Chapter 3 - I'm Truly In Love With You

26.7K 1.2K 12
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. And please do not copy my story without my permission. Just read and enjoy~

Backsound: Album Taylor Swift - Fearless and Speak Now.

Just read and enjoy~

CHAPTER THREE – I'M TRULY IN LOVE WITH YOU


JUSTIN MIGUEL THADDEUS


           Dari seluruh wanita di pelosok Cardwell, aku memilihnya. Aku jatuh hati padanya dan membuatku nyaris gila. Bodohnya, aku baru saja melemparnya pada gerombolan serigala. Perasaan ini tak sehat sampai aku harus mengorbankannya agar aku bisa melihatnya lebih sering. Akan kuminta seorang pelayan lain, yang dapat kupercaya, menjadi pengawal Eleanor. Hatiku tak tenang jika aku tidak melihat keadaannya secara langsung. Eleanor akan dicap sebagai pelacur jika aku mendatanginya ke ruang pelayan jika aku hanya ingin melihat keadaannya. Bibir-bibir para pelayan istana tak pernah bisa dijaga. Sangat mengundang punggung tanganku menampar pipi mereka satu per satu. Tak ada yang bisa kupercayai di istana ini selain keluargaku sendiri.

            Jauhkan Eleanor dari segala syarat standar kerajaan. Mungkin ia memang seorang pelayan, namun wanita muda itu akan tepat dimana pun ia berada. Dan mulutnya, ia memiliki mulut yang terkunci rapat jika kau memberitahu rahasia padanya. Wajahnya yang datar dan mulutnya yang tak begitu banyak bicara sudah jelas menyembunyikan banyak kejadian hebat yang orang lain tak pernah lihat. Tanganku mengepal berkerigat karena tak sabaran. Oh, sialan, aku tak dapat menunggu lebih lama lagi.

            Apa yang Zachary lakukan hingga ia begitu lama menjemput Eleanor? Ia tentu tak perlu berkenalan terlebih dahulu dengan Eleanor. Selama bertahun-tahun bersama Zachary, ia tidak pernah ingin mengikut campur urusanku dengan orang lain—kecuali jika aku sendiri yang memberitahunya. Untuk tahun-tahun rawan seperti ini, akan sangat sulit mencari orang seperti Zachary—yang setia dan dapat dipercaya. Dan tidak seperti biasanya, Zachary begitu lama menjemput Eleanor dari ruang pelayan. Diam-diam rasa resah mulai menyeruak dalam tubuhku, menimbulkan perasaan tak enak.

            Kepalaku mendongak memerhatikan langit jingga kemerahan yang tak berawan. Biasanya aku akan menikmati pemandangan ini bersama Abigail dari dalam kamarnya yang sekarang lebih luas dibanding kamarnya sebelum ia menginjak umur 16 tahun. Oh, terima kasih Tuhan atas umur mereka yang sama! Aku akan menjadikan Eleanor sebagai pelayan baru Abigail. Mengetahui bagaimana hubungan antara prajurit dan pelayan yang dapat dikatakan terlalu 'intim' dibanding pasangan suami-istri membuatku was-was. Aku—tentu saja—tidak ingin Eleanor disentuh oleh orang lain selain diriku. Abigail dan Eleanor milikku dan tidak akan ada yang memiliki mereka berdua selain aku! Dengan kebersamaan mereka di istana—yang akan sering kulihat—aku pasti akan lebih senang berada di sini dibanding aku harus pergi bekerja sama dengan kerajaan atau negara lain. Mereka akan mengubah istana menjadi tempat kesukaanku. Mereka berdua akan menjadi wanita kesukaanku di istana! Sedikit penghiburan membuat keresahanku berkurang sedikit demi sedikit. Kembali aku menatap lurus bunga-bungaan yang dirawat Ibuku.

            Suara deritan pintu mengambil seluruh perhatianku namun aku tetap diam. Jemariku membuka kepalan tanganku lalu mengibas kecil di dekat celanaku. Suara erangan kecil dari mulut Eleanor membuatku penasaran apa yang Zachary lakukan padanya. Kutarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Memarahi Zachary? Aku jarang melakukannya, hampir apa pun yang dilakukan Zachary selalu benar.

Beautiful SlaveWhere stories live. Discover now