PROLOG

5 1 0
                                    

Pagi-pagi sekali Hamid bangun dari tidurnya. Terkejut ketika melihat jam sudah pukul 06:30.

"Waduh, aku keawanan cuk, nek ngene yo iso ketinggalan pesawat aku"

Dia pun segera bangun dan bergegas ke kamar mandi hanya mencuci muka. Dan bergegas untuk berangkat, beruntung dia sudah mempersiapkan barang-barang yang ingin dibawa.

"Yo wis lah ora usah mandi, langsung mangkat ae ning bandara, dari pada ketinggalan pesawat, eman-eman aku wes tuku tiket larang nek hangus" menggerutu si Hamid.

"Mas.... mas.... ojek mas" panggil Hamid kepada seorang tukang ojek
"Oh iyo mas, arep mendi mas.....?" Tanya Hamid
"Maring bandara mas, aku buru-buru iki, tangiku keawanan" kata Hamid
"Ok, biayae satus ewu mas" kata tukang ojek
"Jancuk, larang men mas, bandara cedek lo" sahut Hamid dengan kaget
"Raimu cedek, iku adoh, opo meneh saiki wes mulai macet" jawab tukang ojek dengan nada kesal
"Yo wis yo wes, ndang mangkat engko malah ketinggalan pesawat neh, eman tikete" jawab hamid dengan terpaksa
"Ndang mangkat mas.......?"
"Bayar sek lah!!!" Kata tukang ojek
"Asem, urung mangkat wes jaluk bayaran, lah iki pie toh....." jawab Hamid tambah kesal
"Nek ora gelem bayar saiki, rono golek tukang ojek liane" kata tukang ojek
"Jancuk, kok ganteli men iki tukang ojek" dalam hati sambil memberikan uang 100 ribu
"Nah nek ngene kan enak" jawab tukang ojek dengan nada bahagia

Benar saja jalanan hari ini macet parah karena hari minggu dan banyak orang berangkat weekend.

"Asem asem, panas men iki, macet neh" kata Hamid ngomong sendiri

"Tak omong opo, macet kan.....?" Sahut tukang ojek
"Wes ojo nyahut koe mas, fukus ae nyetir!!!" Kata Hamid

Saat di lampu merah yang padat, ada seorang supir angkot yang gateli, tiba2 membuang air minum tepat mengenai celana dan sebagian baju Hamid

"Jancuk, awak mu ngajak gulet tah mas...." bentak Hamid ke supir angkot
"Apa lu anak kecil, berani lo sama gue" sahut supir angkot
"Lu lu gue gue, aku ra wedi mas, emang sopo sing bocah cilik mas... hah sopo.... kata hamid rada grogi melihat otot supir angkot
"Sialan lu, gue sate lu. Muka lu kayak bocah" jawab supir angkot dengan wajah geram

"Koe wani karo wong kui......" tanya tukang ojek kepada Hamid
"Aku ora wani cuk, wedi aku iki. Ndang mangkat lah" kata Hamid menjawab
"Sek abang cuk lampune, di tilang polisi gelem tanggung jawab koe..." jawab tukang ojek meyakinkan

Sesaat kemudian lampu merah sudah berubah menjadi hijau, Hamid dan tukang Ojek bergegas berangkat.

"Woi, mau kemana lu, jangan kabur lu" jawab supir angkot dengan sedikit berteriak. Sebelum akhirnya di komplen oleh penumpangnya dan lengendara lain.

Akhirnya tiba juga Hamid di bandara pada pukul 06:50.
"Suwun mase, aku mangkat sek" sambil bersalaman dengan tukang ojek

dia buru berlari menuju tempat cek in dan langsung masuk ke pesawat.
"Alhamdulillah, aku nga ketinggalan pesawat, nek ketinggalan ilang duek ku kanggo tuku tiket" dengan senyum2 tanpa melihat di sekeliling
"Turu sek lah, lagi bengi begadang, sek ngantuk aku" senyum dan akhirnya terlelap.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya Hamid sampai dirumahnya dan bertemu dengan orang tua dan kerabatnya, disambut dengan meriah.
Orang tuanya sudah memasakan makanan favorit dan siap di santap. Rasa bahagia terpancar dari wajah hamid setelah sekian lama pergi merantau mencari jati diri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ora Iso Muleh (Tidak Bisa Pulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang