Chapter III: Know Thyself

25 1 0
                                    

Disclaimer: semua karakter dalam Dragon Knights adalah milik Mineko Ohkami.

Sebagian chapter  ini ditulis berdasarkan chapter spesial Faerie Watch, pada jilid 10 arc The  Quickening manga Dragon Knights

-------------------------------------------------------

"How blessed are some people, whose lives have no tears, no dreads; to whom sleep is a blessing that comes nightly, and brings nothing but sweet dreams."

~ Bram Stoker ~

Penglihatan asing yang kuterima saat bertemu dengan si alkemis dari Arinas, entah itu adalah ingatan tentang masa yang telah lampau, atau itu hanyalah kenangan palsu yang dibuat si penyihir. Aku ingin sekali percaya itu hanyalah sesuatu yang palsu, bahwa si alkemis mungkin berkomplot dengan sang penguasa kegelapan dari Kainaldia, tujuannya hanya untuk menghancurkan bangsa naga. Alfeage, sekretaris negara yang sangat cerewet dan pemarah, mengatakan Kharl hanya ingin memanipulasi ingatanku. Namun ada bagian diriku yang percaya ada kebenaran dalam apa yang kulihat saat itu – kebenaran yang tidak semua dikatakan oleh keluargaku saat ini.

Dengan semua buku sejarah yang telah kubaca, dan dengan potongan-potongan ingatan itu, kebenarannya begitu sulit untuk kuabaikan. Tidak peduli betapa enggan dan takut aku menatap ke depan cermin, bayangan hitam itu tetap ada di sana, menantiku menatapnya – atau menungguku lengah agar bisa menyergap dan membuat kekacauan lagi.

"Lord Lykouleon tidak mau menjawab pertanyaanku," keluhku di satu sore. "Dia menghindar setiap kali aku bertanya."

"Soal apa?" tanya Ruwalk. Sore itu dia mampir untuk menanyakan perihal mengapa aku tidak ada di ruang belajar saat governess datang kemarin.

"Kau tahu soal apa," sahutku muram. Aku menyendok kue cokelat dan mengunyah sesuap besar.

Ruwalk memasukkan gula dalam cangkir tehnya, dan mengaduk agak terlalu lama sebelum meminumnya.

"Sudah kuduga, aku takkan mendapatkan jawaban apapun," gumamku.

Ruwalk menghela napas panjang. "Tidakkah cukup tahu kau punya keluarga yang sangat menyayangimu, Rath?"

Aku mengangguk, meski bingung harus menjawab bagaimana. Sang menteri menunggu jawaban, selagi aku memainkan krim dengan ujung garpu. "Aku berharap Lord Lykouleon jujur padaku."

"Itu sudah lama sekali berlalu, Rath. Dan kau masih mempercayai apa yang ditunjukkan penyihir itu padamu."

"Bagaimana kalau apa yang ditunjukkannya padaku itu benar? Bagaimana kalau benar aku adalah mo-," aku tidak sanggup menyelesaikan kata terakhir itu. Mendadak muncul perasaan tidak enak yang membuat mual, aku mengalihkan pandangan pada bebek-bebek yang sedang meluncur di kolam.

Entah bagaimana, jauh di dalam hati, aku tahu kebenarannya. Aku hanya membutuhkan konfirmasi kalau itu bukan delusi atau semata ingatan palsu yang dibuat si alkemis. Semua orang tidak mau memberikan jawabannya, bahkan Kaistern sekalipun.

Aku memakan satu suapan terakhir kue yang tersisa, dan meminum habis teh di cangkirku.

"Rath?"

"Tidak apa-apa. Kita tidak perlu membahasnya lagi. Aku undur diri dulu. Thatz menungguku." Aku beranjak dari kursi.

"Apa yang kalian rencanakan?" tanya Ruwalk curiga.

Aku mengedikkan bahu. "Entah. Thatz yang tahu. Dia yang paling jago soal berburu harta"

"Apa? Kau tidak boleh berburu monster, Rath." Ruwalk buru-buru bangkit dari duduknya, membuat cangkir tehnya nyaris terguling kalau saja dia tidak segera memegangnya.

The Court of LiesWhere stories live. Discover now