-,' Tawaran

10 1 0
                                    

Setelah tau dimana letak kamarnya Radit, aku menaiki tangga menuju lantai atas, dan mencari kamar Radit.

Dari yang wanita galak tadi katakan, kamar Radit berada di kamar kedua setelah tangga.

Aku menemukannya. Jelas terlihat dari sebuah papan kecil yang tergantung di engsel pintu. Nama Radit tertera disana.

Pintu kayu dengan corak yang indah itu tertutup rapat. Sepertinya Radit sedang tidur. Aku menjadi ragu untuk masuk ke dalam kamarnya. Namun, pemikiran itu ku singkirkan. Aku harus menjenguk Radit.

Kemudian aku mengetuk pintu kamar Radit. Dan tak lama, terdengar sahutan dari dalam.

" Siapa? " Teriaknya dari dalam kamar.

" Ini saya, Pak Adam. Saya mau jenguk kamu, Radit " ujarku di depan pintu.

Aku mendengar suara decitan ranjang. Aku yakin Radit sedang turun dari ranjang dan akan membukakan pintu.

Benar saja. Pintu kayu yang indah itu terbuka dan terlihatlah Radit dengan rambut yang berantakan. Radit hanya mengenakan celana pendek dan sebuah kaos kebesaran. Raut wajahnya seperti sehabis bangun tidur.

" Kok Pak Adam bisa disini? " Kaget Radit saat melihatku. Aku tersenyum padanya.

" Saya mau jengukin kamu, Radit. Kamu lagi sakit , kan? Ini. Saya juga bawain buah-buahan buat kamu, biar cepetan sembuh. Nih.. " aku menyerahkan buah-buahan itu pada Radit.

Remaja laki-laki itu menerima buah yang ku bawa.

" Ga usah repot-repot, pak. Saya juga udah mendingan " ungkapnya dengan ekspresi biasa saja.

" Tapi, tujuan saya kesini bukan cuma mau jengukin kamu " Radit tampak bingung dengan perkataanku.

" Kamu masih ingatkan, kalau saya menyuruh kamu untuk menyampaikan ke orang tua kamu agar bertemu dengan saya "

Radit semakin kaget setelah mendengar perkataanku. Jangan-jangan anak ini belum memberitahukan orang tuanya sama sekali.

" Orang tua saya lagi ga di rumah, pak " ucapnya datar. Aku terdiam sebentar.

" Besok juga ga bisa ketemu. Orang tua saya lagi di luar kota. Jengukin Oma saya " tambah Radit lagi.

Lalu aku teringat pada wanita cantik tadi. Dia siapanya Radit. Kakak? Seharusnya dia bisa menjadi wali Radit untuk sekarang.

" Tadi saya di bawah ketemu sama seorang wanita, dia siapa kamu? "

" Kakak saya, pak " ujarnya santai sambil bersandar di daun pintu.

" Kalau begitu, saya akan bicara sama kakak kamu "

" Bicara sama aku? Mau bicara apa? " Tiba-tiba wanita tadi yang ku temui di bawah datang dari arah tangga.

Kakaknya Radit itu berjalan ke arah kami. Radit kaget melihat kakaknya datang.

" Seharusnya saya bicara dengan kedua orang tua kamu. Karena mereka ga disini, saya ingin bicara dengan kamu saja mengenai Radit " ujarku menatap kakaknya Radit.

Wanita ini benar-benar cantik. Dengan memakai gaun berwarna putih selutut dan rambut yang di gerai panjang.

" Tentang Radit, ya?.. " wanita itu melirik ke arah Radit. Sedangkan Radit terdiam, dan memilih melihat ke arah lain.

" Kalau gitu bicaranya di bawah aja. Dan kamu Radit, ganti pakaian kamu. Setelah itu turun ke bawah " Radit mengangguk dan menutup pintu kamarnya.

Kakaknya Radit berjalan ke arah tangga untuk turun ke bawah. Aku mengikutinya dari belakang.

And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang