THALASSA
Aku menghentakan kaki dengan kesal dan berjalan sangat cepat. Yang aku pikirkan aku harus pergi dari sini. Aku tidak peduli suara yang dihasilkan oleh sepatuku. Aku tidak peduli jika semua orang menganggapku sebagai putri yang kurang sopan atau sebagainya. Yang aku pedulikan adalah hidupku selanjutnya.
"Putri! Tunggu!" Teriak pelayan dari belakang pun tidak akan aku pedulikan.
Aku kesal, dan marah kepada ayah. Kenapa dia meninggalkan ku sendirian di sini. Kenapa dia tidak bilang jika aku harus di istana ini hingga pernikahan terkutuk itu tiba. Apalagi aku sangat marah dengan titisan lucifer itu. Berani sekali dia menyentuh tubuhku ini. Para pelayan saja tidak berani kenapa dia sangat berani. Lihat saja titisan lucifer. AKU AKAN MEMBALASMU, HAHAHA.
"Putri Thalassa kau ingin kemana?" Intrupsi suara.
Ck, sial! Aku berhenti lalu membalikan badan. Aku kenal dengan suara ini. Siapa lagi jika bukan calon mertuaku, Raja Charles. Aku menunduk hormat. "Salam yang mulia. Menjawab, aku sedang mengelilingi istana ini."
Aku terus saja menundukan kepala. Sampai suara dari depan membuatku ingin segera kabur dari sini. "Kelilinglah dengan calon suamimu." Dengan cepat aku mengangkat kepalaku. Dan kembali terkejut ketika titisan lucifer itu sudah berdiri di samping Raja Charles.
Tunggu, sejak kapan?
Aku tersenyum. "Dengan senang hati hamba menerimanya. Tapi, jika di lihat. Sepertinya pangeran sedang sibuk. Dan hamba tidak ingin menganggunya. Hamba bisa berkeliling dengan pelayan saja." Tolakku.
"Pangeran ini tidak sibuk." Ucapnya dingin titisan lucifer itu.
Aku tersentak, sial! Jika dia ikut aku tidak bisa pulang. Aku terus memutar otak mencari alasan yang tepat untuk menghindar darinya. "Akh!" Aku memegang perutku berpura-pura sakit.
"Kau tidak apa-apa, Thalassa?" Khawatir Raja Charles.
"Putri?" Panik pelayan.
Aku menampilkan mimik kesakitan. "Akh ... akh ... se-sepertinya penyakit la-lambung kambuh." Aku menekan di mana lambung ku berada dan terus merintih kesakitan. Aku harap ini berhasil.
Sampai suara bisikan membuatku ingin beneran kabur dari disini. "Putri, lambung berada di sebelah kiri bukan kanan." Bisik pelayan sambil menahan tawanya.
Deg
Mataku membulat lalu dengan cepat aku menunduk melihat tanganku yang memegang perut sebelah kanan. Lalu melihat ke arahnya. Yang masih menampilkan wajah datar-datar saja. Dengan cepat aku merubah posisi tanganku menjadi sebelah kiri. "Akh... iya, iya. Aduh lambung ku sakit sekali."
Hehehe...
👑👑👑
"Aaarrrgggghhhh....! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Kenapa ini? Kenapa diriku yang biasa pintar bisa menjadi bodoh seperti ini.
Apa di istana ini punya kekuatan ajaib menyerap kepintaran seseorang dan merubahnya menjadi bodoh? Jika ada, aku harus mencari benda itu dan melenyapkannya.
"Aarrrggghhhh.... ini sangat memalukan. Aku yakin dia melihatnya. Dan dia malah melihatku seperti itu. Aaarrrggghhh... bagaimana ini? Hancur sudah hancur sudah mukaku di depannya." Aku yakin pasti dia sekarang sedang menertawakan kebodohan yang aku punya.
Aku menghempaskan bokong ku di kasur. Mengamati setiap sudut kamar. Lalu melemparkan diri ke belakang. "Haah... empuknya." Desahku. Aku akui kasur di istana ini lebih sedikit empuk ingat se.di.kit. empuk dari punya ku. Wangi-wangian bunga lavender yang sengaja di bakar oleh pelayan di sini. Membuatku ingin terjun ke alam mimpi. Jujur aku sangat menyukai aroma ini. Bisa aku borong aroma lavender ini ke istanaku? Seperti tidak buruk.
Aku menatap langit-langit kamar yang begitu tinggi. Lampu gantung yang terbuah dari kaca memperindah langitnya. Aku mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup. Tapi, aku malas melihat siapa yang datang. Aroma lavender ini sangat menghipnotisku untuk masuk kedalam alam mimpi.
Aku menutup mataku, meresapi aroma yang tiba-tiba berubah perpaduan wangi kayu dan lavender.
Tunggu?
Wangi kayu?
Aku mengerucutkan bibir dan mengendus-ngendus aroma ini. Jika dipikirkan aku seperti anjing yang sedang mengendus-ngendus bau peledak. Aku memiringkan kepala, mengingat-ingat kembali aroma ini. Seperti kenal dengan aroma ini. Pikirku. Aromanya seperti aroma kayu dari hutan. Iya hutan, aroma hutan ketika sehabis hujan.
Apa pelayan mengganti aromanya.
"Seperti anjing. Tapi, aku suka."
Deg
Aku langsung membuka mata dan betapa terkejutnya ketika dia berada di atasku. Mengurungku dengan kedua tangan kokohnya. Dan jangan lupakan mata yang terhunus tajam menatapku.
Cup
Aku membatu. Apa-apaan ini kenapa dia menciumku tiba-tiba. Dan, dan te-tepat di bibirku.
Dia menyeringai lalu pergi meninggalkan diriku yang masih shock dibuatnya.
"SIALAN KAU TITISAN LUCIFER. AKAN AKU BALAS KAU!!!"
Ya tuhan, tolong hilangkan aku dari bumi ini sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Dasos
FantasyDia adalah titisan lucifer Berhati dingin dan tak tersentuh Sekali saja kau melakukan kesalahan Maka nyawamu yang menjadi taruhan Dia adalah dewa kematian Bagi siapa saja yang menentang kekekuasaannya Dia adalah malaikat berhati iblis Tersenyum memi...