-one

925 119 2
                                    

Kau melenguh dan merenggangkan tubuh, hari-hari mendekati akhir bulan akan selalu merepotkan bagi kalian. Pekerjaan selesai satu datang lagi yang lain hingga menggunung, padahal kau ingin cepat-cepat pulang dan berendam dalam air hangat lalu tidur. Ah, betapa indahnya semua itu.

Tepukan ringan di pundakmu, membuat kepalamu tertoleh, mendapati Kayano tersenyum prihatin melihat keadaanmu. "Senpai, istirahatlah. Akan repot nantinya kalau kau sakit. Bukankah kau tidak tidur sejak kemarin?"

Ringisan kecil lolos dari mulutmu, membenarkan perkataan Kayano dalam hati. Kau lantas mengangguk, mulai memasukkan barang-barang ke dalam tas. "Terima kasih ya, maaf aku jadi harus merepotkanmu."

Kayano terkekeh dan menggeleng, meyakinkanmu kalau itu bukanlah masalah. 

Begitu kakimu menginjak aspal, angin malam yang berhembus dengan kencang serta udara dingin itu membuat kau menggigil dan mengeratkan sweater lalu melangkah dengan tempo cepat. Jarak dari tempat kau bekerja dengan rumah tidak terlalu jauh, hanya butuh sepuluh menit.

Matamu mengedar, lampu-lampu di jalan sekitar tampak lebih redup, membuatmu memasang sikap waspada. Tidak menginginkan kejadian seperti bulan lalu kembali terulang. Di bulan ini, mereka lebih agresif. 

"Kh.

Kau menelan ludah, menoleh ke segala arah dengan cepat. Sial, apakah itu mereka?

"Tidak bisakah kau membantu seseorang yang sekarat?"

Kau yang saat itu hendak menyeberang langsung memutar badan, mendapati seorang pemuda dengan surai strawberry yang tengah bersandar di jalan dengan darah di sekujur tubuhnya sementara pakaiannya terkoyak. Posisinya yang berada di belakang tumpukan dus membuat dia nyaris tidak terlihat. 

Peumuda itu terkekeh lalu meringis sesudahnya, "sial, ini sakit sekali."

Kau berdecak lalu berjalan mendekat, berjongkok di hadapannya dan memandangi luka tusuk di tubuh pemuda itu dengan sedikit was-was, "lukamu tidak dalam, terus pegangi." 

Pemuda itu mendengus, "tolong telepon taksi saja, aku bisa mengurus ini."

"Kau tau luka ini bisa saja membuatmu mati," ujarmu sambil menghela napas. Merutuki kekeras kepalaannya. "Orang yang menusukmu rasanya memberikan hadiah tambahan." 

Pemuda itu mengerutkan keningnya. Tidak mengerti apa yang kau maksudkan. 

"Dia menggunakan makhluk halus." Senyummu tersungging saat melihat pemuda itu sedikit bergetar. "Singkirkan tanganmu dan biarkan aku bekerja."

Mengikuti saran yang kau ucapkan, pemuda itu menyingkirkan tangannya sementara kedua netranya memandangi dirimu dengan tajam. Melayangkan ancaman tak kasat mata. 

Kau meletakkan tangan di atas luka itu, tak acuh pada kekhawatirannya dan menekan luka. Tidak terlalu kencang tetapi cukup untuk membuatnya menjerit. "Diamlah." Dan luka itu perlahan menutup, seolah tidak pernah terjadi peristiwa menyakitkan.

Pemuda itu memandangi tubuhnya dengan setengah tidak percaya bercampur rasa takut, "kau mempelajari ini darimana?"

Bahumu terangkat, tidak berniat memberinya jawaban. "Jadi siapa namamu?"

"Asano, Asano Gakushuu," jawabnya perlahan. 

"Oke Asano-san, kalau begitu selamat tinggal." Kau bangkit berdiri secara perlahan dan berjalan meninggalkan pemuda itu di belakang. 

"Tunggu sebentar!" teriaknya. "Ijinkan aku memberikanmu sesuatu sebagai balas budi." 

Mendengar itu, kau tersenyum lalu berbalik sambil bertopang tangan, "memangnya kau bisa melakukan apa?"

Asano berdecih, sejak kapan ada hal yang tidak bisa ia lakukan? Semua orang mengakui kemampuannya, dia adalah definisi sempurna. Dalam diam, Asano merutuki kesombonganmu hanya karena bisa menyembuhkan orang dengan kemampuan gaib. 

"Wah," decakmu sambil terkekeh, kau menemukan manusia yang menarik. "Kebetulan sekali, bawahanku harus pergi lebih dulu karena kelalaiannya tahun lalu." Kakimu melangkah mendekat dan kembali berjongkok di hadapan Asano. 

"Kau takut pada hantu?"

Asano merotasikan matanya, "tidak ada yang kutakuti."

Bibirmu tertarik membentuk kurva, "bagus. Kau akan membantuku mulai besok." Kau mengulurkan tangan yang ditatap dengan aneh oleh Asano, dia mengangkat alisnya, "bukankah sudah kusebutkan namaku?"

"Sudah, balas saja."

Asano berdecak lalu membalas uluran tanganmu dengan setengah hati. Lalu, sebuah sensasi panas bercampur dingin mulai menjalari tangannya kemudian lenyap dalam hitungan detik saat kau melepas jabatan tangan itu, Asano langsung memutar tangannya, mendapati sebuah ukiran bunga maple muncul di tangan. 

"Mulai besok kau harus membantuku, setidaknya hingga halloween selesai."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Orange Magic | Asano GakushuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang