Sudah tiga jam para mahasiswa dan mahasiswi baru sekaligus para senior telah memasuki tahun ajaran baru. Mereka dipersatukan di ruang aula. Duduk lesehan sambil mendengarkan ceramah dari Kepala Rektor Universitas Indonesia. Maklum seperti inilah masa kuliah, harus mendengarkan petuah-petuah keramat yang wajib di taati oleh seluruh penghuni kampus.
Meski jarak duduk antara Asyilla dengan Kepala Rektor jauh namun telinganya mampu mendengar semua yang disampaikan oleh pria berusia 50'an tahun tersebut."Asyilla, serius amat liatnya ?? Hati-hati ntar kesambet". Wanita disamping kiri Asyilla mulai gerah. Bayangkan sudah masuk jam makan siang tapi masih 'stay' duduk di atas lantai. Ia terus memperhatikan jarum jam sampai di angka dua belas.
"Sabar, sebentar lagi juga selesai". Sama halnya dengan Celia, Asyilla terus mendengarkan sambil memperhatikan jam yang terdiam di tengah dinding aula.
"Asyilla, nanti mau makan apa ?". Rafael sepertinya tak mau terus diam sambil menatap sosok gadis disamping kirinya.
"Apa aja yang penting makan. Sabar ya kalian , mungkin lima menit lagi selesai. Ingat! Kalau kalian sabar, Allah makin sayang sama kalian". Beginilah Rafael, tiap mendengar suara lembut Asyilla, hatinya berdegup kencang. Dalam hatinya "Tuhan ijinkan kami berdua jadi teman hidup dalam suka ataupun duka. Amin".*kringggggggggg
"Alhamdulillah, bener kan apa yang aku bilang tadi. Kalian engga sabar. Yaudah langsung ke kantin aja". Akhirnya kami bertiga bisa menikmati makan siang. Kulihat raut wajah kedua sahabatku langsung sumringah. Maklum muka-muka lapar hehehe.
*kantin
"Kalian berdua duduk aja yang anteng disini. Biar gue pesenin. Mau makan apa kalian ??". Untungnya kantin belum terlalu ramai. Jadinya kami bertiga kebagian meja kosong.
"Aku pesen nasi rames aja, minumnya air putih, jangan dingin, mineral biasa". Ucapku didepan sahabat sejak bangku SMP. Celia Intan Dewi.
"Nah! Loe pesen apa Raf ??". Biasanya dia doang yang paling lama mikirnya. Harus ekstra sabar.
"Ketoprak aja, hmmm~ jangan ketoprak. Nasi goreng terus minumnya teh sisri gula batu". Bener kan apa yang barusan gue bilang, dia itu labil. Tapi masalah hati engga, masih menjaga hati untuk Asyilla. Untungnya Asyilla engga tau.
"Fix ya. Yaudah kalian berdua ngobrol, sementara itu gue pesen".
"Hati-hati jalannya, ntar kesandung".
"Bawel lu sipit hahaha". Hanya tawa kecil yang keluar dari mulut Asyilla. Mereka berdua selalu saja ribut atau paling engga berdebat. Celia dan Rafael bagaikan Tom&Jerry. Saling musuhan namun tetap saling menyayangi satu sama lain. Itulah sahabat."Raf, maaf ya aku tinggal sebentar. Udah masuk waktu dzuhur. Aku ke musholla dulu. Nanti chat aku aja kalau Celia balik bawa makanan". Astagfirullah! Hampir lupa jam makan siang bertepatan dengan waktu solat dzuhur. Aku langsung pamit pada Rafael dan berjalan cepat agar tak ketinggalan imam. Siapa tau aja masih keburu solat berjamaah.
"Iya nanti aku chat kamu kok". Terpajang sedikit wajah kecewa. Bukan karena ia mau solat. Tapi detik ini juga belum sempat untuk mengutarakan isi hati Rafael terhadap Asyilla.*musholla Universitas Indonesia
Alhamdulillah aku kebagian berjamaah juga. Engga sia-sia bawa mukenah dari rumah. Bunda bilang semua Universitas menyediakan perlengkapan solat terbatas. Dengan khusyu aku mengikuti gerakan imam.
"Assalamualaikum warahmatullah", kutadahkan kedua telapak tangan didepan dada. Berdoa pada Allah agar hidupku selalu dipenuhi rasa syukur dan bahagia tanpa merasakan kesedihan. Dan berdoa untuk kedua sahabatku agar mereka cepat dipertemukan kebahagian dari Allah sang pemilik seluruh kehidupan.
*kantin
"Rafael, Asyilla lagi solat ya ?". Kini Celia balik sambil membawakan nampan berisi makanan yang dipesan tadi.
"Iya, kok situ engga solat ??". Tatapan mencurigakan seorang Rafael Hwang Soekarta.
"Belum keramas, kemarin abis halangan gue. Lah loe sendiri engga ke gereja ??". Wanita didepan Rafael bertanya balik.
"Hari jumat ke gereja. Sabtu sama minggu juga". Balasnya sambil mengeluarkan ponsel dan mulai mengirim pesan ke nomor Asyilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudera Biru
Romance"Kepada Tuhan Sang Memberi Cinta" Mengajarkan bahwa cinta hadir diantara dua hati tanpa memandang agama, suku, dan ras. Meski berbeda, namun aku yakin bahwa dialah gadis yang kusebut "Samudera Biru" kelak akan menjadi pendamping hidupku.