Langit sudah berubah menjadi gelap. Matahari telah pulang ke rumahnya dan bulan yang kembali menghiasi langit malam bersama bintang.
Suara dentingan sendok dan garpu menjadi backsound dari acara makan malam tersebut. Makan malam yang hanya di hadiri oleh tiga orang dengan makanan yang bisa menafkahi satu kampung dalam sehari.
Thalassa yang menjadi bagian dari acara makan malam itu hanya memakan sedikit makanannya. Selera makannya telah hilang ketika titisan lucifer itu tanpa bersalahnya duduk di sebrangnya dan memakan makanan tanpa sepatah katapun. Sungguh Thalassa lebih baik pulang saja dari pada makan malam seperti kuburan di sini. Setidaknya di sana Ia masih bisa berceloteh ria bersama ayahnya.
Enak saja dia. Setelah mencium seorang lady, dan dia tidak merasa bersalah sama sekali.
Dari pada terlibat duduk manis dan menikmati makanan yang lezat tanpa bumbu percakapan. Setelah memaksa untuk menyuapkan sendok terakhir ke dalam mulutnya. Ia mengambil gelas lalu meminumnya dengan ya bisa di bilang anggun baginya tapi belum tentu anggun di mata pangeran di sebrangnya.
"Thalassa." Panggil Raja Charles.
Thalassa menaikan alisnya satu. Kebiasaanya jika ada yang memanggil namanya. Lalu tersadar dan tersenyum. "Ada apa yang mulia?"
"Apa kau menikmati makananmu?" Raja Charles menatap penuh harap jika masakan yang kokinya buat akan menyenangkan menantunya ini.
Dasos hanya melirik ayahnya dan Thalassa bergantian lalu fokus lagi ke makannya
Thalassa menganguk. "Iya yang mulia."
Raja Charles menganguk lalu mulai memakan makanan penutup yang baru saja koki istana keluarkan dari dapur.
Thalassa menatap takjub makanan penutup ini. Sebuah puding cokelat yang di siram dengan lautan krim cokelat dan sebuah strawberry di atasnya. Thalassa mengambil suapan pertama. Manis, dan lembut. Perpaduan yang sangat indah di mulut. Thalassa menutup matanya sambil mengunyah dan menikmati apa yang Ia makan.
Tanpa tahu gerakan itu membuat gelisah seseorang di sana. Sesuatu yang mendesak dan harus segera di keluarkan. Kepalanya pening dan langsung saja dia meninggalkan acara makan malam itu dan membuat dua orang di sana menatapnya bingung akan kepergiannya.
"Tidak usah kau pikirkan. Makanlah!" Seru Raja Charles. Thalassa menganguk lalu memakan kembali makanan penutupnya.
👑👑👑
Setelah acara makan malam itu. Thalassa langsung berpamitan untuk kembali ke kamarnya dengan alasan bahwa sakit lambungnya sedikit kambuh lagi. Tentu saja Raja Charles mengiyakannya.
Baru saja Thalassa menutup pintu dan menguncinya. Ia dikagetkan oleh dua tangan yang mengurungnya begitu saja.
Thalassa segera berbalik dan langsung berhadapan dengan dada seseorang yang begitu lapang. "Lapang." Ceplosnya.
Kekehan kecil terdengar di telingan Thalassa. Segera Ia menengok ke atas tapi hanya berlangsung sebentar dan segera menunduk ketika Ia tahu siapa pelakunya.
Sial! Kenapa titisan lucifer ini bisa masuk dalam kamarku.
Dasos menyeringai ketika melihat calon ratunya ini menundukan kepalanya. Dirinya mulai memangkas jarak yang tercipta antara dia dan Thalassa. Dapat di rasakan calon ratunya ini semakin mundur ke pintu. Thalassa reflek memegang dada Dasos agar tidak semakin mendekat ke arahnya. Tapi Ia merutuki refleknya ini ketika mendengar geraman nikmat dari Dasos.
"Bi-bi-bisakah ka-u menjauh da-dariku?" Cicit Thalassa. Jujur saja alarm bahaya di otaknya terus saja berdering. Sekesal-kesalnya Thalassa kepada titisan lucifer di depannya. Jika dalam situasi ini, Thalassa akan mengibarkan bendera putih terlebih dahulu kepadanya.
Dasos mendekatkan wajahnya ke samping. Dan meniup telingan Thalassa. Yang membuat bulu halus di tengguknya seketika berdiri. "Kenapa?" Tanyanya dengan terus saja meniupkan telinga Thalassa.
Kenapa?
Kau pikir kenapa?
"Kau membangkitkannya, My Queen." Seraknya menahan gairah.
"Membangkitkan apa?" Thalassa menatap bingung Dasos yang sedang menatapnya aneh. Ayolah Ia tidak berbicara secara spesifik, jadi bagaimana Thalassa akan mengerti apa yang di bicarakan Dasos.
Dasos mengeraskan rahangnya. Tangannya memegang pinggul Thalassa lalu dengan cepat mengangkatnya dan melemparnya ke tempat tidur. "Yakk ... APA YANG KA -" Protesan Thalassa terhenti ketika Dasos mengukungnya dan menahan tanganya di atas kepalanya. "Kau bercanda, Queen?" Tanyanya.
"Bercanda apa?" Sengit Thalassa. "DAN AKU BUKAN QUEEN MU!" Kesal Thalassa.
Dasos menyeringai, seringaianya yang membuat Thalassa ingin sekali berteleportasi sekarang juga. "Benarkah? Kau bukan, Queen ku?" Dasos mendekatkan kepalanya ke samping Thalassa. Meniupkan udara ke telinga Thalassa dan mengigitnya.
"Bagaimana jika malam ini. Aku buat kau menjadi Queen ku?" Seringainya lalu menatap Thalassa seakan Ia daging empuk siap makan.
Oh tidak! Aku telah salah memilih lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Dasos
FantasyDia adalah titisan lucifer Berhati dingin dan tak tersentuh Sekali saja kau melakukan kesalahan Maka nyawamu yang menjadi taruhan Dia adalah dewa kematian Bagi siapa saja yang menentang kekekuasaannya Dia adalah malaikat berhati iblis Tersenyum memi...