01°

81 6 5
                                    


"Aku adalah hujan. Jika kamu tidak suka, silahkan berteduh."

***

"Aluu!"

"Eh, kamu ngapain lari-larian begitu?" Tanya seorang gadis yang dipanggil Alu dengan dahi yang mengernyit.

"Gawat sumpah, ini gawat banget Alu" Ucapnya dengan panik.

"Iya gawat apaan Dena, Aku gak ngerti kalau gak di jelasin" Ujar Aluna sambil mengerucutkan bibir dengan lucu.

" Kak Bintang, Alu!"

"Kak Bintang? Kak Bintang siapa? Dia kenapa?" Alu mengusap hidung sembari ingat-ingat, apa ia mengenal pria yang namanya tadi diucapkan oleh temannya?

"Sumpah! Demi apa lo gak tau?! Kak Bintang itu bisa dibilang salah satu casanova di sekolah ini. Dia kemarin baru aja nembak cewek di salah satu cafe terhitzz di Jakarta dan itu romantis banget. Ihhh masa lo gak tau sih? Padahal berita itu udah tersebar, bahkan di fanpage sekolah itu menjadi laman." Geram Dena karena temannya yang satu ini terlihat tidak begitu tertarik dengan jajaran para most wanted yang ada dipenjuru sekolah.

"Ya, terus kalau aku tau harus ngapain? Emangnya penting banget ya aku untuk tau? Lagian, aku gak suka tuh ngeliat anak-anak modelan mereka yang modal tampang dan suka pamer harta orang tua doang, manja!"

"E-eh, Alu? Aluna? Mau kemana? Gue belum selesai cerita nih, kok ditinggal sih." Ujar Dena sambil menghentak-hentakan kakinya karena kesal ucapannya diabaikan begitu saja.

Dena menghembuskan napas perlahan dari mulut untuk meredakan rasa jengkel yang ditimbulkan Aluna. Padahal ia tadi sampai ingin berjingkrak karena saking terbawa suasana dengan info yang dia dapat.

-untung teman- ujarnya dalam hati.

***

Bagi seorang Aluna yang membenci keramaian, suasana dikantin itu bagaikan neraka dunia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bagi seorang Aluna yang membenci keramaian, suasana dikantin itu bagaikan neraka dunia. Walaupun banyak dari teman-temannya yang lebih suka menongkrong dikantin untuk sekedar tebar pesona atau modus.

"Kalau gak karena terpaksa aku gak mau deh." Aluna memperlihatkan wajah sinis ketika sudah menginjakkan kakinya di tempat yang menurutnya lebih horor dibandingkan rumah horor di film yang kemarin ia tonton di laptopnya. "Kekantin itu adalah tempat terakhir selain ruang BK yang udah aku blacklist disekolah ini." ia bergidik mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu ketika sedang dimintai tolong oleh guru matematikanya untuk memanggil guru BK, Pak Agus.

"Ruang BK? Serius lo masih trauma sama kejadian itu?" Dena berusaha menahan tawa karena kejadian yang menimpa Aluna. Digoda guru BK yang terkenal sangat genit untuk seukuran laki-laki berumur sekitar 40-an, berkepala plontos dan berperut buncit yang menurutnya sangat lucu, atau bisa dibilang menyeramkan? Padahal beliau sudah memiliki 4 orang anak yang masih kecil-kecil.

"Udahlah gausah dibahas. Lagia--ahh" langkah Aluna terhenti karena tiba-tiba ada yang menyiramnya dengan air teh manis yang pastinya sangat lengket bila nanti sudah kering.

Aluna yang semula menunduk karena mencoba membersihkan seragamnya yang terkena tumpahan, mendongak ketika mendengar suara yang akhir-akhir ini sudah tidak asing lagi dipendengarannya.

Matanya meneliti satu-persatu cowok yang ada dihadapannya. Dan bertemu pandang dengan sosok lelaki yang ia yakini sebagai dalang dari penumpahan air tersebut.

"Well, gue gak sengaja tuh. Tapi niat hehe." Dengan muka songongnya ia berdiri dihadapan Aluna dan Dena.

Kevlar.

Ya, Kevlar fahlevi. Cowok yang entah mengapa juga membenci Aluna. Padahal seingatnya dia tidak memiliki urusan apapun dengan cowok ini.

***

Kevlar Fahlevi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kevlar Fahlevi


Sincerely,
Syafiqa.

UnderstoodWhere stories live. Discover now