ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 2

4.7K 640 101
                                    

.

# Your Pov

.

Sakit.

Itu yang kurasakan saat kesadaranku perlahan kembali. Entah bagian tubuh mana yang terluka, yang jelas rasa sakitnya seakan menjalar ke seluruh tubuhku. Kepalaku juga berdenyut nyeri, seakan baru saja tertimpa beban berat.

Membuka mata perlahan, pandanganku buram, kemudian jelas dan akhirnya benar-benar jelas. Hal pertama yang kulihat adalah plafon kayu polos, lalu dinding kayu, lantai kayu, dan tempat tidur yang terbuat dari kayu namun berlapisi kasur yang setidaknya sedikit empuk.

Ah, dimana ini?

Aku meringis, menahan sakit pada tenggorokan ku yang terasa kering dan panas, seakan tidak pernah minum berhari-hari. Mencoba mengeluarkan suara pun percuma, rasanya leherku akan putus jika ku paksakan. Aku hendak menggerakan tubuhku untuk bangun jika saja suara langkah kaki yang mendekat dan samar-samar percakapan orang terdengar olehku.

"Erwin, kau yakin ingin menunggu sampai gadis itu sadar?" Suara wanita terdengar olehku. Kemudian di susul suara pria.

"Ya."

"Tapi bagaimana kalau dia menyerangmu lagi?" Suara wanita yang sama terdengar cemas.

"Tidak. Tenang saja Hanji, dia tidak akan sanggup menyerangku dalam kondisi lemah seperti itu. Lagipula kau sendiri yang bilang kalau dia mungkin tidak akan bisa bangun dalam tiga hari ke depan."

"Hahh ya kau benar. Terserahlah. Kalau begitu ayo masuk, aku juga harus mengecek keadaannya."

Dan setelah itu ku dengar suara pintu terbuka. Aku bergeming, tidak berusaha menutup mataku atau berpura-pura masih pingsan. Buat apa? Nanti juga mereka tahu kalau aku sudah sadar.

"Ohh, dia sudah bangun Erwin!" Seru wanita itu, ku dengar suara langkah mendekat, di susul munculnya wajah seorang wanita berkuncir dengan rambut coklat gelap dan bingkai kacamata yang bertengger di batang hidungnya, tepat di jarak pandanganku.

"Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit? Kepalamu masih pusing? Kau bisa bergerak?" Tanyanya dengan cepat, seakan dunia akan runtuh jika dia tidak segera menanyakan itu semua. Aku diam, tidak tahu harus menjawab apa, tepatnya aku tidak bisa menjawab karena leherku sakit.

"Berhenti Hanji. Jangan memaksanya menjawab pertanyaanmu dulu. Dia baru saja sadar."

"Oh, maaf-maaf." Wanita bernama Hanji itu menyengir, kemudian menatapku penasaran setelah aku mencengkram lengannya.

"Ada apa? Kau butuh sesuatu?" Tanyanya.

Kubuka mulutku dan mencoba bicara dengan tenaga seadanya,
"A-ir."

"Hah? Apa?"

Aku mendesis dalam hati. Apa suara ku sekecil itu sampai dia tidak dengar?

Aku kembali menggerakkan mulutku, kali ini tanpa suara.

"Ambilkan dia air Hanji."

Ya itu maksudku. Terima kasih pria pirang.

Kemudian wanita berkacamata itu kembali dengan segelas air, ia membantuku bangun dan meminumkanku dengan perlahan.

Tenggorokan ku perlahan melega, meski terasa perih saat air melewatinya. aku kembali merebahkan diri karena rasa pusing yang mendera kepalaku.

"Apa yang kau rasakan saat ini?" Wanita yang kutahu bernama Hanji itu memeriksa keadaanku.

"Em, kepalaku pusing, dan hampir semua badanku terasa sakit dan tidak bisa bergerak."

"Kepalamu pusing itu wajar, kau hebat bisa bertahan dengan luka robek di kepalamu bahkan sampai terlibat pertarungan dengan Levi."

AoT Fanfiction: Time to Meet You [Levi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang