7 tahun lalu, saat memasuki bangku SMP, tepat dimana dilaksanakannya Masa Orientasi Siswa atau yang biasa disapa MOS.
Otakku berkelebat, kembali mengulang kenangan disaat pertemuan awal kita. Kau yang tampak begitu pendiam, datang terlambat dan bingung mencari bangku kosong. Sampai-sampai Ketua Osis menyuruhmu agar duduk satu meja denganku.
Meski pada awalnya tak mengenal namamu sama sekali, namun kaulah yang mengenalkan namamu lebih dulu."Asyilla Zahra Fatimah".
Aku terdiam begitu gadis berhijab ini membuka suaranya. Yang ada dipikiranku sekarang, bahwa dia tak malu mengenalkan lebih dulu namanya ketimbang orang-orang disekitar kami. Seisi kelas terlalu sibuk dengan buku masing-masing.
"Rafael Hwang Soekarta". Aku pun membalas demikian. Dia tersenyum saat kedua tangan kami saling berjabat.****
Selama masa orientasi siswa , dia wanita yang baru sehari kukenal, sudah menunjukkan semangat yang luar biasa. Tak ada satupun pertanyaan guru yang ia lewatkan.
"Gadis itu kurasa juara kelas", batinku berkata demikian."Kamu tadi pinter banget jawabnya". Tempat bertuliskan "kantin" mengawali awal perkenalanku dengan Asyilla. Gadis berhijab yang mulai mendapat banyak fans. Dan gadis didepanku ini masih terpaku pada beberapa lembaran surat dari peserta MOS lainnya.
"Biasa aja, lagian cuma asal nebak. Mana aku tau kalo jawabanku bener semua".
Mataku masih tetap fokus menatap dirinya.
"Juara kelas ya??? ".
"Engga kok, cuma peringkat pertama terus selama enam tahun di SD".
Mataku terbelalak kendati mendapat jawaban darinya. Sangat jarang wanita seperti dia bisa bertahan pada peringkatnya.
"Tapi kenapa engga dapet beasiswa?? ", pertanyaan bodoh keluar tanpa menuruti aba-aba dariku.
"Hahaha engga apa-apa kok, karna engga mau aja".****
Matahari mulai menunjukkan sinar teriknya yang tajam. Membuat seluruh peserta MOS enggan menginjakkan kaki menuju gerbang berwarna hitam.
Ada yang takut hitam jika kulitnya terpapar sinar matahari. Ada yang masih berdiri menunggu seseorang menjemput mereka pakai payung.
Tapi, ada satu hal berbeda. Ya. Kulihat gadis itu berjalan santai dibawah sinar terik matahari. Sambil membawa kantong plastik berwarna hitam, dia terus menyusuri jalan beralaskan semen dan pasir.
Aku penasaran dengan isi dari kantong kresek tersebut. Menghilangkan sejuta keraguan tatkala baru sehari mengenalnya. Tanpa rasa kaku menyelimuti diriku. Menghampiri dirinya yang belum mencapai gerbang sekolah berwarna hitam."Asyilla".
"Iya??? ". Dilihatnya seseorang berwajah Indo-China berjalan disamping diri perempuan berhijab biru.
"Rafael??? Ngapain kamu disini??? ". Mata coklat mereka saling menyapa satu sama lain.
"Engga kok. Aku cuma penasaran, itu isinya apa didalam kantong kresek??? ". Bagi pria berparas Indo-China adalah takut jika gadis mungil akan marah padanya.
"Ohhh ini cuma makanan kok", senyumnya menghiasi wajah oval yang dimiliki perempuan bernama Asyilla.
"Buat siapa?? ".
"Kalo penasaran mending kamu ikut aja".
Tapi entah kenapa, Rafael malah nurut dan pergi mengikuti langkah kecil seorang gadis yang sudah berjalan mendahuluinya.****
Pria yang bersamaku sekarang, mungkin bingung dan kurasa dia memiliki sejuta pertanyaan, kenapa aku mengajaknya menemui anak jalanan.
Ya. Sekarang kulihat mimik wajahnya mulai mendelik sekeliling lingkungan yang asing dimatanya."Kenapa??? Kaget?? Bingung??? ".
Rafael terdiam tak mengindahkan ucapan Asyilla.
"Hey!! ", dengan nada cukup tinggi, berhasil membuat Rafael menengok dan bertanya.
"Ini tempat apaan??? Kamu seriusan ngajakin aku ketempat ini???".
"Kamu jijik ya kesini??? Tenang aja kok engga bakalan penyakitan main kesini". Asyilla mulai kesal, mungkin baginya, nada bicara Rafael seperti menghina walau maksud sebenarnya tidak.
"Ya Tuhan~ bukan jijik, maksudnya kita ngapain kesini??? ".
"Buat mereka tersenyum dan ketawa. Udah daripada kamu bengong engga jelas, mending kamu ikutin aja".
"Iya Asyilla, aku ngikutin kamu aja deh".
Mereka berdua langsung memasuki perumahan kumuh dan mulai menjalankan tugas.****
Jadi gadis ini mengajakku ke tempat seperti ini. Maksud dan tujuannya sangat sederhana. Membuat anak-anak yang tidak beruntung, mendapatkan pengetahuan dan juga bisa merasakan apa yang manusia bisa rasakan.
Ia tak malu, apa yang dilihat mataku sangat nyata. Dia tak jijik ketika anak-anak itu ada yang memeluknya, bahkan kulihat ada beberapa anak yang berebutan mencium kedua pipi gadis berhijab biru."Raf, aku solat asar dulu ya, kamu aja yang nemenin mereka, engga lama ko palingan 10 menitan". Menikmati kebersamaan bersama para bocah cilik, gadis berhijab yang baru kukenal sehari. Menghampiri dan meminta ijin untuk melaksanakan ibadah.
"Kakak itu pacarnya ka Asyilla ya??? ". Kualihkan wajah ini menatap anak kecil berkaos putih, saat mendengar celetukan dari mulutnya.
Memang benar, jika kupikirkan gadis itu memang cantik meski berbadan mungil, berwajah putih, baik hati, serta dia tak memandang seseorang dari segimanapun. Tuhan, apakah kumulai menyukai dirinya, meskipun masih duduk di bangku SMP. Asyilla Zahra Fatimah, sosok gadis berhati murni, berparas cantik, dan memiliki sejuta keberanian dihidupnya.
****
Tak kusangka ternyata jarak rumah kami berdekatan, meski terpisah oleh jalan. Perumahan komplek yang sama, rt dan rw yang sama, bahkan blok rumah pun sama. Kini, diotakku berkelebat. Apakah pria China itu adalah orang baru yang menempati kawasan ini ,atau malah dia sengaja tinggal disini????? Astagfirullah! Sadar Asyilla. Jangan pernah berprasangka buruk pada orang.
Baru saja kuhilangkan rasa curigaku terhadap Rafael. Tak sengaja kulihat bunda sedang membungkus makanan. Mungkin untuk ayah atau juga untuk nenek dan kakek.
"Bunda".
"Ehh! Sayang, kirain bunda kamu tidur. Ada apa ??? ". Bunda masih sibuk saja dengan makanan dimeja.
"Engga kok bunda. Emmm bunda itu untuk siapa?? Buat ayah yah atau buat nenek sama kakek??? ". Bunda hanya menoleh sambil menorehkan senyum manisnya yang bisa membuat ayahku mabuk kepayang olehnya.
"Untuk ibu Shin".
"Ibu Shin??? Siapa bunda?? ".
"Tetangga baru kita, baru kemarin pindahnya, cuma hari ini baru tempatin rumahnya sayang".
"Tetangga baru kita?? ". Mungkin batinku benar, tetangga baru itu adalah Rafael.
"Iya tetangga baru kita, sebenernya sih bunda udah berteman lama dengan ibu Shin semenjak bunda dan ayah pindah kesini. Rumahnya ada diseberang rumah kita, anaknya juga satu sekolah denganmu".
"Ahhh bener bunda?? Masa sih bunda??? ". Masih ragu dengan pernyataan bunda mengenai tetangga baru diseberang rumah.
"Daripada kamu penasaran, mending kamu ikut bunda anter dan kasih ucapan selamat untuk mereka".****
Deg~~~ ternyata benar dugaanku. Baru menempelkan bokongku pada sofa empuk. Kulihat Rafael tengah menuruni anak tangga sambil menatap kehadiranku. Benar kata bundaku, Rafael dan Ibu Shin lah tetangga baru diperumahan ini. Untuk sementara waktu kami berdua cukup terdiam dan saling menatap. Bukan karna melihat betapa putih warna kulit yang ia miliki, melainkan betapa terkejutnya jika ternyata pria yang baru saja kukenal dan resmi menjadi sahabatku ini, adalah tetangga baruku.
****
Kembali pada dunia nyata, meninggalkan dunia masa lalu yang penuh kenangan indah. Kenangan dimana aku pertama kali bertemu, berkenalan hingga sampai waktu ini hidup bersama Asyilla Zahra Fatimah. Gadis berhijab dan penyayang kesemua mahkluk Tuhan tanpa memandang status ataupun kasta. Ya. Dia "Samudera Biru" yang aku cintai sampai detik ini hingga Tuhan mempersatukan kami berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudera Biru
Romance"Kepada Tuhan Sang Memberi Cinta" Mengajarkan bahwa cinta hadir diantara dua hati tanpa memandang agama, suku, dan ras. Meski berbeda, namun aku yakin bahwa dialah gadis yang kusebut "Samudera Biru" kelak akan menjadi pendamping hidupku.