11. Bali (Part 1)

4.8K 336 42
                                    

Setelah dari restoran, Ryan dan Vanka berpisah dengan Nathan dan Ayahnya untuk kembali ke kantor masing-masing.

Vanka berjalan mengekori Ryan. Mereka juga memasuki lift yang sama. Hanya ada mereka berdua di dalam sambil terdiam. Vanka sedikit mulai terbiasa sekarang. Mungkin, seiring waktu yang berjalan dia akan terbiasa jika harus mendampingi Ryan saat bekerja.

Sementara itu, Ryan mengulang kembali ingatannya tentang percakapan Vanka dan Nathan saat di restoran tadi, setelah Vanka kembali.

Awalnya, Ryan sempat merasa senang saat Vanka menolak ajakan Nathan untuk keluar malam minggu nanti. Hatinya lega, masih ada harapan jika ternyata Vanka tidak mempunyai rasa pada Nathan, yang sialnya juga memiliki  ketampanan di atas rata-rata. Tapi, saat itu juga Vanka membuatnya gusar, karena dia memberikan opsi untuk keluar saat malam minggu nantinya, setelah mereka kembali dari Bali.

Sebenarnya, Ryan sangat jengkel mendengarkan pembicaraan mereka. Apalagi saat Nathan mengatakan ada sesuatu yang ingin dia katakan. Tentu saja itu tentang perasaannya, tebak Ryan kesal. Kemudian, dia juga khawatir jika Nathan akhirnya meminta Vanka untuk menjadi kekasihnya, dan Vanka juga menerimanya. Dia berpikiran seperti itu karena teringat perkataan Ayah Nathan tadi yang menyindir Nathan karena tidak mempunyai pasangan hingga sekarang.

Tapi, setelah dipikir-pikir ini ada untungnya juga, pikirnya. Dia jadi bisa tahu nanti bagaimana hubungannya mereka selanjutnya. Dan Ryan, benar-benar tidak siap menuju malam itu.

*****

Vanka menghirup nafas dalam-dalam. Ini untuk pertama kalinya dia menginjakkan kaki di bandara Ngurah Rai. Dia merasakan udara dan cuaca di Bali lebih sejuk jika dibandingkan dengan kota Jakarta. Betapa senangnya dia, meskipun harus pergi bersama dengan seorang laki-laki yang pernah mematahkan hatinya dulu. Toh, nanti Nathan akan menyusul. Setidaknya, liburan sekaligus perkerjaan kali ini dia tidak hanya dengan Ryan.

Ryan yang berdiri di sampingnya, tersenyum miring melihat Vanka yang terlihat antusias. Kemudian, dia berjalan duluan meninggalkan Vanka sambil menarik koper kecilnya menuju sebuah mobil yang sudah siap menjemput mereka entah sejak, buru-buru Vanka menyusulnya.

Vanka dan Ryan duduk bersebelahan di jok belakang. Ryan tidak menyetir karena di depan sudah ada pengemudia khusus yang memang disewanya. Dia sibuk memainkan iPad, sedangkan Vanka sibuk menatap keluar jendela. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya Vanka berdecak kagum, mengagumi keindahan dan kebersihan jalanan di kota Bali. Apalagi, kebudayaan yang ada di sana sangat khas dan kental.

"Kamu ... belum pernah ke Bali?" tanya Ryan heran, tiba-tiba. Tanpa sadar, Ryan menatap Vanka seperti gadis itu adalah manusia purba yang baru saja muncul dari perut bumi.

Vanka tersenyum dan mengangguk. "Ya. Ini pertama kalinya."

Sebenarnya, Vanka sudah lama ingin pergi ke Bali. Tapi, tak pernah mendapat izin dari orangtuanya karena masalah biaya. Sekarang, keinginannya sudah terwujud.

Vanka kembali menatap keluar karena Ryan sudah kembali sibuk dengan iPad-nya. Entah kenapa, dia tidak peduli jika Ryan menganggapnya norak atau udik. Yang penting, dia bisa menikmati pemandangan yang dilewatinya. Namun setelahnya, dia tersadar akan sesuatu.

Lima tahun lamanya tidak bertemu, tidak membuat Vanka lupa bagaimana dulu Ryan mempermalukannya. Itulah Vanka tidak sefrontal dulu di hadapan Ryan. Setiap kali berhadapan dengan Ryan, dia jadi teringat kejadian saat Ryan mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mencintainya. Saat itu Vanka begitu malu dan juga patah hati. Dia menyesal karena sempat berpikir bahwa Ryan mencintainya. Sampai sekarang pun, dia masih malu. Mungkin, itulah sebabnya Vanka tidak lagi peka terhadap laki-laki yang mendekatinya. Dia tidak ingin berharap lagi pada laki-laki karena takut termanipulasi lagi.

#2 Only You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang