9.5. Lanjutan yang beneran

882 122 10
                                    

"Aku menolak menjadi ketua kalian."

Sasuke sudah membulatkan tekad. Dia tidak akan terima keputusan sepihak Minato. Enak saja mentang mentang calon mertua nya bisa semaunya menjadikan dirinya salah satu bagian dari sindikat kriminalnya. Pemimpin pula. Masa iya di usia remaja di sini Sasuke punya catatan kriminal. Jelas merusak rencana masa depan cerah yang sudah Sasuke susun rapi.

Sasuke ingin menjadi detektif terkenal, membuka kantor sendiri kemudian menyelesaikan banyak kasus sulit. Pokoknya nanti Sasuke harus bisa lebih terkenal dari detektif bocah berkacamata dari lapak sebelah. Setidaknya itulah jalan ninja yang saat ini sedang Sasuke tempuh.

Dan  semua cita-cita luhur Sasuke itu bisa kandas begitu saja jika ia menjabat sebagai salah satu anggota mafia. Yang benar saja, masa iya detektif punya pekerjaan sampingan sebagai mafia?

"Ya ... Sasuke, coba pikirkan dulu, jadi detektif itu tidak keren keren amat. Lagi pula apa kau siap jika Paman Minato melubangi kepalamu kalau kau menolak keputusannya?" Bisik Itachi.

Dahi Sasuke mengerut. Dipikir apa yang diucapkan Itachi ada benarnya. Menolak secara terang-terangan begini jelas sama saja memancing kemarahan Minato. Tapi untuk saat ini Sasuke tidak peduli. Dia terlampau sebal, terlampau jengkel dengan semua kejadian ajaib di sekitarnya akhir-akhir ini. Maksudnya ... hei ... kenapa cuma Sasuke seorang yang dijadikan tumbal oleh keluarganya? Rasa-rasanya Sasuke perlu melakukan tes DNA mengingat keluarganya terlihat biasa-biasa saja melihat putra bungsu mereka terseret ke dunia hitam.

"Bos!"

Para anggota mafia di depannya tampak merengek tapi Sasuke tidak peduli. Sekali-sekali ia mencoba memberontak dan demi Tuhan ini sudah siang, Sasuke tidak mau telat masuk sekolah. Tolak mereka dan urusan nyawa bisa dipikirkan nanti.

"Pokoknya aku menolak. Sampaikan itu pada Paman Minato," putus Sasuke final.

.
.
.

Nyatanya keputusan Sasuke nggak final final amat. Sebenarnya agak ngeri juga membayangkan murka Minato akibat menolak permintaannya. Apakah Minato akan melubangi kepalanya dengan peluru seperti kata Itachi atau malah menyuruh anak buahnya menenggelamkan dirinya di dasar sungai, Sasuke tidak yakin ingin membayangkan apalagi mengalaminya.

Sampai jam masuk berbunyi, Sasuke jadi makin pendiam, dia dan Naruto bahkan tidak bertegur sapa. Teman sekelas mereka mengira mereka sedang bertengkar, dan tentu saja hal ini membawa angin segar untuk Sakura.

Dengan tersenyum manis Sakura menghampiri Sasuke yang sedang bertopang dagu, melamun sembari menatap luar jendela kelas.

"Kau sedang bertengkar yaa dengan cewek rubah itu? Well, dia memang gak cocok untukmu, Sasuke-kun, kenapa gak mencoba move on dan mencari yang baru saja?"

Kalau bisa Sasuke tentu saja ingin mengakhiri hubungan absurdnya dengan Naruto, namun tentu saja Sasuke tidak akan mengatakan hal itu pada Sakura. Jadi, Sasuke memilih untuk mengabaikan Sakura, mengambil buku kimia dari dalam tas sekolah. Setidaknya dia harus melupakan sejenak permasalahan dunia hitam dengan menyelesaikan soal sulit.

"Hei." Naruto datang, menutup buku yang baru saja Sasuke buka yang tentu saja langsung dihadiahi pelototan tajam dari Sasuke. Namun Naruto memilih cuek.

Maaf saja, dia sudah kebal dengan tatapan seram Sasuke.

"Apa?" Sasuke bertanya ogah-ogahan.

Si cantik pirang berkacak pinggang. "Kau menolak permintaan Papa."

Tangan kanannya menyanggah kepala, Sasuke menatap Naruto bosan. "Ya. Terus kenapa?"

Tanpa di duga senyum  Naruto merekah. "Bagus sekali!" Ia tampak girang sekali, seperti baru memenangkan lotre. "Aku sungguh lega mendengarnya. Aku tahu Shikamaru memang lebih cocok ketimbang dirimu!"

Kening Sasuke berkerut ketika nama Shikamaru disebut.

"Siapa itu Shikamaru?" Kali ini Sakura lebih dulu bertanya, mendahului rasa penasaran Sasuke.

Naruto agak terkejut, baru menyadari kehadiran Sakura. "Bukan urusanmu, Haruno. Dan bisakah kau tinggalkan aku dan tunanganku berdua? Aku perlu bicara khusus dengannya."

"Ini kelas bukan tempat buat pacaran," kata Sakura jengkel.

"Memang. Dan setahuku kelasmu bukan di sini Haruno. Ngapain kau kemari? Mau modusin pacar orang?"

Sakura merah padam, jengjkel bukan main dan sudah siap melancarkan balasan ucapan paling kejam, oh, beberapa jambakan di rambut juga sepertinya seru. Sayangnya bel masuk menghalangi niatnya, memaksanya untuk kembali ke kelasnya.

"Jadi, siapa Shikamaru?" Tanya Sasuke begitu Sakura sudah pergi.

Ketika Naruto baru membuka mulutnya, lagi lagi jawabannya harus pending ketika guru kimia mereka, Kurenai, datang. Sasuke mendengus. Kini gantian dia yang jengkel.

Semoga jawabannya gak sampai harus nunggu minggu depan. Tolong diaminkan.

Tebece.

Iya, maaf karena pendek dan humornya kurang. Udah mulai konflik soalnya gaes.

Ripiuw pliss... (^O^)

FAKE[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang