"Bundaaaa malem ini tidur sama Dongpyo yaaaaaa, ya yaaaa yaaaaa?!"
Seungwoo menggelengkan kepala sambil tersenyum tatkala melihat buah hatinyaㅡyang terus menyembulkan kepalanya di antara kursi mobil bagian depanㅡbegitu antusias dengan kepulangan Ara ke rumah, karena ingin segera merasakan hangatanya pelukan Ara pada tidur nyenyaknya.
Ara menolehkan kepalanya dengan polos ke arah Dongpyo, berbanding terbalik dengan keantusiasan Dongpyo yang begitu terpancar dari bola matanya.
Seungwoo lantas ikut menoleh sambil berusaha fokus menyetir, kemudian menyahut Dongpyo. "Malem ini bunda maunya tidur sama ayah loh kak."
"Gak adilll, ayah gak adillll!" Seru Dongpyo yang langsung merebahkan punggungnya pada kursi mobil dengan kasar, menyimpulkan kedua tangan di depan dada dan mengerucutkan bibirnya.
"Sama kamu terus mah bundanya pasti bosen tauuu." Goda Seungwoo dengan pandangan lurus ke jalanan.
"Kalo bunda tidur sama ayah, bunda dipeluk ayah kann. Terus tangan ayah besar, pasti bunda gak bisa napas. Tuhkan gak enak kalo tidur sama ayah wleeeek!" Bocah itu mencebik, tak ingin kalah dari ayahnya.
Seungwoo terkekeh mendengar ocehan Dongpyo. "Enak aja, digituin tuh anget, enak tauuu. Iya kan bun?" Tanyanya sambil menolehkan kepala singkat ke arah Ara.
Ara terhenyak, kemudian segera menoleh untuk menatap Seungwoo. Pertanyaan itu terlalu sulit untuk Ara jawab, karena faktanya Ara belum pernah merasakan dirinya tidur bersama Seungwoo. Benar-benar konyol!
Namun Ara menghiraukan itu dan lebih memilih untuk merasakan kehangatan dari gurauan mereka berdua, menghilangkan rasa gelisah yang terus menggelayutinya.
Tapi entah kenapa Ara selalu ingin menepis perasaan yang seperti itu. Ia selalu berusaha menutup sebuah gerbang rapat-rapat dalam dirinya agar kehangatan itu takkan pernah dapat melesak sedikit pun.
"TUHKAN BUNDA GAK JAWAB, BERARTI GAK ENAK KALO DIPELUK AYAAHH!" Teriak Dongpyo dengan suara cemprengnya, merasa bangga karena berhasil mengalahkan ayahnya.
"Yaaaahh kalah lagi deh ayah sama kamu kak." Gumam Seungwoo sambil pura-pura memasang wajah kecewa. "Gak mau ngalah buat ayah kak? Sekali ajaaaa."
"Enak ajaaaaa, gak, gak mauuuu. Bundanya Dongpyo ini, bukan bundanya ayah!"
Rasanya kalimat yang terlontar dari mulut kecil itu menghasilkan sebuah percikan api yang membakar hati Seungwo, membuat napas Seungwoo tiba-tiba terasa tercekat.
Kalimat itu seakan membuatnya kehilangan oksigen di sekitarnya. Membuat aktivitas jantungnya terasa berhenti seketika, atau bahkan rasanya jantungnya berhasil jatuh ke dalam rongga perut sehingga membuat perutnya bergejolak kesakitan.
Perlahan Seungwoo menoleh kebelakang dengan senyuman sendunya, menatap Dongpyo dibelakang sana, kemudian beralih menatap Ara dengan salah satu tangannya perlahan terulur pada puncak kepala Ara.
Dan itu berhasil membuat Ara menyerah untuk menepis kehangatan yang mulai menjalar di sekitarnya.
Bahkan kehangatan itu semakin menjadi-jadi setelah Seungwoo menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah.
Karena, kini lengan kekar itu tiba-tiba terulur dihadapan Ara, membukakan setbealt Ara, kemudian Seungwoo bergegas keluar mobil dan membukakan pintu mobil Ara.
Seungwoo lantas berjongkok, menatap dengan sangat lekat ke arah kaki Ara yang terbalut perban, akibat insiden tadi pagi yang menyebabkan kakinya terkilir.
"Masih sakit ga?" Tanyanya kemudian mendongak menatap wajah Ara.
"Ngg dikit sih, gak terlalu sakit kayak pas tadi dipijit." Lirih Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Time Control | Han Seungwoo✓
FanfictionKetika kamu tiba-tiba berteleportasi ke 10 tahun masa depanmu, bertemu dengan suami masa depanmu bahkan anak masa depanmu. Apa yang akan kamu lakukan?