Chapter 1 - Seven Things I Hate About You

3.6K 277 35
                                    

~Happy reading~

.

.

"And compared to all the great things
That would take too long to write
I probably should mention The 7 that I like."

.

.

Jungkook berdiri di ambang pintu. Satu raksasa pemalas berdiri di sana, di ambang pintu. Tebak apa yang dia lakukan...

Melamun.

Benar! Mari kita hitung beberapa detik kedepan, apa dia masih berdiri disana?

Satu detik, Jungkook menguap.

Dua detik, Jungkook menggaruk punggungnya.

Tiga detik, Jungkook menguap lagi.

Empat detik, Jungkook menggaruk punggungnya lagi.

Nah, kita tidak perlu tahu di detik kelima Jungkook akan melakukan apa. Karena rupanya lima detik paling berharga dalam hidup Jungkook lewat sia-sia karena cowok kelebihan zat besi itu hanya berdiri di depan pintu tanpa berniat menyentuh gagang telpon sama sekali. Gagang telpon yang sudah bergetar dari sepuluh detik yang lalu hanya dia pandangi dengan penuh khidmat dan penghayatan jiwa.

Beginilah aktifitas Jungkook yang paling produktif di pagi hari. Dia akan berdiri di ambang pintu. Melamun lima detik. Lalu balik lagi ke tempat tidur karena dia begitu merindukan selimutnya yang baru dia tinggalkan selama lima detik. Setelah berkubang dalam selimut, planning besar Jungkook selanjutnya adalah terbang ke alam mimpi. Alam mimpi ronde kedua. Atau ketiga. Atau berapapun yang dia mau. Terserah. Biar saja si pemalas itu berhibernasi.

.

.

.

.

Jimin mengentakkan kaki kuat-kuat ke jalan raya. Dia sudah lima belas kali menghentakkan kaki, mungkin di hentakan ke -17 bumi akan terbelah menjadi dua.

Sebal, sebal, SEBAAALLL!

Jimin sebal bukan main! Kemana sih cowok pemalas tak berguna itu?! Jimin sudah menunggu disini selama... kurang lebih, dua ratus masehi lamanya. Oke. Sebut saja Jimin lebay, habis siapa yang tidak bakal lebay kalau cowok yang paling kalian tunggu-tunggu malah mangkir seenak udel?

Jimin kembali menghubungi nomor ponsel Jungkook, tapi balasannya masih sama: "Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkau—"

"Ck!" Jimin merengut, tarik napas dalam-dalam. Dicobanya lagi menghubungi telpon yang ada di kamar Jungkook namun masih berujung pada tindakan sia-sia. 

"Gila! Mana sih tuh orang?" dumel Jimin mendengus berang. "Awas kalau aku sampai di sana dan si bodoh itu belum bangun dari tempat tidur, akan kujambaki dia! Pokoknya akan kujambaki dia! kujam..bakkkk rambutnya! KUJAMBAK DIA!" Saking emosinya, tanpa sadar Jimin membentak seorang kakek yang hendak menyebrang jalan.

Kakek itu melejit dari trotoar sambil berteriak kaget. Dipandanginya Jimin dengan pelototan ganas.

Jimin cengar-cengir malu. "Eh, maaf, heheheh... maaf pak. Saya tidak seng—"

"Anak muda jaman sekarang! Tidak punya sopan santun! Mau bikin saya mati jantungan, hah?!" bentaknya keras-keras, sukses mempermalukan Jimin di depan seluruh pejalan kaki yang lewat. "Mana orangtuamu? Panggil sini! Suruh bicara sama saya!"

She's A Lady [Jikook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang