Suatu kisah tentang kekhawatiran hati juga datang dari kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq saat bersembunyi dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam di Gua Tsur. Hati Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika itu dalam keadaan khawatir dan sedih kalau orang-orang kafir yang mengejarnya mengetahui bahwa mereka bersembunyi di dalam gua.
Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah “Ya Rasulullah apabila orang-orang kafir itu melihat ke arah bawah kaki mereka tentu mereka akan menemukan kita dan menangkap kita ya Rasulullah!”
Ketika itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menenangkan dan mengingatkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa yang bersembunyi di dalam Gua Tsur bukan hanya ada mereka, tetapi ada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengingatkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu bersama mereka.
Perasaan khawatir dan sedih wajar dimiliki oleh manusia. Namun, perbedaan antara orang mukmin dan bukan mukmin terletak pada obat kekhawatiran dan kesedihan yang ia rasakan. Orang mukmin jika memiliki rasa khawatir dan sedih obatnya adalah mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Begitu diingatkan ada Allah yang akan menolong, ia akan langsung menjadi tenang. Karena apa? karena ia memahami Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah yang Maha Besar dan berkehendak atas segala yang terjadi di alam semesta ini.
Untuk orang yang bukan orang mukmin ketika diingatkan kepada Allah ia tidak akan tenang, untuknya itu tidak berpengaruh dan ia mencari ketenangan dengan cara lain. Ia mencari ketenangan dengan berjalan-jalan, dalam mengumpulkan harta, bertemu teman dan segala hal ia cari untuk mendapat ketenangan tetapi ia lupa mencarinya di langit.
Jadi mukmin bukan berarti tidak pernah khawatir dan sedih karena itu sifat manusia, tetapi yang hebat dari orang mukmin, ketika diingatkan kepada Allah maka hilang segala kekhawatiran dan kesedihan mereka. Untuk mendapatkan kebahagiaan, menjadi manusia saja tidak cukup. Untuk mendapatkan kebahagiaan haruslah ditambah keimanan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala befirman dalam Surat Al-‘Asr ayat (1) danpai (3) yang artinya :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”Sumber: Ust. Hanan Attaki
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH TO JANNAH
SpiritualDemi pertemuan dengan-Nya... Demi kerinduann kepada utusan-Nya... Demi bakti kepada orang tua... Demi manfaat kepada sesama... Semoga niat tetap lurus... Semoga menjadi ibadah... Semoga menjadi amal jariyah... Kepada sahabat yang turut berjuang... S...