Chapter 2 - First Day, First Kiss

29.3K 1.3K 28
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission. Just read and enjoy~

Backsound: Album Taylor Swift - Fearless and Speak Now.

Just read and enjoy~

CHAPTER TWO – FIRST DAY, FIRST KISS


ELEANOR HUGHES


            Aku memasukkan diriku ke dalam gerombolan serigala. Tatapan-tatapan dari para prajurit yang kulewati seolah-olah mereka akan memakanku hidup-hidup. Apakah aku memang harus melakukan ini? Ya, tentu saja. Aku tidak ingin Sarah berada dalam posisiku sekarang. Adik-adikku menangis saat aku ditarik paksa masuk ke ruangan yang tersembunyi di balik singgasana. Lucas, aku masih bisa melihat wajahnya yang memerah saat aku terakhir melihatnya. Priscilla sempat memaki istana namun segera raja meredakan mereka. Setelahnya, aku tidak tahu apa yang terjadi karena aku sudah diseret-seret berjalan melewati lorong panjang yang berkelok-kelok.

 Pikiranku terbang kemana-mana, memikirkan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi padaku. Pemerkosaan? Itu bisa terjadi kapan pun. Skandal kerajaan? Aku meragukan hal itu. Pembunuhan? Oh, tentu saja itu akan terjadi. Mengetahui pangeran Miguel termasuk orang yang kejam tentu membuatku merinding. Mungkin.. err, pernikahan? Hal itu bahkan tidak mendekati kata 'bisa'. Jika aku melakukan satu kesalahan pada keluarganya, maka dari itu aku akan menyampaikan permintaan terakhirku seperti saat aku hampir dibunuh di Danau Mayat; jangan jual kuda kesayanganku.

            Sempat aku berpikir, jika aku melayani pangeran Miguel, aku akan meracuni makanannya. Dan ya, otakku tak begitu berpikir jauh sampai pada ramuan apa yang harus kuberikan. Pada dasarnya, aku tak tahu bagaimana membuat racun makanan. Namun hal yang paling mengganggu pikiranku sekarang adalah pangeran Miguel. Apa yang ada di pikirannya sewaktu ia membiarkanku masuk ke dalam istananya? Kupikir ia sebaik yang teman-temanku katakan. Selain terkenal akan kekejamannya, pangeran Miguel juga terkenal akan kebaikannya pada masyarakatnya—yang saat itu aku tidak sama sekali percaya akan ucapan teman-temanku karena dua fakta itu sangat berbanding terbalik.

           Raja menerima tawaranku karena pangeran Miguel memberi saran yang aku tak berhak tahu—itu kata Abigail, adik pangeran Miguel. Aku akan dibawa ke ruang para pelayan—yang tempatnya berada paling belakang istana. Katanya istana membutuhkan banyak pelayan. Sebagian besar pelayan berhenti dari istana karena keluarga mereka membutuhkan mereka lebih sering dibanding istana membutuhkan mereka. Upah yang mereka terima pun tidak begitu banyak. Dan sialnya, aku tidak akan sepeser pun uang menjadi pelayan di sini.

            Sebuah pintu besar membuatku dan prajurit yang membawaku ke sini berhenti melangkah. Prajurit yang lain mendorong pintu besar itu dan saat itu aku tahu aku diperhadapkan dengan siapa saja. Para pelayan istana sekaligus pelayan prajurit. Aku tak dapat menutupi perasaan terkejutku saat melihatnya. Seorang pelayan sedang disetubuhi prajurit di dekat pintu yang lain—pintunya tertutup—dengan keadaan berdiri. Kugigit bibir bawahku, ragu-ragu untuk melangkah masuk. Namun sebuah dorongan besar dari belakang membuatku terperosok masuk ke dalam. Hentakan pintu dari belakang membuatku terperanjat. Dapat kurasakan beberapa pasang mata memerhatikanku yang tersungkur di atas lantai abu-abu ini. Namun tak ada yang kunjung membantuku. Sial. Secepat mungkin aku bangkit dari lantai untuk membersihkan pakaianku dan siku-sikuku yang terasa sakit.

Beautiful SlaveWhere stories live. Discover now