#07 Rasa Takut

4 4 0
                                    

   "Anak kita sudah mencapai batas umur yang dikatakan orang itu, Pa..." wanita itu duduk di sisi suaminya dengan mata yang berkaca-kaca.

   "Jangan khawatir, itu sudah lewat. Dan sampai sekarang dia masih sehat-sehat saja," ucap sang suami  menenangkan istrinya.

   "Aku tidak mau membawa anak kita ke sana lagi. Aku sudah sangat menyayanginya." tegas wanita itu.


✒✒✒


  

   Aku membuka perlahan mataku. Sakit di kepalaku belum sepenuhnya hilang. Apa yang terjadi?  Aku berusaha mengingat-ingat kenapa aku bisa berakhir di tempat tidur dengan kepala yang sakit? Seingatku tadi, aku ingin mandi. Semakin aku mencoba untuk mengingat apa yang terjadi, semakin sakit kepalaku. Sudah jam berapa sekarang? Aku berusaha melihat jam dinding dengan mataku yang masih belum bisa melihat dengan jelas. Pandanganku sedikit kabur, tapi aku bisa merasakan mataku membaik secara perlahan.

   Pukul 21:03.

   Selama itu kah aku tertidur?

   Aku melihat ke sekelilingku. Lalu tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarku.

   "Dianna? Kamu sudah sadar? Syukurlah, sayang... Mama khawatir sekali." Mama terlihat khawatir sekali padaku sampai matanya berkaca-kaca.

   "Memangnya aku kenapa, Ma?" Aku benar-benar tidak ingat apapun, kecuali hal terakhir yang aku ingat adalah saat Felicia bertanya tentang novelnya.

   "Kamu tadi pingsan, Jimi menemukanmu tergeletak di lantai tadi. Dia langsung berlari mencari Mama. Jika saja kamu lihat ekspresinya, dia sangat mengkhawatirkanmu, sayang."

   Pingsan? 

   Bisa kurasakan kepalaku kembali pusing. Aku memegang kepalaku dan sedikit meringis.

   "Dianna? Kamu baik-baik saja, Nak? Apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa sampai pingsan?" tanya Mama bertubi-tubi. "Ini minum dulu," ucap Mama sembari memberikan segelas air kepadaku. "Kata dokter kamu kelelahan, dan untuk saat ini kamu harus banyak beristirahat."

   "Dokter? Mama memanggil dokter?" tanyaku memastikan.

   "Tentu saja, sayang. Melihatmu tergeletak pingsan seperti tadi, membuat Mama sangat khawatir. Dan juga jangan lupa kamu minum obat yang diberikan oleh dokter, ada di meja belajarmu."

   Aku masih bungkam. Setidaknya sekarang aku merasa sedikit lebih baik.

   "Baiklah, Mama keluar dulu, kamu harus beristirahat." ucap Mama yang dijawab dengan anggukan kecil dariku. Sebelum benar-benar keluar dari kamarku, Mama berkata, "Cepat sembuh, Ann. Yang lain juga mengkhawatirkanmu." Lagi-lagi aku mengangguk dengan senyum kecil di bibirku.

   Selanjutnya aku menarik napas panjang, lalu perlahan menghembuskannya. Begitu terus berulang kali. Aku sudah ingat semuanya, penyebab kenapa aku bisa jatuh pingsan. Tapi, untuk saat ini aku lebih memilih tidur daripada harus memikirkan hal yang hanya membuatku takut dan gelisah.

   Tidak perlu waktu lama untukku kembali tertidur, karena aku merasakan jika energi tubuhku sudah terkuras habis. Tuhan, aku benar-benar lelah. Jangan datangkan wanita itu lagi ke dalam mimpiku....

Devil ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang