§∆§∆§∆Drrt.. Drrt.. Drrt
Dengan malas dan rasa ngilu di tulang belakang, Adelard bangkit dari kantuk yang masih membelenggu mata. Diliriknya ponsel yang telah membangunkannya.
"Ya." Jawabnya tanpa melihat siapa penelponnya seraya mengucek mata.
"Astaga, kau masih baru bangun?"
...Dilirik lagi ponselnya, siapa yang telah mengganggu tidur indahnya.
Pantas orang diseberang menggerutu mendengar jawaban Adelard. Orang tersebut..."Ada apa sepagi ini menelpon Pa?
Setengah sesal nada yang terdengar oleh sang papa,"Apa ini? Kau tidak suka dihubungi orang tuamu? Tenang bujang lapuk, aku hanya ingin mengunjungi rumah sakitmu nanti."
Bujang lapuk? Hei, hanya karena angka 27 dia mendapat predikat itu?
"Berkunjung saja harus sampai berkabar dulu. Datanglah, dan aku bukan bujang lapuk Pa!""Lalu apa? Mamimu mulai pusing lagi setelah bertemu teman lamanya. Katanya anak bungsu mereka menyukaimu"
Al hanya mendengus, tiba-tiba saja ia pening. Entah karena salah posisi tidur atau karena obrolan paginya dengan sang ayah.
"Sudah kan Pa hanya itu?""Haha.. apa ini? Kau marah? Baiklah, dan beri tahu Hary, dia harus jaga tangannya saat mabuk"
"Dia apa?"
"Dia meninju security apartment semalam setelah dari club"
Astaga, awal hari yang indah bagi Adelard. Berita tentang jodoh 'lagi', obrolan Papa yang menjengkelkan, dan si bodyguard ugal-ugalan. Al semakin mengurut kening saja.
"Iya, nanti ku beri tahu. Sudah aku ingin mandi, aku ada pasien siang nanti."Tutt...
Panggilan ditutup sepihak.
Al mengayunkan tangan pada segelas air putih di mejanya. Ia teringat kembali coretan tangannya semalam, bahkan bentuk wajah saja belum rampung."Astaga.. kenapa kau indah sekali?"
√√√√√
"Sepagi ini kau sudah membuatku pusing?"
Hary hanya melirik kaca spion. Sejak kedatangannya di rumah tuan mudanya, ia bahkan belum diajak berbicara sedikitpun. Bahkan hingga kini Al bertanya dengan matanya yang hanya tertuju pada ponsel.
"Aku? Kenapa?"
"Kau harus menanyakannya pada security apartmentmu. Dan mengganti biaya karena bogemanmu."
Hary terkejut dan mulai memelankan injakan pedal gasnya.
"Papa menelpon tadi. Security apartment, kau tinju dia kan semalam setelah mabuk di bar?"
Tiba-tiba saja Hary terkikik dan mulai menjalankan mobil seperti biasa.
"Entahlah aku tidak sadar. Dan aku bukan dari bar, tapi dari club. Biar kuurus nanti""Terserah."
√√√√√
"Urus masalahmu sekarang. Dan cepat kembali." Titah Al pada Hary.
Sesaat setelahnya, Al segera masuk kebangunan medisnya lalu masuk ke lift menuju ruangannya.Hari ini jadwalnya tak sepadat kemarin. Mungkin setelah menemui pasiennya nanti ia akan "berkencan"lagi dengan kertas-kertas atau kanvasnya. Tak lupa juga ia membawa coretan yang belum selesai semalam. Sungguh, ini bukan pemandangan yang biasa jika kita bicara soal Adelard.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEPICTION OF ADELARD
RomanceBocah gemar sekali mencoret hingga menghasilkan gambaran, dan terkadang meminta dengan paksa sesuatu yang nyata sesuai gambarannya. ° ° ° •Tapi, bagaimana jika yang melakukan adalah pria matang, yang memaksakan jodohnya? Kadang yang dia mau hanyalah...