Chapter IV: Ignotum per Ignotius

27 1 0
                                    

Disclaimer: Semua karakter  dalam Dragon Knights adalah milik Mineko Ohkami.

Aegyr, Lovisa, Yvaldi, Rhodri, dan Geraint adalah tokoh rekaan penulis.

Aegyr, Lovisa, Yvaldi, Rhodri, dan Geraint adalah tokoh rekaan penulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"I'm going to tell you something: toughts are never honest. Emotions are."

~ Albert Camus ~

Tidak lama setelah peristiwa dengan raja Salem, pasukan Nadil mulai bergerak menimbulkan ancaman baru. Peperangan besar sudah di depan mata. Wilayah Kuulta telah jatuh. Sementara itu, Faerie Forest yang juga berada cukup dekat dengan Kainaldia masih bertahan, para elf tidak semudah itu ditumbangkan, meski takkan lama bertahan kalau tidak segera mengambil tindakan.

Wilayah Glaciosa ikut terkena dampaknya. Tampaknya Nadil pun memiliki pendukung di sana. Nadil berusaha mengambil alih kendali seluruh Dusis. Adik dari penguasa Glaciosa datang menemui Lord Lykouleon. Beberapa hari setelahnya, para penguasa empat kerajaan yang tersisa di Dusis menyusul kedatangannya. Mereka berbicara cukup lama, berdiri di antara pilar-pilar pualam tinggi, berdebat, sembari mengamati peta seluruh dusis yang terlukis sempurna di atas lantai pualam. Beberapa tiruan benteng dan kapal tersebar di atas lukisan itu, seolah mereka sedang memainkan perang-perangan yang sering kulakukan di sana saat aku kecil.

Dulu Alfeage selalu mengomel kalau aku bermain di sana, mendorong tiruan kapal dan menerbangkan tiruan naga elemental yang ada di sana, tenggelam dalam imajinasiku sendiri. Hingga kemudian sang menteri naga putih memerintahkan seorang pembuat mainan untuk membuatkanku tiruan benda-benda di atas peta itu untuk melengkapi pasukan mini yang kumiliki di kamar. Padahal Lord Lykouleon sendiri tidak pernah memarahiku saat aku bermain di aula itu.

"Nadil menguasai satu dari tujuh kerajaan di Dusis. Dan satu wilayah lagi telah jatuh, Yang Mulia. Jadi apa keputusan Anda?" suara Lord Aegyr yang cukup lantang menyentakkanku dari lamunan,

Lord Lykouleon tidak segera menjawab, memandangi peta beberapa saat, menimbang ulang keputusannya. Aku tahu ini berat baginya. Berbeda dengan para pendahulunya, Lord Lykouleon tidak tertarik dengan peperangan. Dia pernah berkata bahwa peperangan merenggut banyak hal, mengubur kebahagiaan, mematahkan mimpi, dan menghapus masa depan bagi sebagian orang. Namun peperangan dengan Nadil adalah satu konflik yang diwarisi dari raja sebelumnya, tidak mudah diakhiri, tidak akan cukup disudahi dengan negosiasi.

"Glaciosa memang berada di seberang lautan," kata Lord Lykoleon. Ia mendorong miniatur kapal berlayar hitam mendekat ke garis pantai sebuah wilayah di sebelah utara Dragoon dan Kainaldia dengan sebuah tongkat. "Nadil punya pasukan yang setia padanya. Saat armada hitam ini mencapai Glaciosa, maka sudah terlambat untuk menyelamatkannya. Lady Lovisa, Hyuuray memiliki armada yang kuat, bisakah aku mengandalkan kekuatanmu untuk mencegah armada Nadil mencapai Glaciosa?"

Seorang wanita cantik berambut kemerahan mengangguk pada Lord Lykouleon. "Sesuai perintah Yang Mulia."

"Menyelamatkan satu wilayah tidak akan cukup untuk mencegah Nadil mengambilalih Dusis," ucap seorang elf dengan rambut gelap.

The Court of LiesWhere stories live. Discover now