Sebenarnya

215 15 7
                                    



SUPPOSE THAT

.

.

Chapter 6

.

.

By : K

.

Happy Reading

.

.

Beberapa hari di rumah sakit membuat Riana kembali tenang. Tak sepanik saat hari pertama, kali ini ia dapat berpikir tenang.

Kali ini Riana menerima semua kenyataan dengan lapang dada.

Membuka tirai rumah sakit dan menoleh ke fisiknya, "Matahari bagus buat tubuh"

Riana menyandarkan badannya ke dinding samping jendela dan menatap tubuhnya lama, lalu bersedekap dada.

"sampai kapan kau tidur hah. aku bosan menunggu. Tak ada yang membuatku menarik" Riana menghela napas.

Matanya beralih memandang langit lewat jendela, " Lagian si Aksa itu malaikat apaan sih, dia bahkan gak membantu sama sekali. Pergi seenaknya, apa dia gak takut apa kalau aku jadi roh penasaran?"

"Cuacanya lagi bagus hari ini, gak terlalu panas"

"Apa aku kebawah aja?" Kebetulan ruangan Riana berhadapan langsung dengan taman rumah sakit.

"Kebawah aja lah, lagian seminggu ini aku gak keluar-keluar"

Kakinya melangkah kearah pintu dan mengangkat tangannya meraih kenop pintu

"ah aku lupa, aku kan roh"

Dirinya menghembuskan napas kuat, berusaha menyemangati dirinya

hup

Kemudian melompat melewati dinding, "Wow"

Lalu berjalan melewati lorong. Awalnya terasa aneh, karena ini pertama kalinya ia keluar dari ruangannya. Dirinya merasa ringan dan entah kenapa merasa bahagia. Orang-orang yang melewatinya tak menghiraukannya dan Riana dapat melakukan apapun sesuka hati. Kalau tau begini harusnya dari kemarin-kemarian Riana melakukannya.




Taman tak begitu ramai, entah karena masih pagi atau memang mereka memang tidak berpikiran untuk kesini. Dirinya duduk di bangku yang menghadap ke ruangannya, tak mengahdap persis kerena ruangannya di lantai 2.

Riana menutup mata perlahan dan menikmati semilir angin yang menerpanya.

Rasanya damai dan tenang.

"Hm? sudah gak frustasi kayak kemarin?" Riana menoleh ke asal suara. Aksa datang tiba-tiba dan dengan tampang tak bersalah duduk disebelahnya.

"Ya... kau bisa lihat sendiri"




"Ngomong-ngomong aku ingin Tanya sesuatu Sa" Riana kembali bersuara setelah terjadi keheningan panjang diantara keduanya.

"Apa?"

"Katamu kau malaikat, tapi kenapa bisa jadi manusia"

"Pass. Ganti, pertanyaan berikutnya"

"Oh ayolah. Aku benar-benar penasaran"

"Itu pertanyaan yang gak harus aku jawab"

"Tapi aku ingin tahu!"

"Aku jawab pun gak ada pengaruhnya buatmu"

"Tapi setidaknya aku gak akan penasaran lagi"

"Mending kamu kembali, keluargamu akan datang" Kemudian menghilang

"Ha?"




Entah kenapa Riana mengikuti perintah Aksa, kembali ke ruangannya. Tapi saat sampai tak ada siapa-siapa.

"Ck, apa dia membohongiku?" Riana berdecak kesal

"Sepertinya itu cuma alibinya buat menghindari pertanyaanku"

"Dasar!" Riana melangkah ke dekat jendela sambil berdecak kesal

Tak lama setelah itu pintu terbuka. Riana tak menoleh sedikitpun, ia masih kesal dibohongi Aksa

"Bangun nak, ibu disini. Maafkan ibu baru datang"

DEG

Riana tersentak kaget. Itu suara ibunya, Riana menoleh. Ibu memeluk erat fisiknya dan menangis hebat. Ayah berdiri tak jauh dari ibu, ayah memang tak menangis tapi dari raut wajahnya tercetak jelas kesedihan. Evan -adik- menangis sambil terus mengusap pipinya.

Riana tak percaya dengan pemandangan dihadapannya. Keluarganya datang, dan menangis untuknya. Ini diluar dugaannya.

"Ibu..." Riana menatap mereka dengan haru. Dirinya tak menyangka kalau keluarganya masih peduli

"Ayah..." Riana melangkah mendekat kearah mereka

DEG

Riana terbelalak terkejut. Jantungnya tiba-tiba berdenyut nyeri. Dirinya meremat tempat area jantung.

"Ugh" Riana jatuh terduduk, sakitnya bertambah dan membuat Riana tak tahan.

"Tolong" Riana meringkuk kesakitan

Ia tak tahu apa yang terjadi, Dirinya melenguh kesakitan dan semuanya gelap




Tbc...



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Suppose ThatWhere stories live. Discover now