"KAK JINHYUK!"
Hyungjun dan Jinwoo menatap seseorang yang datang di depan mereka dengan tatapan tak percaya.
Jinhyuk, orang yang mereka tahu sudah meninggal, masih hidup dalam keadaan sehat?!
"Halo, apa kabar? Reaksi kalian gitu amat, muka gue terlalu ganteng, ya?"
Rangkulan Hyungjun pada Jinwoo semakin erat, matanya menatap tajam ke depan, ke arah Jinhyuk yang kini berdiri di depan Eunsang yang berada beberapa langkah di depan dirinya.
"Eunsang, kerja bagus," ucap Jinhyuk, sambil menepuk-nepuk pundak Eunsang dengan bangga.
"Eunsang, l-lo juga termasuk?" Hyungjun menatap Eunsang tak percaya.
Eunsang hanya diam, tak menjawab maupun berbalik menatapnya. Membuat Hyungjun memundurkan langkahnya, begitu juga dengan Jinwoo.
"Jinwoo, lo kan temen kesayangan gue, lo gak mau meluk gue gitu?" Tanya Jinhyuk, namun membuat Jinwoo merinding.
"Maaf kak, Jinwoo gak mau punya temen orang jahat, Jinwoo gak suka."
Senyum di wajah Jinhyuk perlahan luntur, digantikan dengan raut wajah datarnya.
"Eunsang, telpon Sihoon, suruh dia tulis nama mereka berdua sekarang."
Eunsang tiba-tiba menyeringai. "Tanpa lo suruh, gue udah sms dia kok," balasnya.
"BANGSAT LO, LEE EUNSANG!" Teriak Hyungjun marah dan langsung meninju wajah Eunsang hingga membuatnya jatuh tersungkur.
"Lo gila! Kenapa lo begini?!" Teriak Hyungjun lagi, sambil mencengkram kerah baju Eunsang.
"Gue begini karena Junho!" Bentak Eunsang dengan marah lalu mendorong Hyungjun. "Dia sahabat terbaik gue, tapi setelah Kak Yohan dateng, dia lupa sama gue! Bahkan dia ngusir gue pas gue butuh temen di saat gue susah!"
"Tapi gak begitu juga caranya! Lo bicarain baik-baik sama Junho, bukan ikutan jadi pelaku pemegang death note!"
"Percuma, Junho juga udah mati."
Hyungjun membulatkan matanya tak percaya.
"Udahan berantemnya?" Tanya Jinhyuk tiba-tiba. "Gue kan mau ikutan juga."
Tanpa aba-aba, Jinhyuk mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Sebuah pisau lipat.
"JINWOO, LARI!"
"Ayo dong, badan gue pegel diiket terus," gumam Dohyun kesal sambil berusaha memotong tali yang mengikat badannya menggunakan sebuah cutter yang dia dapat dari atas meja.
"Kak Hangyul serem banget sih, mana pucet dan kaku begitu." Dohyun bergidik ngeri melihat mayat Hangyul yang menghadap ke arahnya.
Brak
Badan Dohyun menegang, dengan kaku dia menoleh ke arah pintu ruangan yang terdengar sedang berusaha dibuka dari luar.
Brak!
Dohyun berjengit kaget, tangannya yang sedang memotong tali sampai tak bergerak karena terlalu takut.
BRAK!
"ADA SETAN! HUWAAAA MAMAAA!!!" Jerit Dohyun takut dengan kedua mata terpejam.
"Setan pala lo peyang! Gue Mahiro bodoh!"
Dohyun yang sedang menjerit-jerit dengan suara lumba-lumbanya itu langsung membuka kedua matanya dan melihat teman Jepangnya itu menatapnya kesal dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"L-lo kok tau gue disini?!"
"Banyak omong deh lo."
Mahiro dengan gesit bergerak melepas ikatan yang mengikat badan Dohyun. Setelah terlepas, tanpa basa-basi lagi dia menarik Dohyun keluar dari sana.
"Woi, lo kok tau gue disekap?!"
"Gue dikasih tau Jungmo, puas?"
"Loh, katanya Kak Sihoon, Kak Jungmo-"
"Dia time traveller, Dohyun. Dia sempet nulis surat dan naruh suratnya di atas meja belajar gue."
"Terus sekarang lo mau bawa gue kemana?" Tanya Dohyun panik sendiri.
Mahiro dengan santainya menjawab, "Lo temenin gue ke kantor polisi. Kita kasih bukti yang udah dikumpulin Jungmo."
"L-loh, emang pelakunya siapa?!"
Mahiro berhenti melangkah, lalu tersenyum miring membalasnya. "Nanti lo bakal tau, kok."
"Lo berdua udah gak waras ya!"
"Apa? Coba ulangin lagi?"
"LO BERDUA GILA!"
Yohan dan Sihoon tertawa senang melihat reaksi Minkyu yang marah melihat mereka berdua mengaku kalau mereka lah pelakunya.
"Lo sama aja kayak yang lain, gampang dibohongin," kata Sihoon dengan santai.
"Ibu-ibu yang lo liat di rumah Wonjin, itu orang suruhan gue. Death note yang temuin, dia juga yang naruh," jelas Yohan.
"Ja-jadi bener kata Jungmo, kalian berdua, Eunsang, sama Kak Jinhyuk pelakunya?!"
Yohan dan Sihoon mengangguk senang.
"Gue tau lo benci sama Wonjin karena selalu kalah dari dia. Wonjin selalu nanganin kasus, sementara lo cuma kerja disaat Wonjin gak bisa turun tangan. Rasa iri jadi benci, klasik banget," ucap Yohan sambil berdecak.
Minkyu menggeram tertahan. "Gue tau lo iri sama gue karena gue berhasil menggapai cita-cita gue. Sementara lo apa, jago bela diri sih iya, tapi lo selalu gunain itu buat pamer ke orang lain," balasnya tajam.
Yohan yang emosi hendak maju, namun Sihoon dengan cepat mencegahnya.
"Udah lah, Yohan. Bentar lagi dia gak bakal bikin lo kesel lagi, bentar lagi kan dia bakal mati."
Minkyu terdiam. Bukan karena takut, tapi karena dia melihat death note di balik jaket yang dikenakan Sihoon, dan dia berencana untuk mengambil buku itu.
"Lo kenapa dah? Mau mati sekarang?" Tanya Yohan. "Kalo gitu, tulis aja nama dia sekarang."
Sihoon mengangguk kemudian mengeluarkan death notenya. Baru saja dia hendak menulis, Minkyu dengan cepat bergerak maju untuk mengambil death note tersebut.
Namun sayang, Sihoon yang menyadari niat Minkyu dengan sigap menyandung kakinya, membuatnya jatuh tersungkur ke depan.
Dengan kepala yang membentur meja dengan keras. Tak hanya itu, vas bunga yang ada di atasnya terjatuh. Tepat ke kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|1| Death Note | Produce X 101 ✓
Misterio / Suspenso❝Cari buku itu secepatnya.❞ Dibaca sebelum Laboratorium & Mirror