Chapter II: Hamartia of Innocence

22 1 0
                                    

Disclaimer: semua karakter dalam Dragon Knights adalah milik Mineko Ohkami.

Sebagian chapter ini  ditulis berdasarkan chapter tambahan Black Education, pada jilid 12 arc Revival manga Dragon Knights. 


---------------------------------------------------------------

"The past is never dead. It's not even past. All of us labor in webs spun long before we were born."

~William Faulkner~


Di satu musim dingin, seorang bocah nakal kabur dari rumahnya bersama seekor serigala besar berbulu seputih salju dan seekor naga api. Kejenuhan rutinitas di istana membuatnya bosan setengah mati. Sementara keriuhan kehidupan di luar tembok kastil begitu mengundang, menjanjikan keriangan dan kemungkinan seru dari petualangan berburu monster.

Aku sering melihat Lord Lykouleon diam-diam menyelinap pergi. Sebelumnya, aku sering ikut dengannya, berpetualang berkeliling negeri. Meski sebetulnya sang raja tidak pernah pergi terlalu jauh dari ibu kota saat mengajakku, tapi tetap saja pergi ke luar bersamanya terasa lebih asyik daripada berdiam diri di balik tembok kastil yang kokoh. Sayang sekali beberapa peristiwa yang terjadi saat aku ikut dengannya membuat Lord Lykouleon enggan membawaku lagi.

Terakhir kali aku ikut Lord Lykouleon ke luar, seekor basilisk memporak-porandakan separuh kota. Lord Lykouleon meminta seorang prajurit untuk mengantarku pulang, sebelum dirinya sendiri turun tangan membereskan kekacauan itu. Di tengah perjalanan, prajurit yang menemaniku tewas, Jadi kuputuskan untuk pergi mencari Lord Lykouleon, berniat melihat kehebatannya saat melawan monster setinggi menara itu.

Namun aku teralihkan, seorang gadis sedang ditimpa kesulitan karena ibunya terjebak di dalam rumah. Aku terdorong untuk membantunya. Menolong wanita itu bukan hal mudah. Kakinya terhimpit balok kayu, bangunan itu nyaris runtuh, sementara aku hanyalah bocah kecil yang kesulitan mengangkat pedang milik salah satu pengawal yang tewas. Kulakukan upaya terbaikku. Kedua tangan yang sebelumnya tidak pernah kupakai untuk pekerjaan kasar, berdarah karena serpihan kayu.

Aku nyaris putus asa saat balok itu akhirnya tersingkir. Air mata mulai menggenang, tanganku terasa perih saat menggenggam pedang. Tapi aku tidak bisa tinggal diam. Selagi belum bertemu kembali dengan Lord Lykouleon, aku yang akan melindungi wanita itu, juga kota Draqueen. Sungguh sesuatu yang muluk-muluk untuk seorang anak kecil, tapi Honoo sang Draig-Teine terbangun menjawab tekad itu.

Setelah peristiwa itu, Lord Lykouleon tidak punya pilihan lain selain menobatkanku sebagai ksatria naga api. Sesudah peristiwa itu, Lord Lykouleon tidak lagi mengajakku ke luar, tidak ingin membuat sang ratu cemas karena aku berada di luar perlindungan tembok istana.

Di awal musim dingin, aku menyelinap keluar kastil. Mengajak serta Crewger si serigala salju dan Honoo, aku meloloskan diri dari gerbang istana dengan mengecoh penjaga. Aku bisa melakukan sihir ilusi, juga sihir es – yang entah mengapa bisa kukuasai dengan cukup mudah dibanding sihir lainnya, meski statusku adalah ksatria naga api. Dengan semua itu, aku tidak melihat ancaman apapun dalam perjalanan ke luar. Semua terkendali, aku akan bisa mengatasi hambatan dan masalah dengan baik.

Namun rasa puas itu mengecoh dan kesialan menimpa, aku bertemu dengan seorang yang tidak bisa kulawan dengan batasan kemampuan saat itu. Atau mungkin kesialan itu hanyalah nasib buruk yang telah lama terikat padaku, konsekuensi yang telah menunggu begitu lama untuk dibayar, menanti dengan sabar selagi mereka menyembunyikanku dalam Dragon Castle.

Sesosok jangkung dan rupawan menyapaku dengan ramah di hutan. Dia seolah telah mengenalku cukup lama. Aku sempat mengira dia teman keluargaku atau semacamnya, sampai kemudian dia mengatakan sesuatu yang membingungkan, membuatku merasa tidak enak karena tidak mampu mengingat tentangnya.

The Court of LiesWhere stories live. Discover now