Kalian sudah menghabiskan waktu lebih dari dua jam di tempat ini, sejauh ini tidak ada tanda-tanda bahaya atau masalah. Dan, kau berharap semuanya akan tetap seperti ini. Tidak perlu bertarung sambil mempertaruhkan nyawa dan menikmati festival bersama Asano yang sedari tadi tidak henti mengajakmu menaiki berbagai wahana.
Tetapi, memang sebaiknya kau tidak berharap lebih. Beberapa menit setelah kau ke luar dari toilet, kau bisa merasakan getaran dan ledakan beberapa kali terjadi di sisi barat, tepat di dalam hutan. Matamu berkali-kali memandang hutan itu dengan gelisah.
Seharusnya tidak separah ini. Bukankah Kayano mengatakan kalau semuanya sudah aman terkendali, Lawliet, arwah dengan kemampuan menyembuhkan diri sekaligus mengendalikan itu sudah mati? Kau masih ingat membunuhnya beberapa tahun lalu.
Tapi, kenapa...
"Kau baik-baik saja?" Tepukan ringan Asano membuatmu tersadar.
"Rasanya, kita harus segera pergi dari festival ini dan menjauh," ujarmu.
"Bukankah," ucapannya terpotong saat melihatmu yang merintih. Kau meremas kemeja hitam Asano, mencoba tetap berdiri dengan tegak sambil memegang dadamu. Bulir-bulir keringat mengalir di pelipismu perlahan sementaramu napasmu mulai putus-putus. Kau menggigit bibirmu. Sial, sial, batinmu.
"Kau sebaiknya kembali, aku akan mengurus ini sebentar." Setelah mengumpulkan tenanga akhirnya kau mampu berdiri. "Aku akan pergi ke hutan sebentar."
Asano mengeratkan kepalan tangannya, menarik tanganmu, membuat langkahmu terhenti. "Biarkan aku membantu. Atau kau diam di sini," tegasnya, menekan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.
Kau menghela napas, mengangguk pelan. "Oke, asal kalau terlalu berbahaya kau harus pergi. Aku Immortal, kau tidak."
Begitu memasuki hutan, hanya cahaya bulan diatas yang menjadi penerang perjalanan kalian. Tetapi hidung dan penghlihatanmu sudah terlatih, ini bukan masalah, yang menjadi masalah hanyalah...
"Kau baik-baik saja?"
Asano tersenyum meremehkan, "aku bisa beradaptasi, tenang saja."
Kau mengulum senyum, kadang merasa bingung juga dengan manusia yang kau temui ini. Dia tampak sangat berbeda dari kebanyakkan orang.
"Bunga-bunganya membuka begitu kita lewat," gumam Asano.
Kau meletakkan jari telunjukmu di depan bibir, "artinya gerbang itu di sekitar sini. Yang kita hadapi hanya satu, tapi yang ini seratus kali lebih mematikan."
"Boss of the game?"
"Semacam itulah."
Hentakkan di dadamu terasa dua kali lebih cepat, begitu juga dengan air yang mengalir di wajahmu.
Kemudian kau mendengar decakan Asano, membuatmu menoleh ke belakang, mendapati pemuda itu yang sibuk bersama seorang dengan satu lubang dimatanya. Keduanya tampak beradu pedang-- hadiah yang kau berikan padanya beberapa waktu lalu saat Asano menyelamatkanmu.
"Aku bisa mengatasi ini."
Kau mengangguk dan lanjut berjalan, "Lawliet," gumammu pelan.
Seorang pemuda dengan surai sebahu dengan mata merah yang duduk di bawah sinar bulan tersenyum, "okaeri,."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Magic | Asano Gakushuu
FanficKau tau, tidak semua manusia di perayaan halloween meneriaki trick or treat. Karena sebagian dari mereka bekerja untuk mengawasi prosesnya perayaan malam itu. --◦---- SFragments Writing Project Gorgeous Cove...