6

3.6K 184 2
                                    

🍁🍁

Renjun memakai duffle coat hitam selutut dan menepuk-nepuknya pelan. Tak lupa, ia rapikan rambut belah tengahnya dengan jari agar lebih tebal ke sisi kanan.

Tangannya meraba meja kecil untuk mengambil parfum baru yang ia beli di toko parfum tempat Rea bekerja.

Sang kakak diam-diam sedang mengintip aktivitas adiknya dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka. Ia melihat Renjun menyemprotkan parfum beberapa kali ke mantelnya. Matanya menyipit melihat itu.

Perlahan, ia majukan wajahnya untuk mencium wangi parfum.

"Aku tahu kau disana," kata Renjun menyimpan botol parfum.

Kakak Renjun akhirnya masuk kamar. "Hehe, bagaimana bisa tahu?"

"Pintunya bergerak sedikit tadi. Ada apa?" Renjun mengambil tasnya dan menaruhnya di bahu.

"Mau kemana? Rapi sekali dan wangi. Ehm, parfum baru ya?" Tanya kakak Renjun penuh selidik sambil melihat parfum yang tersimpan di meja.

"Mau keluar sebentar, jangan kuatir, aku akan pulang sebelum malam." Jelas Renjun mendorong kakaknya pelan agar keluar dari kamarnya.

"Ey, jangan mengusir. Boleh aku lihat parfumnya?"

"Tidak." Renjun terus mendorong kakaknya sampai di ambang pintu.

"Hanya melihat saja tidak boleh." Ia melihat Renjun mengunci pintu kamar. Ia mendecih kesal sekaligus aneh melihat tingkah adiknya yang tidak biasa.

"Kau akan menghabiskannya nanti." Renjun berjalan meninggalkan kakaknya.

Kakaknya mengikuti. "Kenapa dikunci? Tidak biasanya." Ia menyeimbangkan langkahnya dengan Renjun. "Ah, dari perempuan ya?"

Renjun gelagapan mendengar itu. "A-ah apaan? Ayo sana! Jangan menggangguku." Ia mendorong kakaknya lagi.

🍁🍁

Rea berdiri sambil menggenggam tali tas selempangnya.

Ia terlihat cantik memakai sweater kuning mustard dan celana putih. Rambut sebahunya tergerai indah dengan hiasan jepit rambut berbentuk kupu-kupu.

"Apa aku terlihat berlebihan?" Batinnya sambil mencium aroma parfum yang sering ia gunakan, tapi kini lebih banyak ia pakai. "Aih, parfumku terlalu banyak."

Rencananya, hari ini Rea mengajak Renjun untuk makan di tempat favoritnya. Mereka janji bertemu di sekitar pertokoan.

Rea membawa payung lipat yang ia pegang. Ia mendengar di radio, bahwa sekarang akan turun hujan. Tapi, sedari pagi, cuaca malah cerah. Rea tetap membawanya untuk berjaga.

Kini, sudah pukul 3 sore. Tapi Renjun belum juga datang.

🍁🍁

Renjun berjalan dengan hati senang. Sedari tadi bibirnya membentuk bulan sabit. Ia berjalan dengan langkah lebar agar cepat sampai.

Ia mendengar seseorang menawarkan bunga. Ya, tidak jauh, ada sebuah toko bunga. Renjun melangkah melewati pegawai bunga yang sedang promosi itu.

Pegawai itu menawarkan bunga pada Renjun.

Renjun berhenti sejenak dan berpikir. Ia memutuskan untuk membelinya.

"Bunga Lily saja." Ucap Renjun mengeluarkan dua lembar uang dari saku dan memberikannya pada pegawai tadi.

Pegawai itu memberi sebuah buket bunga Lily yang indah. "Kuberi bunga Lily yang baru saja datang dari pusat. Masih segar."

Renjun tersenyum mencium aroma bunga itu. "Terimakasih."

"Untuk pacarmu?"

"A-ah bukan, temanku," jawab Renjun kikuk.

Ia memutuskan untuk segera pergi.

Ponsel yang ia pegang berdering beberapa kali. Tapi ia hiraukan.

Ponsel itu berdering lagi. Renjun memutuskan berhenti berjalan. Ia mendekatkan ponsel pada matanya agar bisa melihat jelas. Lalu menempelkannya ditelinga.

"..."

"Rea? Aku hampir sampai," ujar Renjun kembali berjalan.

"..."

"Iya, sampai ketemu." Senyum terpatri di bibirnya.

Renjun hendak memasukkan ponselnya pada saku mantel. Tetapi sebuah sepeda dari pertigaan, menyenggol bahu Renjun sehingga ponselnya terjatuh.

Renjun menengok ke segala arah. Ia kebingungan mencari ponselnya.

Seorang pria membantu Ian mengambil ponselnya yang ternyata retak terkena aspal. "Ponselmu retak."

"Oh begitu?" Renjun mengambil ponsel dan merabanya.

"Anda tidak apa-apa?" Tanya pria itu memastikan kondisi Renjun setelah mengetahui keadaan cowok bermantel itu.

"Sa-saya tidak apa-apa, terimakasih."

Brug!

Renjun dan si pria menengok ke arah suara itu. Ternyata yang mengendarai sepeda tadi tertabrak mobil.

"Ada apa?" tanya Renjun khawatir.

"Sepeda yang menyenggolmu tadi, tertabrak mobil."

Si pria menuntun Renjun untuk mendekat ke arah kerumunan.

🍁🍁

Di sekitar pertokoan, sudah pukul 5 sore. Rea masih berdiri ditempat tadi. Kakinya sudah ia gerakkan karena pegal. Sedari tadi ia menelepon Ian tapi tidak tersambung.

Jelas-jelas Rea khawatir, takut terjadi sesuatu pada cowok itu setelah ia mengetahui kejadian hujan kemarin.

"Ah, hujan?" Rea mengangkat tangannya untuk merasakan tetes hujan. Ternyata benar, beberapa kali air hujan mengenai kepalanya. Cepat-cepat, Rea menggunakan payungnya.

Walaupun hujan, Rea tetap diam disana. Ia takut jika Renjun datang, cowok itu tidak bisa menemukannya. Rea percaya, Renjun akan datang sebentar lagi.

🍁🍁

"Hah ... hah ... hah!" Napas Renjun kembang kempis.

Renjun sampai di sekitar pertokoan. Tubuhnya berkeringat, rambutnya sudah basah. Matanya yang minim cahaya malam, menelusuri segala arah. Tidak ada Rea.

Ini sudah pukul 7 malam. Hujan sudah reda satu jam yang lalu.

Setelah mengantar korban tadi ke rumah sakit, Renjun langsung kesini tanpa memerhatikan pandangannya yang mulai menggelap karena sudah malam.

Ia menggenggam erat ponselnya yang rusak. Ia menyalahkan ponsel itu. Kalau saja tidak rusak, Renjun akan menyuruh Rea untuk pulang. Apalagi tadi hujan.

Bunga yang dibawanya sudah berantakan.

Renjun memutuskan untuk pulang. Ia memanggil taksi dan pergi dari tempat itu.

Ternyata Rea masih ada di sekitar sana. Ia hanya sedikit menggeser tempatnya berdiri tadi. Kini ia sedang duduk di kursi taman sambil memegang payung yang sudah kering.

Rea mendengar suara Renjun tadi, tapi mungkin hanya perasaannya saja.

🍁🍁

TBC

[NCT 00'L] Sunshine🍁 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang