🌼🌼🌼Malam itu Thifa sibuk menyiapkan makan malam di dapur membantu ibu mertuanya. Meskipun hanya ada dirinya, ibu mertua juga sang suami. Ritual makan malam harus dilakukan di meja makan. Karena hanya saat makan mereka bisa berkumpul, berbagi cerita atau hanya bertanya kabar.
"Thifa, suami kamu nggak dipanggil?" tanya Hilda.
"Iya, Mah. Saya ke kamar dulu."
Thifa melangkah ke arah kamar untuk mengajak sang suami makan di ruang makan. Ia membuka pintunya perlahan. Dilihatnya Athar tengah sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Mas, makan dulu, Yuk!" ajak Thifa seraya mendekati sang suami.
"Ya udah bawain aja ke sini," jawab Athar tanpa menoleh sedikit pun.
"Tapi, Mas. Mama minta Mas makan di ruang makan. Biar aku bantu Mas jalan, Ya."
Athar menatap istrinya kesal, "Loe nggak denger gue bilang apa? Bawa aja ke sini!"
"Tapi, Mas."
"Ya udah, kalau loe nggak mau bawa ke sini, ya gue nggak mau makan." Athar kembali dengan kesibukannya.
Thifa menarik napas pelan, lalu ia melangkah kembali keluar kamar.
Thifa mengambil piring, lalu ia isi dengan beberapa lauk kesukaan sang suami juga semangkuk sayur sop dan segelas air. Ia letakkan di atas nampan.
Hilda yang melihat hal tersebut sudah mengira kalau Athar yang memintanya. Ia pun menghampiri menantunya.
"Athar yang minta pasti?" tanya Hilda memastikan.
"Iya, Mah. Kalau nggak dibawain katanya nggak mau makan."
"Dasar, manja. Ya udah kamu yang sabar ya, Sayang." Hilda mengusap lembut bahu menantunya itu.
🌼🌼🌼
Thifa meletakkan nampan berisi makanan untuk sang suami di atas nakas. Ia lalu kembali melangkah keluar. Namun, tangan Athar cepat meraihnya hingga ia terduduk di sebelah sang suami.
"Mau ke mana? Loe nyuruh gue makan sendirian?" tanya Athar.
"Aku juga mau makan, Mas. Mamah nungguin." Thifa menunduk.
"Suapin gue, tangan gue sibuk!" titahnya.
Thifa lagi-lagi harus menarik napas dalam-dalam. Perutnya yang lapar ia tahan demi menuruti keinginan suaminya itu.
Pelan ia menyuapi Athar yang sibuk bermain game di ponselnya. Macam seorang ibu yang tengah menyuapi anaknya.
Sampai nasi di piring habis, Athar sama sekali tidak menoleh ke arah sang istri. Jangankan menoleh, mengajak bicara atau sekedar berbincang pun tidak. Akhirnya makan malam untuk Athar selesai, Thifa bangkit dari duduknya membawa piring dan gelas kotor itu ke dapur. Barulah ia makan sendiri di ruang makan, karena Hilda sudah lebih dulu makan dan sekarang mungkin sedang di kamarnya.
🌼🌼🌼
"Thifa! Thifa!" panggil Athar dengan suara keras dari dalam kamarnya.
Thifa yang baru saja menyelesaikan membaca Alquran, selepas sholat isya di mushola kecil rumah Athar, seketika berlari ke arah kamar.
"Iya, Mas," jawabnya dengan napas masih tersengal.
"Ke mana aja sih loe? Haus nih gue. Ambilin minum dong."
"Iya, sebentar aku ambilin."
Thifa mengambilkan sebotol air dan gelas, lalu ia letakkan di atas nakas. Agar nanti kalau suaminya itu haus tidak akan teriak-teriak lagi memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETAKA DUA ISTRI
Romance. . BELUM DITERBITKAN, APALAGI DIFILMKAN! 21+ Tentang Poligami, yang tidak kuat diharapkan tidak membaca. Syahila dinyatakan koma semenjak kecelakaan yang menimpanya beberapa bulan yang lalu. Sang suami, Athar dipaksa menikah lagi oleh ibunya de...