1.1 Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

14 1 2
                                    


" Nama saya, Apollo Aprilio Oktaviano Widodo, panggil aja Ano. " ucapku saat diminta memperkenalkan diri.

" Eh, nama kamu panjang banget sih, untung gak mbulet, masih bisa diinget. " kata teman sebangkuku, Keisha. Saat MPLS, tepatnya di gugusku, kami diharuskan untuk duduk dengan lawan jenis dan tidak boleh berasal dari SMP yang sama. Keisha yang agresif langsung mengambil kursi di sampingku, bangku paling depan, dekat jendela, baris keempat dihitung dari pintu masuk yang terletak di sebelah Barat.

" Eh, ya gimana lagi ya, dulu papi aku punya cita-cita mau nyusahin tiap guru, makanya namanya dibuat panjang terus ada huruf yang dobel, hahaha. " jawabku dengan sedikit malu-malu.

Hari ini adalah hari pertama memasuki SMA, aku masuk di gugus dua, gugus Sultan Iskandar Muda. Kelasnya terletak di lantai tiga, kelas kedua dengan papan tulis menghadap ke arah Utara. Bangkunya masih baru, berwarna putih susu dan terlihat baru di cap untuk memberi tanda bahwa ini adalah properti sekolah.

Aku berangkat diantar mami dengan menunggangi kuda besi, Kijang Innova keluaran 2015 bersama saudara kembarku. Pagi ini berjalan dengan lancar, karena aku berhasil bangun lebih pagi untuk mencegah terjebak macet, maklum rumahku berada di kota yang berbeda dari sekolahku ini, aku seorang komuter.

Rumahku terletak di Sidoarjo, di sebuah perumahan kecil yang jaraknya kurang lebih 15 Km jauhnya dari SMA ku ini. Oh ya, aku sekarang adalah murid SMAN 25 Surabaya. Terletak di pinggir kota Surabaya, merupakan SMA Negeri dengan bangunan yang luas dan rindang.

Sebenarnya aku nggak bercita-cita buat masuk ke sekolah ini, gimana ya, cita-citanya itu cuma buat nyenengin orangtua. Karena kalo di Surabaya, sekolah negeri kan gratis, kebetulan juga SMAN 25 ini siswanya banyak yang lolos jalur undangan saat seleksi masuk perguruan tinggi, dan SMAN 25 ini seperti yang sudah aku katakan, letaknya di pinggir kota Surabaya, jadi dekat dari rumah.

Perlu kalian ketahui, aku masuk ke sekolah ini rangking dua dari bawah, sedang kembaranku berada di rangking 100 besar. Tidak mengejutkan, mengingat aku mengerjakan ujian dengan menahan sakit perut, karena malam sebelum tes aku makan sambal.

Terlepas dari semua kepasrahan dan sedikit kebanggaan karena bisa masuk sma ini, aku sangat semangat untuk menciptakan memori masa sma terbaik yang pernah ada.

Highschool Reality : When the Journey BeginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang