Malam ini aku hanya duduk termenung di kursi halaman rumah, sembari menunggu papa pulang. Tadi sore papa meneleponku dan mengatakan akan pulang lebih awal. Oleh karena itu aku berencana untuk makan malam bersama dengan papa.
Tadi sore juga aku sudah berpesan kepada bik murni agar memasak makanan untuk makan malamku dan papa.
Untung cuaca malam ini sangat mendukung. Bulan purnama terlihat indah dengan dihiasi beribu bintang di langit. Mungkin ini akan menjadi salah satu hobiku, melihat langit di malam hari. Perasaanku terasa membaik karenanya.
Waktu telah menunjukkan pukul 21.00 malam. Mungkinkah papa tidak jadi pulang lebih awal. Ada sedikit kekecewaan ketika aku memikirkan itu. Sudah lama aku dan papa tidak makan malam bersama. Terkadang aku merindukan moment-moment bersama papa.
Di saat sedang asik merenung, aku mendengar bunyi klakson mobil dari luar pagar. Aku lalu bergerak menuju pagar dan membukanya.
Ternyata itu mobil milik papa. Sepertinya papa menepati perkataannya. Ada kelegaan menghampiriku.
Aku tersenyum melihat papa yang melambaikan tangannya dari dalam mobil yang terhalang kaca jendela mobilnya.
Kemudian mobil papa masuk ke dalam halaman rumah. Papa turun dari dalam mobil dan menyapaku.
" Kamu nungguin papa, dam? " Aku menyalami papa. Sudah lama juga aku tidak melakukan ini. Papa tersenyum ke arahku.
" Iya, pa. Sekalian ngeliat bintang-bintang di langit " papa terkekeh pelan.
" Ada-ada aja kamu malah ngeliat bintang "
" Gapapa, pa. Adam merasa lebih baik waktu ngeliat bintang. Mungkin mama ada di salah satu bintang itu, pa. Mungkin juga mama lagi merhatiin kita dari atas sana " papa kembali tersenyum.
" Kamu seperti anak kecil aja, dam " ujar papa.
" Ya udah, pa. Ayo masuk. Papa belum makan, kan? Tadi Adam udah nyuruh bik murni buat masak makan malam " aku dan papa masuk ke dalam rumah. Kemudian langsung menuju meja makan.
Di meja makan, setelah menghabiskan makanan, kami terlibat obrolan antara anak dan ayah tentunya. Papa banyak bercerita tentang kesehariannya di rumah sakit hari ini. Papa sangat bersemangat ketika menceritakannya.
Di rumah sakit tempat papa bekerja ternyata banyak yang menyukai papa. Terlebih lagi, pasien yang masih anak-anak. Papa memang mudah berbaur dengan mereka. Sifat papa begitu supel hingga banyak yang menyukainya.
Aku senang mengenai itu. Setidaknya papa tidak merasa kesepian. Walaupun papa memiliki seorang cucu, tetapi mereka jarang bertemu. Karena mas Deno dan keluarganya tinggal cukup jauh dari rumah tempatku dan papa.
Papa berhenti bercerita tentang harinya. Lalu papa menanyakan bagaimana hariku.
Aku pun teringat pada kejadian tadi siang di rumah Radit salah satu siswaku. Tentang masalah jantungku yang berdetak lebih cepat. Aku langsung menanyakannya pada papa. Tetapi papa malah tertawa.
" Jantung kamu berdetak lebih cepat saat berbicara dengan kakaknya siswa kamu itu? Kamu beneran aneh, dam " aku bingung dengan perkataan papa.
" Aku aneh? Kenapa aku aneh, pa? " Tanyaku memastikan.
" Iya, kamu aneh. Sepertinya kamu memang belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta " aku terdiam. Jatuh cinta? Apa hubungannya?
" Jadi, dia cantik? Cocok sesuai tipe kamu, dam? " Apa yang papa katakan. Aku sungguh tidak mengerti.
" Papa lagi bicarain apa sih, pa. Adam ga ngerti " yang kudapat hanya tawa papa.
" Begini Adam, jantung kamu itu ga ada masalah apa-apa. Tapi penyebab jantung kamu berdetak lebih cepat itu karena kamu sedang jatuh cinta sama wanita yang kamu temui tadi siang. Cuma sama dia kan jantung kamu seperti itu? " Aku mengangguk pelan.
" Udah pasti kamu suka sama dia " cibir papa.
" Tapi Adam baru sekali ketemu, pa " elakku.
" Itu namanya cinta pada pandangan pertama, dam. Jadi, sebentar lagi papa bakal dapat menantu baru " Papa memang ngawur. Sudah menyebut-nyebut menantu.
Aku masih ragu terhadap pernyataan papa tadi tentang yang sedangku alami sekarang. Cinta pada pandangan pertama, ya? Entahlah. Aku juga tidak mengerti tentang hal-hal seperti itu. Biarkan waktu yang menunjukkan semua faktanya. Aku tidak harus di buat pusing hanya karena itu.
Papa dan aku menyudahi acara makan malam kami. Dan membereskan semua.
Aku berpamitan pada papa untuk kembali ke kamar. Papa juga mungkin menuju ke kamarnya.
Setelah di kamar, aku duduk di ranjang sambil memangku laptop dan mengerjakan tugas-tugas dari kepala sekolah. Bukan hanya siswa yang memiliki tugas, guru pun juga sama. Tentu saja tugasnya berbeda.
Tugas itu tak lama ku kerjaan, karena juga tidak terlalu banyak.
Aku memutuskan untuk tidur. Tapi masalahnya, ucapan papa tentang cinta pada pandangan pertama itu sangat menggangguku berkonsentrasi untuk tidur.
Kenapa hanya untaian beberapa kata itu membuatku linglung seperti ini. Ah, enyahlah. Aku berusaha menghalau kalimat itu dari pikiranku. Dan setelah berjuang keras, akhirnya aku tertidur juga.
***
Hari sudah siang. Bel istirahat baru berbunyi beberapa saat yang tadi. Aku mampir ke kantin membeli makanan untuk mengganjal perut.
Ketika masuk kantin, banyak siswa yang menyapaku dan ku sapa kembali dengan ramah.
Di kantin sangat ramai. Tapi tidak sampai harus berdesak-desakan.
Aku menghampiri stan yang menjual mie ayam. Dan mengatakan pada penjualnya agar mengantarnya ke mejaku di ruangan guru.
Saat berlalu pergi, aku berpapasan dengan Radit. Radit menyapaku. Dan mengatakan ingin berbicara denganku sebentar.
" Papa Mama saya malam ini baru sampai di Jakarta, pak. Kak Ana nyuruh saya sampaiin ke bapak untuk datang ke rumah besok. Karna besok Sabtu, berarti jadwal saya les private ya, pak? " Radit menyampaikan maksudnya.
" Besok saya akan ke rumah kamu. Kalau soal lesnya, kita lihat besok dulu. Siapa tau banyak yang akan saya bicarakan dengan orang tua kamu " ucapku. Aku akan melihat tanggapan orang tua Radit dulu mengenai les private itu.
Aku akan bekerjasama dengan orang tua Radit. Besok semua akan ku sampaikan dengan baik. Pasti mereka akan menyetujui usulanku untuk mengubah nilai Radit.
" Kalau gitu saya ke kantin ya, pak " Radit pamit pergi ke kantin.
Aku lumayan merasa senang karena sikap Radit sedikit ada perubahan. Dia tidak terlalu cuek seperti biasanya dan lebih banyak berbicara padaku.
Aku benar-benar berharap apa yang kulakukan memang dapat memberi perubahan pada nilai Radit dan juga sikapnya.
Aku kembali ke ruangan guru dan menuntaskan beberapa pekerjaan dan mie ayam pesananku juga sudah datang.
Aku tak makan sendirian di mejaku. Aku berbaur dengan guru-guru senior yang ada di ruangan. Aku ingin menjalin hubungan yang benar-benar baik dengan mereka. Aku juga butuh bimbingan dari mereka yang sudah berpengalaman dalam dunia pendidikan.
Dan sambil makan pun kami terlibat beberapa obrolan.
***
Mungkin segini dulu aja ceritanya. Tapi si Adam lucu banget yah pas tau tentang jatuh cinta pada pandangan pertamanya. Ahaq..
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
And You
Romance((slow update)) Adam Faheema (29), seorang guru IPS di sebuah SMP swasta elite. Banyak yang mengatakan pekerjaan Adam itu membosankan. Padahal sebenarnya hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Adam, mengajar mata pelajaran IPS dengan para muridny...