34. Misi Pertama

2.6K 191 65
                                    

Tidak ada yang bicara saat makan malam berlangsung. Hal itu membuat Sasa sedikit bosan karena tidak adanya basa-basi. Padahal dia sangat jarang pergi berdua seperti ini.
Ryan memang tidak terlalu banyak bicara untuk saat ini.

Usai makan selesai, Sasa langsung menagih janji Ryan tadi. "Kamu mau bicarain apa sebenarnya?"

Ryan membersihkan bibirnya dengan tisu. "Masih lapar?"

Sasa menggeleng. "Aku pengen kamu segera bahas yang .... "

"Ayok!" Ryan langsung berdiri tanpa mendengarkan lebih lanjut ucapan Sasa. Dia tau kalau Sasa sudah tidak sabaran. Ryan pun memang ingin segera semua ini berakhir. Dia hendak ke rumah Vanka nanti setelah urusan dengan Sasa selesai.

Sasa tercengang. "Mau ke mana?"

"Kita enggak mungkin bicara di sini. Privasi."

Sasa mendengus lalu berdiri. "Terus ke mana?"

Ryan tidak menanggapi. Sebaliknya dia melenggang begitu saja. Dengan tergopoh-gopoh Sasa langsung menyusulnya agar berjalan sejajar. Sasa meraih jemari Ryan dan menggenggamnya. Ryan yang terkejut langsung menarik tangannya. Setelahnya Ryan singgah sebentar di kasir untuk membayar makan malam mereka tadi.

"Maaf," ungkap Ryan tidak tega.

Sasa sedikit merunduk sedih. "Aku tanya, kita mau ke mana sebenarnya? Kenapa kamu malah ninggalin aku?"

Ryan membukakan pintu mobil untuk Sasa. "Ke suatu tempat yang sepi."

Sasa masuk dan duduk di dalam mobil dengan jantung yang berdebar. Perasaannya tiba-tiba tidak enak. Apalagi Ryan ingin membawanya ke tempat yang sepi. Apa jangan-jangan Ryan ingin ....

Sasa berusaha berpikir positif. Mungkin Ryan memang ingin bicara sesuatu yang serius, dan dia tidak ingin sampai ada yang mendengarnya.

Ryan membawa Sasa ke sebuah danau buatan yang cukup sepi. Malam itu cukup terang karena rembulan bersinar terang, sehingga mereka masih bisa melihat dengan jelas. Sasa berdecak kagum melihat pemandangan sekitar yang begitu indah. Hawa di sekitar pun cukup dingin.

Mereka berdiri berdampingan menghadap danau. Di saat seperti ini, sempat-sempatnya Ryan teringat tentang Vanka. Apa yang tengah dilakukannya saat ini? Apa dia akan cemburu karena membawa Sasa ke tempat ini?

"Kamu sering ke sini?" tanya Sasa antusias, seakan lupa jika dirinya sudah tidak sabar untuk mendengarkan pembahasannya.

Ryan menggeleng. "Beberapa kali waktu kecil."

Sasa mengangguk, hampir saja dia terlena dan lupa dengan tujuannya kemari. "Ya sudah. Kamu mau bahas yang tadi kan di sini?"

"Baiklah. Tapi sebelumnya, berjanjilah untuk tidak memotong pembicaraanku dan dengarkan baik-baik hingga aku selesai."

Sasa meneguk airliurnya susah payah. Dengan perasaan yang tak karuan, dia mengangguk. "Aku janji."

Ryan menghela nafas lalu menatap Sasa dengan lekat. "Lo cinta sama gue?"

Sasa mengangguk cepat. Tapi dia sedikit heran. Apa Ryan tidak menyadarinya?

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo bisa cinta sama gue? Padahal gue enggak pernah memperlakukan lo dengan baik selama ini. Gue enggak pernah memperlakukan lo dengan spesial sebelumnya," jelas Ryan panjang lebar. Ryan mulai frontal. Dia bahkan sudah kembali bicara menggunakan kata 'lo-gue'.

Sasa menggeleng tidak tau. "A-aku gak tau. Tapi, cinta enggak perlu alasan,'kan?"

"Tapi seharusnya perlakuan gue gak bikin lo jatuh cinta," bales Ryan.

#2 Only You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang