas dari ranting-ranting yang mengering.

Lambat laun; namun pasti.

Maka jadikanlah sisa-sisa masa hijau yang kita miliki untuk menebar benih kebaikan seluas-luasnya. Agar ketika telah tiba waktunya bagi kita untuk melebur dengan tanah, masih ada benih-benih yang akan terus tumbuh mengirimkan bulir-bulir pahala untuk kita.

Seikat Bunga UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang