PROLOG

19 1 1
                                    

17 Juni Tahun pertama
Kastil Shiroi

Seorang pemuda berjalan memasuki ruang tahta raja. Zirah besinya mengkilap. Memantulkan cahaya lentera kastil. Suara klontang-klanting dari Zirahnya membuat prajurit-prajurit lainnya memandanginya. Sesampainya di depan sang raja pemuda itu diam dan Berdiri tegak. Melihat hal itu sang raja berdiri dari kursinya.

"Ginmaru Luna. Di usiamu yang terbilang cukup muda ini, kau telah menunujukkan semua kemampuanmu. Bisa menjadi komandan perang di usiamu ini benar-benar menyentuh hatiku." Perkataan itu bisa keluar dari raja karena usianya yang sudah mencapai ratusan tahun. Raja Shiroi tidak seperti manusia biasa. Dia mampu bertahan dari serangan biasa seperti tebasan pedang. Dan bahkan staminanya pun bisa dibilang lebih unggul dibanding prajurit yang lainnya.

Pemuda yang bernama Ginmaru itu tertunduk ketika mendengarkan Rajanya."Itu adalah hal yang biasa saya lakukan." Ginmaru tersenyum tipis. Senyumannya berartikan kesombongan.

"Oleh karena itu, dengan segala hormat. Aku Raja Shiroi akan mewariskan pedang milikku kepadamu." Raja Shiroi mengulurkan tangannya ke depan. Membuka lebar telapak tangannya. Sebuah aura putih muncul dari telapak tangganya. Telapak tangannya seperti menciptakan lingkaran. Sangat mirip dengan portal. Sebuah cahaya putih keluar dari portal itu.

Sebuah pedang berwarna putih dengan cahaya seterang matahari yang berkilauan. Raja Shiroi memegangi pedang itu begitu keluar dari portal yang dia buat. "Mohon terimalah pedang warisanku. Gunakanlah untuk kebenaran. Dahulukan kepentingan yang lain. Bukan kepentingan diri sendiri." Raja Shiroi mengangkat pedangnya dengan sihir.

"Sesuai yang kau minta yang mulia." Ginmaru menunduk dan berlutut. Satu detik setelah dia menunduk mengulurkan kedua tangannya. Pedang Shiroi itu mengapung ke tangan Ginmaru. Dia memegang pedang itu. Pedang itu dipegang kedua tangannya. Karena pedang itu sangat besar.

"Aku bersumpah untuk menjalankan tugasku setelah pedang ini diterimaku." Lanjut Ginmaru dan membungkuk

Raja Shiroi membalas membungkuk juga. "Baiklah Ginmaru semua kepercayaanku ada pada—" omongan sang raja terpotong oleh suara ledakan dari arah barat kastil.

"Suara apa itu?" Sang raja kebingungan.

"Biar saya saja yang mengecek tuan raja." Ginmaru berdiri dari posisi berlutut dan siap memeriksa sumber suara.

"Tidak biarkan prajuritku memeriksany!" Raja Shiroi menggelengkan kepalanya.

"Tidak yang mulia biarkan aku saja."

"Tunggu Ginma—" Omongan raja terpotong lagi karena Ginmaru tak acuh dengan perkataannya dan langsung berlari secepat kilat meninggalkan ruang tahta raja.

Secara perkiraan Ginmaru, sumber suara berasal dari halaman bagian barat kastil. Karena disana satu-satunya halaman terluas kastil. Sebuah taman es dan salju.

Sesampainya di tempat itu Ginmaru dihadapkan oleh pasukan kegelapan. Merekalah musuh terbesar kerajaan cahaya. Selama berabad-abad atau mungkin lebih peperangan ini tidak ada ujungnya.

"Jadi kalian sedang bermain-main disini?" Ginmaru melipat tanganya dan menaikkan dagunya.

"Ini waktu yang tepat bagiku untuk menunjukkan taringku." Suaranya teredam oleh helmnya. Orang itu adalah Satoke Kudo sang ksatria hitam. Orang yang dipercaya raja selalu.

"Kali ini taringmu takkan keluar."

Ginmaru melakukan dash ke depan wajah Satoke. Keduanya saling menatap. Satu tebasan pedang dikeluarkan Ginmaru. Dengan mudahnya Satoke menahan serangannya dengan pedang kecilnya Sasoken. Keduanya terpental kebelakang. Pasukan kegelapan hanya bisa melihat mereka berdua bertarung. Kecepatan prajurit seperti mereka tidak bisa menandingi mereka berdua.

Disela pertarungan mereka berdua, Raja Shiroi dan prajuritnya datang.
"Satoke, bukankah kita sudah membuat gencatan senjata."

"Memang menurutmu aku akan mengikuti aturan itu? Aku sengaja datang kesini untuk menunjukkan kekuatanku hahaha." Satoke tertawa dengan menaikkan dagunya.

"Kalau begitu lawanmu adalah aku." Raja Shiroi sudah sudah siap merapal 1 mantra sihir.

"Tidak lawannya adalah aku." Ginmaru berdiri di depan raja Shiroi. Dia berupaya raja Shiroi menghentikan rapalan mantranya.

"Kau terlalu cepat 1000 tahun untuk melawanku."

"Mundurlah Gin. Ini adalah pertarungan antara aku dengannya." Raja Shiroi melanjutkannya.

"Biarkan aku menguji kekuatanku hari ini yang mulia." Ginmaru lagi-lagi menyombongkan dirinya.

"Sudah kubil—" Lagi-lagi perkataan Raja Shiroi dipotong lagi olehnya.

Dengan cepat Ginmaru berlari ke arah Satoke. Kekuatannya dia pusatkan kepada pedangnya. Pedang iu langsung bercahaya. Semakin terang pedangnya, semakin kuatlah pedang tersebut.

"Kau akan celaka." Satoke mebalikkan badannya.

"Apa?" Ginmaru kebingungan dengan tindakan Satoke yang membalikkan badannya saat ingin diserang. Semua kebingungannya hilang oleh tombak hitam yang menembus dada Ginmaru. Walaupun tombak itu kecil namun Ginmaru langsung tumbang dalam 1 tembakan.

Sang Raja juga terkejut dengan sihir itu. "Inikan sihir terlarang keluarga
Balfter." Mental sang raja sangat turun saat melihat sihir Satoke. Tanganya gemetaran ketika ingin merapal mantra.

"Kau terkejut ya dengan kekuatanku. Berikutnya adalah kau pak tua." Raja Shiro hanya pasrah. Ajal pasti akan menjemputnya sebentar lagi.

Sementara itu seorang pemuda terkapar. Tubunya berlumuran darah. Pemuda itu hanya menyaksikan kerajaannya dihancurkan. Prajurit-prajuritnya dibunuh. Semua dia saksikan dengan nafas yang sesak. Tarikan nafasnya sangat pelan. Semua kehancuran itu dia saksikan dengan pandangan kabur. Hingga akhirnya matanya tertutup. Yang ada hanya gelap. Dan tetesan darah.

BERSAMBUNG...

White Knight of Treencher (Shiroi Kishi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang