5. SENANDUNG DARI PINTU LAB

6 2 0
                                    


Aska memandang datar Zeya, lalu dia sedikit memajukan badan yang mana membuat Zeya mendelik kecil karena terkejut lalu dia termundur kecil.

"Gue nggak peduli," jawabnya dengan sebelah alis terangkat seperti menantang Zeya.

Setelah itu dia berbalik badan dan beranjak meninggalkan Zeya yang kini semakin ternganga di tempatnya.

Zeya memandang kepergian Aska dengan raut tak percaya. Dia mengepalkan tanganya gemas dengan ekspresi kesal. Zeya tak habis pikir, akan ada cowok semodel dengan kakak seniornya bernama Aska itu.

Kelakuannya yang sangat arogan dan sikapnya yang acuh serta menyebalkan kini membuat Aska masuk ke dalam To-Do-List Zeya sebagai salah satu orang yang harus dia singkirkan dari dalam hidupnya.

Dia bukan manusia!

Dia itu jelmaan makhluk halus yang kebetulan bermuka tampan.

"Cih, jadi panutan sekolah. Kalau gue yang jadi kepala sekolah, udah gue masukin nama dia ke daftar buku hitam siswa. Gue tulis segede-gede gaban sebagai siswa yang nggak punya perasaan!" gerutu Zeya sendiri, dia mencuatkan bibir merasa moodnya hancur seketika.

Bagaimana bisa, sekolah yang akan dia tempati selama 3 tahun sebelum dia menempuh dunia luar. Kini menjadi sekolah yang benar-benar memuakan baginya.

Pertama kali ini Zeya mecatat dalam sejarah hidupnya. Bahwa masa putih-abu yang akan dianggapnya menyenangkan, kini mulai berubah menjadi suram.

Iya suram!

Sejak dia bertemu sosok senior angkuhnya itu. Ketua OSIS di masa MOSnya minggu lalu.

Dari awal MOS saja dia sudah dibuat naik pitam berkali-kali. Selalu saja ada kesalahan yang dia buat hingga dia slalu mendapat hukuman dari sang ketua yang menyebalkan itu.

Pagi yang harusnya diawali dengan indah. Kinic menjadi pagi yang begitu menyebalkan bagi Zeya, karena sudah datang kepagian lalu bertemu dengan seniornya yang sangat menyebalkan pula.

Double kill banget nggak sihh??!

Zeya yang tadinya masih mematung kini mendengus, dia membalikan badan ke arah yang berlawanan dari Aska.

"Nggak sudi mau searah sama dia, yang ada nanti gue darah tinggi mulu kalo ketemu dia karena di garemin" batin Zeya terus memaki.

Zeya berjalan dengan kesal yang memuncak.

"Mending gue keliling sekolah nyari kelas gue dimana," ujarnya saat melangkahkan kaki dengan cepat karena kesal pada koridor-koridor lantai bawah.

saar berada di depan tangga, Zeya ingin melangkahkan kaki menuju tangga yang di mana akan mengarah ke lantai dua itu. Tapi, sebelum itu dia membaca dahulu tulisan yang terpasang di atas pintu yang menjadi gerbang masuk ke sana.

Kelas 10 IPS - 11 IPS

"Oh jadi lantai dua kelas IPS," batin Zeya.

Saat hendak melangkah menaiki tangga, Zeya mendengar suara senandung yang samar-samar. Dia mengurungkan langkahnya, menoleh ke arah salah satu pintu di koridor dekat tangga.

Dia membalikan badan, dengan ragu dia melangkahkan kaki mendekati pintu tersebut.

Saat di depan pintu, ternyata pintunya terbuka sedikit membuat Zeya mengernyit.

"Apa ada orang di dalam?" Batinya bingung.

Tapi dia menggeleng, masa iya ada murid yang sudah datang sepagi ini. Padahal jadwal sekolah masuk pukul tuju lebih empat pulih tapi ini masih jam lima lebih empat puluh lima.

Ya, benar Zeya datang sepagi itu, mangkanya dia merasa kesal sediri.
Dia bisa datang sepagi itu karena ulah bibinya yang mempermainkanya dengan mengatakan kalau dia sudah sangat telat karena jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih.

Alhasil Zeya yang masih tidur dengan nyamanya gelagapan dan langsung ngacir ke kamar mandi. Dia sampai tidak berpikir bahwa dia tertipu dan hasilnya dia jam setengah enam sudah nangkring di sekolah, dengan keadaan mood yang amat berantakan di pagi hari.

Zeya semakin menajam kan pendengaran, di balik pintu dia mendengar samar-samar suara senandung dan siulan-siulan kecil. Zeya semakin penasaran sebenarnya ada siapa di dalam.

sebenarnya dia sedikit ragu untuk membuka pintunya, namun karena rasa penasaran yang tinggi melebihi keraguannya, dia membuka pintu itu.

SQUARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang