Chapter V: Anam Cara

32 0 0
                                    

Disclaimer: semua karakter dalam Dragon Knights adalah milik Mineko Ohkami.

Chapter ini ditulis berdasarkan Dragon Knights Gaiden: One Day Another Day pada chapter 6 dan 7, Confession. 

------------------------------------------------------------------------------------------

"It's just that I belong in the quietest quiet, that's what's right for me."

~ Franz Kafka ~

Sebuah rahasia tidak bisa selamanya menjadi rahasia. Tidak peduli betapa rapat keluargaku menyimpan rahasia itu, pada akhirnya aku mengetahui hal yang terburuk. Demikian juga denganku, meski dengan semua senyuman dan segala tindakan yang membuatku terlihat tidak memiliki rahasia apapun, rahasia gelap itu akan ketahuan juga.

Aku sangat menikmati setiap waktu yang kulewati bersama teman-temanku. Mereka membuatku lupa pada hal-hal yang tidak menyenangkan, memberiku kenangan baru yang tidak tersentuh oleh kegelapan. Ketika bersama mereka, aku merasa menjadi pribadi yang baru, lepas dari semua predikat yang pernah kusandang, bersih dari segala gelar yang dilekatkan padaku sekarang, aku menjadi versi diriku yang berbeda dan jauh lebih baik.

Namun sampai kapan rahasia itu akan terjaga? Seringkali ketiga dewi takdir menyisipkan kejutan dalam bentang waktu yang mereka pintal di bawah pohon kehidupan. Perubahan adalah jenis kejutan yang tidak disukai banyak orang, karena prosesnya menyakitkan, dan biasanya berbuah kekecewaan. Aku tidak ingin hubungan kami bertiga berubah karena sebab apapun, itu sebabnya aku berusaha menjauhkan rekanku dari rahasia gelap itu.

Selama beberapa waktu, dengan keluargaku yang selalu bisa diandalkan untuk menjaga rahasia – seperti yang pernah mereka lakukan padaku, dengan tidak membiarkan satu pun informasi terlepas – kupikir rahasia itu tidak akan muncul ke permukaan. Tetapi ketiga dewi takdir memberikan kejutannya yang tidak menyenangkan.

Suatu sore Thatz mendesakku dengan pertanyaan yang paling tidak ingin kujawab; pertanyaan tentang siapa diriku. Jawaban dari pertanyaan itu, informasi yang seharusnya tidak diketahuinya, bisa saja mengubah hubungan persahabatan kami. Bagaimana bila dia tidak ingin berteman dengan monster? Tidak ada orang waras yang ingin dekat dengan monster berbahaya – keluargaku punya alasan berbeda soal ini, karena mereka punya kepentingan tertentu yang harus dipenuhi.

"Kaistern bilang untuk menanyakannya langsung padamu," ujar Thatz. Dia masih memegangi pergelangan tanganku, cukup erat hingga membuatku kebas, tapi tentu saja dia tidak memaksudkannya.

Secercah kekecewaan, aku tidak mengharapkan nama Kaistern muncul dalam perkara ini. Sebagai seseorang yang mengetahui rahasiaku, sang menteri luar negeri kerajaan ini seharusnya berbuat hal yang sama seperti yang lain dan menutup semua informasi. Namun Kaistern memang orang yang selalu adil, barangkali dia berpikir teman-temanku punya hak untuk tahu siapa sebenarnya rekan mereka.

"Baiklah, tapi lepaskan aku. Sakit, tahu," sahutku.

"Tidak bisa. Kalau kulepas, kau akan berusaha meloloskan diri. Besok aku akan pergi bersama Kitchel atas perintah Yang Mulia, berangkat pagi-pagi sekali. Itu sebabnya aku bertanya padamu sekarang. Kau menyembunyikan sesuatu tentang dirimu."

Bagaimana aku menghindari situasi ini?

"Kalau kau sudah bertanya pada Kaistern, mengapa tidak sekalian kau tanya jawabannya? 'Bahkan seandainya kau menyesal telah mengetahuinya, lakukan saja'. Itu kan yang dikatakannya padamu?"

"Benar," Thatz mengiyakan. "Dia bilang kau akan berusaha menolak, apapun caranya."

Aku mungkin tampak seperti hewan buruan yang terpojok. Tidak ada celah untuk lari. Barangkali aku tampak sangat menyedihkan, Thatz melepaskan pegangannya, bekasnya tampak memerah.

The Court of LiesWhere stories live. Discover now