Tok
Tok
Tok
Suara yang di hasilkan dari ketukan pintu tidak bisa membuatnya meluluh dari kejadian pagi tadi. Beberapa orang sudah silih berganti mengetuk pintu kamarnya dan berakhir menyerah dengan ancaman yang di berikan si pemilik kamar.
Tok
Tok
Tok
"SUDAH AKU BILANG! AKU TIDAK MAU. MAU KU BUNUH SEMUA KELUARGAMU?! HAH!" Teriaknya kesal. Ya tuhan Ia hanya ingin sendiri saat ini. Kenapa semua orang tidak mengerti. Seperti akan takut Ia kabur saja. Padahal tidak sedikitpun niat dalam hidupnya untuk kabur. Dan lagipula Ia tidak siap untuk menjadi gelandangan di luar sana.
"Kau ingin membunuhku juga, tuan putri?" Ucap lembut seorang Pria.
Wanita itu terdiam. Lalu membuka suaranya untuk memastikan suara di luar sana. "Aster?"
"Iya, ini aku. Cepat buka pintunya!" Lembutnya lagi.
Wanita itu tersenyum dan segera berlari membuka pintu. Senyumnya merekah ketika mendapati seorang pemuda dengan rambut pirang dan baju kebanggaannya sedang tersenyum manis seperti gula. Tapi senyum wanita itu tidak bertahan lama ketika mendapati beberapa para pelayan di belakangan pria itu. Merasa di tipu wanita itu dengan cepat menutup pintunya tapi tertahan oleh pria tersenyum gula yang akan Ia ganti menjadi pria tersenyum iblis.
Dengan cepat pintu itu terbuka lebar. Dan dengan sigap para pelayanan itu sudah menggandeng lengan sang putri. Dan membawanya keluar untuk segera bersiap untuk malam nanti.
"KAU MENIPU KU ASTER! LIHAT SAJA AKAN KU BALAS KAU NANTI!" Teriaknya di penghujung lorong.
"DENGAN SENANG HATI HAMBA MENUNGGU WAKTUNYA. SEMOGA HARIMU MENYENANGKAN, TUAN PUTRI THALASSA." Aster terkekeh sebentar sebelum raut wajahnya kembali datar dan melihat kepergian Thalassa dengan tatapan tidak terbaca.
👑👑👑
Pergantian langit berjalan cepat bagi Thalassa. Thalassa menghembuskan nafasnya kasar dan berharap Kereta kuda yang Ia tumpangi akan membawanya menuju nirwana sekarang juga bukan ke kerajaan itu.
Pria tua yang tak lain ayahnya, Raja Loskan. Hanya melirik putrinya yang duduk di sebelahnya. Dengan malas Ia mendengarkan segala niatan yang akan putrinya lakukan jika Ia terus mau menjodohkan anaknya dengan pangeran itu. Pria tua itu membuang mukanya ke arah jendela dan menatap langit. Pria tua itu tersenyum. Istriku, dia sangat mirip denganmu. Ternyata buah tidak jauh jatuhnya, ya.
Kereta tiba di sebuah kerajaan besar dan mewah. Banyak putri dari kerajaan lain yang menatap takjub akan kemegahan kerajaan tersebut ketika mereka baru turun dari kereta. Berbeda dengan Thalassa yang menatap malas kerajaan di depannya ini dengan malas. Ck, sama saja dengan kerajaan ayah.
Thalassa menggandeng ayahnya dan masuk ke dalam. Setelah menyerahkan undangan dan pemeriksaan yang begitu panjang. Akhirnya Thalassa dan ayahnya tiba di depan pintu yang lebih besar dari yang di depan tadi.
Thalassa menarik nafasnya dalam-dalam untuk menetralkan jantungnya yang sedang bertearter di dalam. Sial, kenapa jantungku berdetak kencang. Pokoknya aku harus berhasil membuat titisan lucifer itu jijik denganku.
"Jangan coba-coba, Thalassa! Atau kau akan menyesalinya." Ucap Ayahnya seakan tahu apa yang dipikirkan otak kecil putrinya.
Thalassa menoleh ke ayahnya lalu mengeluarkan lidahnya. Raja Loskan terkekeh. Lalu dengan erat membawa Thalassa turun melewati tangga dan berjalan menghampiri pemilik acara yang sedang berbicara membelakanginya.
"Selamat malam Raja Charles." Salam Raja Loskan.
Pria yang bernama Charles itu berbalik dan tersenyum ramah menyambut kedatangan tamunya ini. Lalu Ia mengulurkan tangannya dan diterima dengan baik oleh Raja Loskan. "Selamat malam Raja Loskan."
Raja Charles lalu menoleh ke samping Raja Loskan. "Selamat datang menantu ku." Ucapnya lembut tapi bagi Thalassa ucapan itu adalah lagu kematian untuknya.
Aku bukan menantumu, Raja Charles. Gerutu Thalassa.
Thalassa tersenyum lalu mengangkat gaunnya sedikit dan menunduk memberi hormat ke Raja Charles. Bagaimanapun di harus bersikap seperti putri kerajaan untuk tidak mempermalukan ayahnya. "Selamat malam Raja Charles."
Raja Charles tersenyum lalu berbincang lagi dengan Raja Loskan. Thalassa hanya diam saja tapi sesekali Ia ikut masuk dalam perbincangan itu. Ia tidak ingin jauh dengan ayahnya. Karena Ia tahu orang-orang yang hadir dalam pesta ini semuanya adalah penjilat. Mendekatinya karena ada maunya. Maka dari itu Thalassa lebih baik selalu berada di samping ayahnya. Dari pada bergaul dengan penjilat seperti mereka.
"Thalassa? Kau tidak ingin makan sesuatu?" Tanya Raja Charles.
"Tidak, yang mulia." Jawab sopan Thalassa.
"Kau sedang berdiet?" Tanya Raja Charles lagi.
"Kau sudah tahu sendiri, Charles. Putri ku ini tidak pernah berdiet seumurnya hidupnya." Tawa kecil keluar dari Raja Loskan. Yang membuat Thalassa semakin yakin untuk menolak perjodohan ini.
"Ah... aku melupakan satu fakta itu." Tawa Raja Charles.
Raja Charles menepuk pundak Raja Loskan. "Nah kalian berdua. Silahkan nikmati pestanya. Aku akan menghampiri yang lain." Raja Loskan menganguk dan membiarkan si pemilik acara menyambut tamu lainnya.
Thalassa di bawa ke salah satu tempat duduk di sana. Lalu ayahnya menyuruh Ia duduk sementara ayahnya akan mengambil kue kecil untuk putrinya.
Selama duduk inilah Thalassa dengan amat melihat seluruh orang yang hadir di sini. Kebanyakan mereka berdandan tebal dan membicarakan orang lain atau memamerkan kebaikan-kebaikan yang telah mereka lakukan. Thalassa berdecih melihat salah satu perempuan di sana yang Ia yakin putri dari kerajaan lain berusaha mengoda pangeran kerajaa tetangganya dengan sengaja menempelkan payudaranya ke lengan pangeran tersebut.
Dasar jalang. Thalassa mengatai putri kerajaan itu dengan senyum sinis yang tersungging halus di wajahnya.
Sebuah piring kecil berisikan kue tersodor ke arahnya. Thalassa mengambil piring tersebut dan berterimakasih ke ayahnya. "Terimakasih, ayah."
Suara dentuman hebat terdenger ketika pintu terbuka lebar dan menampilkan seorang pria yang berdiri dengan gagahnya. Rambutnya di biarkan sedikit berantakan yang tidak mengurangi kadar ketampanannya. Dengan hidung yang mancung, rahang tegas yang menunjukan kekuasaan dan mata yang tajam beririskan hitam segelap langit malam. Semua orang terpana termasuk Thalassa yang sempat mengakui dalam hatinya bahwa pemuda yang sedang berdiri di sana sangat tampan. Dan matanya mampu membuatnya tak berkedip barang sekalipun. Mata pemuda itu seakan menyedotnya kedalam lubang hitam di luar angkasa dan membuatnya masuk kedalam di mensi lain. Di mensi dimana hanya Ia dan pemuda itu saling tatap-menatap di bawah sinar bulan. Saling mengagumi satu sama lain dan berakhir dengan pagi yang sangat indah dibawah selimut tanpa sehelai benang pun. Memeluk erat sampai tidak akan melepas
Sampai sebuah kalimat mengagetkan dirinya.
"Dia adalah calon suami, mu. Pangeran Dasos Charles Vrig."
"APA?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The King of Dasos
FantasíaDia adalah titisan lucifer Berhati dingin dan tak tersentuh Sekali saja kau melakukan kesalahan Maka nyawamu yang menjadi taruhan Dia adalah dewa kematian Bagi siapa saja yang menentang kekekuasaannya Dia adalah malaikat berhati iblis Tersenyum memi...