Tess.. Tess.. Tess..
Suara tetesan air terdengar jelas di telingaku, oh kurasa bukan suara air menetes, melainkan sesuatu yang hampir seperti air. Itu terdengar berulang kali, tapi aku sama sekali tak bisa memastikan apa itu. Aku berada di ruangan gelap, sama sekali tak kudapati cahaya di tempatku berada saat ini. Ketika aku bangkit, yang bisa ku raba hanyalah dinding kasar berdebu dan juga lantai yang sangat kotor. Aku terbatuk berkali - kali menghirup debu yang ikut masuk ke hidungku ketika aku menarik nafas. Benar - benar pengap, aku tak tau dimana aku sekarang.
Tetesan air itu berhenti, sekarang tak terdengar lagi suara itu. Tapi kini suara tetesan air itu malah tergantikan oleh derap langkah sepatu seseorang.
Tapp.. Tapp.. Tapp..
Suara itu jelas - jelas semakin mendekatiku, aku gemetaran sekarang. Keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Aku benar - benar ketakutan. Aku tak tau harus lari kemana. Mataku tak bisa menjangkau cahaya apapun, di sekelilingku hanyalah ada warna hitam, gelap dan sunyi. Aku sendirian(?)
Tess.. Tess.. Tess..
Suara tetesan air itu terdengar lagi, kini berdampingan dengan langkah kaki yang diciptakan oleh seseorang. Siapa yang mendekatiku? Kenapa aku malah ketakutan?
Derap langkah kakinya semakin terdengar kuat, kurasa dia semakin dekat denganku. Aku mencoba meraba - raba tembok yang ada di dekatku, kuharap ada pintu keluar. Tapi sayangnya, yang kudapati hanyalah debu yang menempel di tembok itu, sama sekali tak ada celah. Arghh.. Rasanya ini seperti akan menjadi ajalku saja.
Suara sepatu kets yang beradu dengan keramik lantai semakin jelas di telingaku. Sepertinya dia hanya berjarak beberapa meter saja dariku, kemudian dia bisa langsung melakukan niat jahatnya padaku. Tapi aku tak menyerah begitu saja, aku terus mencoba menjauh sambil meraba tembok untuk menuntun langkahku. Karena ruangan gelap ini, aku sama sekali tak bisa melihat apapun, menyebalkan.
"Satu merpati.. Tujuh merpati.. Maukah kamu menjadi merpati pertamaku? Orion sudah muak padamu"
Tiba - tiba cahaya remang - remang keluar terpantul dari dinding - dinding ruangan ku berada saat ini. Entah cahaya itu berasal darimana, yang dapat kutebak cahaya itu menembus dari dinding - dinding tembok yang agak retak - retak, tapi cukuplah cahaya itu dapat membuatku melihat sekilas.
Semuanya masih sama, yang kulihat hanya gelap dengan sedikit remang - remang cahaya. Entah kenapa sejak orang itu mengatakan kalimat barusan, ruangan ini jadi tak segelap tadi. Aku mencoba melihat sekeliling dan menajamkan mataku, berusaha mencari jalan keluar walau serasa mustahil.
"Satu merpati.. Tujuh merpati.. Maukah kamu menjadi merpati pertamaku? Orion sudah muak padamu"
Orang itu kembali menyebutkan kalimat tadi, itu membuat bulu kudukku merinding. Sepertinya dia semakin mendekatiku. Akupun berlari tak tentu arah. Aku hanya mengikuti naluri. Yang kuinginkan satu - satunya adalah selamat dan bisa keluar dari tempatku berada saat ini.
Aku terus berlari, menyusuri ruangan yang sepertinya tak akan berujung. Ini hampir mirip koridor, oh bukan - bukan, melainkan hampir seperti labirin. Aku tak menemukan jalan keluar dari ruangan ini.
Nafasku tak beraturan, aku kelelahan. Daritadi aku terus berlari menghindari suara langkah kaki yang menggema di belakangku. Aku berhenti sekejap, sekedar memulihkan nafasku yang terengah - engah. Suara derap langkah kaki orang itu sudah tak terdengar lagi. Aku agak lega sekarang.
Bukk..
Aku merasakan pukulan keras menghantam pipiku, itu membuat kepala belakangku terhantup dinding yang ada di belakangku. Seketika aku langsung hilang keseimbangan dan terduduk lemas di lantai. Aku meringis kesakitan. Ternyata orang itu berhasil menemukanku. Akupun memegang kepala belakangku yang tadinya menghantup dinding, dan sebuah cairan kental menjalar ke tanganku ketika aku menyentuhnya. Darah? Kurasa memang benar. Aku bisa mencium amisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Loudest Silence
Horor"Satu merpati.. Tujuh merpati.. Maukah kamu mencarikan merpati yang selanjutnya untukku?" El Rio Breyniandt, hidupnya mulai tidak tenang ketika arwah - arwah para gadis yang dibunuh oleh seorang psikopat selalu saja mendatanginya, dan itu membuat ba...