"Kalau boleh tahu, kenapa saya tidak pernah bertemu dengan ayah anak ini ?" pertanyaan Youngjae membuat senyuman wanita cantik didepannya sedikit kaku lalu memudar.
"Itu ... " kalimat itu menggantung lama. Ruang kantor Youngjae menjadi sunyi. Hingga satu menit kemudian wanita itu menatap Youngjae dan memberikan tawa kecilnya yang agak canggung.
"Memang agak aneh jika setiap kali anda memberitahukan hasil pemeriksaan, selalu saya yang ada. Namun ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh Mark sehingga sayalah yang akhirnya ada disini." ucap wanita tersebut.
"Namun dua minggu ini, saya memanggil untuk memberitahukan hasil pemeriksaan sudah 4 kali dan itu semua anda yang duduk didepan saya." ucap Youngjae lagi.
Wanita itu kini benar-benar diam. Ia tidak bisa membuka mulutnya. Yang bisa ia lakukan hanya tersenyum kecil.
"Saya harap, saya bisa bicara dengan Ayah dari pasien cilik ini langsung." ucap Youngjae.
"Tentu," Aku harap juga begitu.
Youngjae memberikan senyumnya. "Terima kasih, Sana-ssi."
Keduanya berjabat tangan lalu wanita itu keluar dari kantor Youngjae. Youngjae diam menyaksikan kepergian wanita tadi.
'Sampai kapan kau akan menghindariku, Mark hyung ?'
o0o
"Youngjae-ssi menanyakanmu. Sepertinya ia mulai curiga," Sana mengadu pada pria yang sedang mengupas kulit apel.
"Kenapa ?" tanyanya.
"Ia bilang, ia ingin bicara langsung denganmu tentang hasil pemeriksaan Chenle," jawab Sana.
Ia terdiam sejenak lalu tersenyum kecil. "Hm, Youngjae memang pintar sejak dulu. Akan jadi bodoh jika ia tidak tahu itu aku," ucapnya.
"Mark, when you will meet him ?" tanya Sana. Ia mengambil sepotong apel yang telah dipotong dengan rapi dipiring.
"When I want," jawab Mark singkat.
Sana diam untuk menatap Mark. Pria dihadapannya ini, terlalu banyak. Beban dan lukanya terlalu banyak. Namun kebahagiaannya juga sangat sederhana. Hanya mendengar nama Chenle disaat ia akan menangis, Mark akan langsung tersenyum. Chenle benar-benar segalanya untuk Mark.
Apalagi Sana menjadi salah satu saksi bagaimana Mark sejak pulang ke Amerika. Ia yang sudah satu setengah tahun sejak di diagnosa kanker tidak mau menerima pengobatan apapun tiba-tiba menjalani kemoterapi. Namun itu tidak membaik justru memburuk. Sejak bertemu Chenle lah, Mark berubah. Ia menemukan kembali semangat dan tujuan hidupnya. Dan itu hanya untuk Chenle, putranya.
Namun sejak berumur kurang dari 4 tahun, Chenle mulai sering sakit, mengalami asma, dan sering mengalami gangguan tulang dan kram otot. Putra berharga Mark itu divonis gagal ginjal kronis. Mark melakukan segala cara agar Chenle dapat sembuh. Bahkan mengorbankan trauma akibat masa lalunya dan kembali ke Korea Selatan.
Meski begitu, pria didepannya ini tetap kuat. Sana tidak pernah berhenti untuk mengagumi Mark. Ah, seandainya ayah dari anaknya juga seperti Mark. Sayangnya, ia hamil diluar nikah dan pria brengsek yang menghamilinya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Again [JackMark]
Fiksi Penggemar6 tahun bukan waktu yang sebentar bagi Jackson untuk mencari Mark yang hilang. [July, 2019]