"Heh, kau terlihat kecewa,"
Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya. Permata ruby menangkap raut kekecewaan dari si surai bubble gum. Terlihat kesal sekaligus imut. Raut wajah yang jarang Patience perlihatkan.
"Menurutmu ?," hanya jawaban ambigu yang didapatkan Wrath. Ah, bahkan raut wajah kecewa milik Patience membuat perutnya tergelitik. Benar-benar khas anak kecil, pikirnya. Wrath membenahi duduknya. Mendudukkan pantatnya tepat di belakang Patience tepat.
Patience merasakan kepalanya memberat. Wrath pasti diatasnya. Tengah berada dalam posisi favoritnya. Hal kecil yang selalu membuat debaran itu datang. Sekaligus hal yang ingin ia jauhi mulai sekarang sekarang.
'Artinya aku sudah kalah kan ?,' Batin Patience.
Diam-diam membentuk kurva dibibirnya. Senyum sedih dan bahagia. Mungkin seperti senyum kelegahan. Sakit memang , tapi membuatnya legah sekarang. Kelihatannya mulai saat ini ia akan----
"Aku bohong,"
"Eh,"
"Kau bilang apa ?," Wrath mengendikkan bahu. Pura-pura tak mengerti. "Entah. Memangnya kau tidak dengar ?," Patience refleks menggeleng, menyangkal ucapan Wrath. Dia bukannya tak mendengarnya, melainkan mendengarnya dengan sangat jelas. Dia hanya bingung mengapa Wrath membohonginya.
Dan dia juga bodoh karena mempercayainya.
"Karena kau terlalu mudah dikerjai," hanya itu balasan dari Wrath. Patience hanya menganga lebar mendengarnya. Ini tidak lucu, dan bukan saatnya untuk lelucon. Mereka sedang serius !? Dan Wrath harusnya tahu itu.
"Aku serius tahu !," seharusnya terdengar serius, namun malah mengundang tawa dari Wrath. "Maaf. Aku hanya jarang sekali melihat wajah kesalmu itu," ucapnya. Patience memalingkan wajah dan meneguk sebotol susu sampai tandas. Tak bisa dipungkiri jika ia kesal.
Wrath akhirnya menghentikan tawa. "Kau seharusnya tak perlu menanyakan itu," ujarnya. "Kau harusnya tahu siapa dirimu dimataku,"
"Apa maksudmu ? Aku tidak mengerti ?,"
Wrath terdiam. Seakan tak memperdulikan pertanyaan dari si Curly bubble gum. Dirinya merogoh saku celananya, mengeluarkan selembar tisu dari sana. "Lagipula....,"
"Lagipula ?," Wrath mencondongkan dirinya tepat di depan wajah Patience. Dengan perlahan membersihkan sisa susu yang berada di sudut bibir ceri tersebut.
"Lagipula, kau harusnya lebih memperhatikan tubuhmu. Kau terlalu banyak bergadang untuk latihan," masih dengan raut wajah sama, ruby bertemu dengan permata pink lembut.
"Jaga dirimu. Jika kau sakit, aku juga susah," seperti biasa Wrath mengakhiri obrolan dengan mengusap pucuk kepala si curly. Tak lupa dengan senyum tipis yang mungkin para pembaca tidak akan menyadarinya.
"Aku kembali dulu, dan...terimakasih makanannya,"
Patience tertegun dengan wajah memerah terang. Jarinya menyentuh sudut bibirnya. Terkejut sekaligus kebingungan. Jika Wrath tak menganggapnya teman, lalu...apa ?
Hah
Lagi, lagi Pemuda berambut merah itu memainkan teka-teki untuknya. Sekali lagi, Patience harus menebaknya.
"Ah...sekali lagi. Kau memainkan teka-teki,"
***
Chastity menatap kertas hasil pemeriksaan dengan raut wajah datar. Gula darahnya naik lagi, walau hanya sedikit tapi sangat berpengaruh dalam kesehatannya.
Syukurlah dia hanya pusing tidak sampai pingsan hari ini. Jika tidak, mungkin isu tentang panyakitnya ini akan menyebar luas.
"Chas, mana alat suntikmu. Biar aku ganti yang baru,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis [Desime FF] [DISCONTINUED]
Fanfiction"Gw bukan pelakor, gw cuma Antagonis kok," . . . . . Cover by @Feli_Bully_Cute