BABAK BARU

26 3 0
                                    

Brama duduk sambil berbincang penuh canda bersama Terra, Mira dan anak laki-laki mereka. Di mata Terra, Brama menjadi sosok pengganti Martha untuk saat ini, begitupun bagi Ragil dan Raffael yang sudah mengenal Brama cukup lama.

"Ah, rasanya haus sekali." Ujar Brama yang bangkit bermaksud mengambil minum di dapur.

"Biar Mira saja yang ambilkan minumannya Mbah."

"Tidak usah, mbah sekalian mau buang air kecil. Lagi pula orang tua seperti mbah, tidak baik lama-lama duduk, nanti tulangnya makin keropos." Canda Brama.

Terra, Ragil, Raffael dan Mira yang menggendong anaknya berbincang ngalor-ngidul tak menaruh curiga sama sekali pada Brama. Hingga tak selang berapa lama Brama kembali dengan segelas air putih di tangannya seiring suara gaduh dari gelas-gelas yang menghantam lantai hingga pecah menjadi puing beling berserakan.

'Dasar babu tolol!' Gerutu Brama dalam hati mengutuk seorang kembang muda desa yang bekerja untuk membantu di rumah Terra.

"Ma... maafkan saya tuan." Sesalnya dengan suara tergagap-gagap.

"Mbak Nanik?!" Suara Mira berteriak dari ruang tamu sambil berhambur menggendong anaknya menuju dapur.

"Maafkan aku Mira, aku tak sengaja." Ulangnya lagi dengan perasaan bersalah karena sempat menatap wajah Brama yang melotot kesal.

"Sudah tidak apa-apa Mbak, tolong dibersihkan saja ya mbak."

"Iya Mir."

Brama tua masih memandang kesal ke arah Nanik yang sekarang sibuk membersihkan sampah beling akibat kecerobohannya.

Brama sempat duduk kembali bersama anak-anak itu namun raut wajahnya masih terlihat kesal apa lagi saat melihat Nanik yang berpamitan keluar untuk membeli sesuatu katanya. Pandangan matanya seperti ingin menampar keras perepmuan tolol itu.

"Sudah hampir siang, mbah harus pulang dulu. Kebetulan mbah ada janji hari ini. Nanti kapan-kapan mbah mampir lagi ya." Ujarnya sambil menggoda anak Terra dan kemudian menciumnya.

Memang beda bila dibanding hasil didikan Lukas atau Martha dengan hasil didikan Wicak yang memang jauh berwibawa dan sopan. Senyelennya Raffael dan Ragil dia masih punya sopan santun untuk mengantar Brama menuju pintu depan saat dia pergi, tak seperti Terra yang malah santai duduk di kirsinya.

"Dasar tolol! Hampir saja aku tadi berhasil membunuh anak-anak itu!" Telapak tangan keriputnya menghantam setir keras-keras melampiaskan amarahnya pada Nanik.

Kulit di sekitar alisnya masih mengkerut begitu dalam dengan dengusan napas yang berusa merelakan kegagalan yang dideritanya akibat kecerobohan Nanik tadi.

"Ah sudahlah, masih ada waktu. Nanti kalian tak akan lolos lagi." Gumamnya sambil memacu mobil rongsok tua miliknya dengan cepat.

***

AKARSANA : Putri Tak BertuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang