Ruang baru

195 12 1
                                    

SUPPOSE THAT

.

.

Chapter 3

.

.

By : K

.

Happy Reading

.

.


Semua murid berkumpul di depan sekolah, tak terkecuali Riana. Hari ini wisata sekolah diadakan, sudah ada bis-bis pariwisata yang berjejer ke belakang di sepanjang jalan. Para guru berteriak memberi aba-aba untuk tertib sebelum masuk ke bis sesuai yang telah ditentukan

"Hey" Elina menepuk pundak Riana, Riana menoleh

"Kita satu bis" lanjut Elina

"Benarkah? tahu darimana?"

"Kau tak lihat di mading? kita di bis 16" Elina berkata kesal

Riana cengengesan, "ah.... aku gak tau kalau pengelompokannya dilihat di mading. Kau lihat kan tadi, aku kayak orang kebingungan"

"Tak apa. Ayo ke bis! kita cari yang kursi 2 ya? ah! aku duduk di dekat jendela ya..." Elina menyeret Riana

"iya" Riana tersenyum

Deg

Riana seketika berhenti. Bau kayu cendana kembali terasa, ia merasa tak nyaman.

"Kenapa Ri?" merasa Riana berhenti tiba-tiba membuat Elina heran, apalagi posisinya ada di tanjakan bis.

"emm..." Riana tak fokus, ia menoleh kanan dan kiri. Firasatnya sungguh tak enak, pikirannya langsung tertuju kepada laki-laki misterius yang akhir-akhir ini sering ia jumpai.

"Ri? ada apa? kamu ketinggalan sesuatu? atau... atau apa!. jangan buatku takut ih" Elina menarik kencang lengan atas Riana

Riana terlonjak, lalu menatap gelisah sahabatnya

"Ada apa?" cicit Elina. Entah kenapa ia ikut cemas juga

Riana menghembuskan napas, 'berpikir positif Riana... bukan cuma dia yang punya bau seperti ini' batin Riana menyemangati diri sendiri

"Tak apa, kupikir aku lupa bawa handphone. Ternyata ada di sakuku" bohong Riana, kemudian meronggoh saku dan mengambil handphone lalu menunjukkannya ke elina

"Hah... kupikir ada apa, ekspresimu itu loh bikin aku panik" Elina melanjutkan langkah memasuki bis

Riana menghembuskan napas, entah kenapa perasannya menjadi tidak enak. Riana berjalan memasuki bis.

"Sini! Sini!" Elina melambaikan tangan

Riana menghampiri Elina dan duduk.

Riana menghela napas lagi, kemudian menyenderkan kepala. Bau itu semakin pekat, membuatnya tak nyaman. Riana menoleh ke Elina. Anak itu terlihat sangat bahagia dan itu membuatnya terlihat seperti anak kecil. Riana tersenyum lemah, padahal tadi sahabatnya itu menatapnya khawatir dan sekarang seolah tadi tak pernah terjadi.

"El, aku merasa lelaki kelas 1 itu satu bis dengan kita" Riana terkekeh lemah, niatnya bercanda

"Memang" ujar Elina tanpa menoleh

Deg

Riana terbelalak dan secara tiba-tiba berdiri dan mengedar pandangannya ke segala arah. Kelakuan tiba-tiba Riana membuat Elina kaget dan menoleh.

"Ada apa?"

"Jangan bercanda! aku tidak melihatnya dimana pun"

"Tentu saja. Dia sedang tidur di tempat duduk 3 orang dibagian belakang, sedangkan kita ada di depan" Elina menautkan alis bingung

Entah lelaki itu merasa atau memang secara kebetulan dia bangkit dan duduk menyamankan diri, membuat Riana sontak menoleh kearah si lelaki. Ia terkejut, tubuhnya bergetar, kemudian memilih untuk duduk kembali.

"Kau kenapa? sejak tadi tingkahmu aneh" Elina menatap heran

"T-tidak apa-apa" tanpa disadar suara Riana bergetar

"Tidak apa-apa apanya? jelas-jelas kau ada apa-apanya. jangan membuatku khawatir Ri. Wajahmu pucat"

Riana memeluk tangan Elina dan membenamkan wajah disana, tubuhnya bergetar "a-aku takut"

Elina mengelus rambut Riana "takut kenapa? apa karena laki-laki kelas 1 itu? ada apa?"

Riana tak menjawab

"Tidurlah, tenang saja aku akan menjagamu. tak akan kubiarkan dia apa-apain kamu" Elina beralih mengusap pundak Riana

Riana mengangguk.

Riana tak tahu kenapa dirinya menjadi seperti ini, parno kepada orang yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. Setaunya ia tak pernah amnesia ataupun mengalami trauma. Dirinya ingat semua peristiwa yang telah terjadi sampai masa kini.

Selalu jika berada di dekat orang itu, tubuhnya bereaksi. Menjadi gelisah, tak nyaman, bahkan berkeringat dingin.

Menghiraukan itu semua Riana mencoba untuk tidur, berharap saat bangun nanti perasaannya menjadi lebih baik





Tbc...


Terima kasih telah membaca ceritaku


Jangan lupa klik tanda bintang dibawah....


by : K

Suppose ThatWhere stories live. Discover now