In Love 04

77 40 34
                                    

Bu Sun yang merasa Pak Tomo sudah mengerti permasalahannya, segera pamit untuk kembali mengajar. Karena mereka sering masuk ke ruang BK dengan masalah seperti ini, jadi Pak Tomo hafal dengan hal itu.

"Saya permisi dulu ya, Pak. Terimakasih." Pamit Bu Sun.

"Iya Bu, silahkan. Sama-sama Bu." Balasnya ramah.

Bu Sun segera keluar dari ruang BK tersebut. Tatapan Pak Tomo kembali kepada Ali dan temannya, mereka malah mencorat-coret tangannya menggunakan spidol milik Pak Tomo yang ada di atas meja.

"Tobat saya, liat kelakuan kalian!!!" Ucap Pak Tomo sambil mengelus dada.

"Alhamdulillah kalo bapak tobat." Ucap Ali, asal. Yang dibalas tawaan oleh teman-temannya.

Tangan Pak Tomo terangkat untuk menjewer telinga Ali.

"Aduhh.. aduhh, Pak. Sakit Pak." Rintihnya.

Pak Tomo melepaskan jeweran telinganya.

"Kalo telinga saya copot gimana Pak? Bapak mau ganti?" Tanya Ali, sambil memegangi telinga kanannya.

"Iya!! Saya ganti pake telinga ayam!"

"Sejak kapan ayam punya telinga Pak?" Seru mereka.

"Diaamm! Jawab terus kalian!!" Teriak Pak Tomo.

"Lahh, ngegas." Cibir Bayu pelan, namun masih terdengar oleh Pak Tomo.

"Ngomong apa kamu Bayu??!!" Pak Tomo mendekati Bayu. Sedangkan, Bayu hanya diam. Ia masih fokus mencorat-coret tangannya. Pak Tomo langsung mengambil spidol miliknya.

"Kok diambil Pak?" Tanya Bayu.

"Sudah!! Sekarang, kalian bersihkan toilet, perpustakaan, dan tepi lapangan sampai bersih!. Kalau besok kalian masih mengulanginya, bapak akan skors kalian untuk ke 10 kalinya!!" Ucap Pak Tomo dengan wajah yang memerah. Ia sudah habis kesabaran dengan murid-muridnya itu.

"Asiyappp" Seru mereka, serentak.

Mereka langsung keluar dari ruang BK tanpa pamit.

"Astaghfirullah, kenapa saya punya murid kayak mereka. Beri kesabaran kepada hamba mu yang tampan ini ya Allah." Gumam Pak Tomo, sambil mengelus dada.

°°°°°

Bel pulang sekolah berbunyi.

Semua siswa-siswi langsung keluar dari kelasnya. Mereka sudah menunggu-nunggu waktu ini.

Ara dan Aulia berjalan menuju gerbang sekolah, untuk menunggu kakaknya yang akan menjemputnya. Sedangkan, Naya dan Mila sudah pulang sedari tadi. Motor milik Mila masih disita, jadi Naya yang mengantarkan Mila pulang.

Sesampainya di gerbang sekolah, handphone milik Ara berdering, tanda ada yang menelponnya. Ara langsung mengambil handphonenya di tas, lalu menggeser tombol hijau di layar handphonenya.

"Halo, Ra?" Suara seseorang di seberang sana.

"Halo. Kenapa, bang?" Tanya Ara. Yang menelponnya adalah kakaknya-Adam.

"Lo tunggu di gerbang bentar ya, gue lagi bantu Pak Aryo nghitung suara pemilihan ketua sama wakil ketua PMR. Sebentar lagi selesai kok." Jelasnya.

"Yaudah deh, gue tunggu. Cepet ya." Ara langsung memutuskan teleponnya secara sepihak.

Ia paling tidak suka jika harus menunggu. Aulia menatapnya bingung, Ara yang mengerti dengan tatapannya, langsung menjelaskan.

Setelah beberapa menit, sebuah motor sport berwarna hitam berhenti di depan gerbang. Aulia langsung berpamitan dengan Ara. Orang yang menaiki motor sport berwarna hitam itu adalah kakak Aulia. Ara mengangguk lalu melambaikan tangannya ke arah Aulia. Aulia-pun membalas lambaian tangan Ara.

In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang