'Penantian paling indah adalah ketika kita bisa menantinya dalam doa. Menunggunya dalam sabar, dan menjaganya dalam iman'
-RismAa AzZahra-Happy reading 😍
***********************************
Hari berganti hari, sudah hampir seminggu kejadian nekad yang Syahla lakukan berlaku. Tidak ada yang spesial setelah itu. Harinya masih sama. Siang hari bekerja di RS dan malam hari bersimpuh di atas sejadah, berdoa kepada Allah.Menjadi seorang dokter cukup membantu membuatnya melupakan sejenak tentang perasaan kagumnya yang seperti nya hendak menjelma menjadi cinta. Syahla tak ingin mencintai orang yang belum halal baginya.
Orang itu sempat dia lupakan, Hingga kemudian mereka bertemu lagi sepekan lalu. Naufal. Ya orang yang Syahla kagumi adalah Naufal. Sahabat kakaknya sendiri.
Bukan cinta, namun kagum. Syahla mengagumi agama yang dimiliki laki-laki itu. Laki-laki pengajar Qur'an itu.
Sudah cukup Syahla memikirkan laki-laki itu. Dia harus fokus pada berkas hasil CT scan beberapa pasien yang sedang ia tangani.
Tok... Tok...
Baru saja Syahla membuka berkas pertama, ruangannya sudah diketuk oleh seseorang. Syahla mempersilakan orang itu masuk. Seorang perawat memasuki ruangannya. Mengatakan tentang pasien darurat yang harus dia tangani. Segera Syahla meraih stetoskop nya kemudian berlari kearah UGD.
Tidak butuh waktu lama, Syahla sampai di Unit Gawat Darurat itu. Dia dapat bertanya pada beberapa suster tentang keadaan pasien, segera Syahla mendorong bed sang pasien masuk ke dalam UGD untuk memeriksa.
'Ustadz Abdullah?' gumam Syahla menyadari siapa gerangan pasien yang terbaring di atas bed itu.
Tanpa berfikir panjang Syahla segera memeriksa kondisi pasien. Berbagai jenis alat di pasang pada tubuh pasien.
"Serahkan hasil CT scan pasien pada saya nanti", ujar Syahla pada perawat yang tengah mengambil Sempel darah dari pasien. Perawat itu mengiyakan.
Setelah itu, Syahla keluar meninggalkan Ust. Abdullah bersama beberapa perawat.
"Bagaimana keadaan Abah saya dok?"
'Suara itu?' gumam Syahla saat mendengar suara dari orang yang dikenalnya.
Syahla sedikit mendongak melihat sang pemilik suara, mata biru nya bertubrukan dengan mata coklat milik Naufal. Ya Naufal. Ust. Abdullah adalah ayah dari Naufal.
Segera Syahla menundukkan pandangan nya. Kemudian beristighfar dalam hati. Syahla bersikap profesional di depan Naufal. Tak lupa dia mengontrol detak jantungnya yang entah kenapa detailnya di luar batas.
"Kami belum tau pasti apa yang terjadi pada pasien. Kami masih menunggu hasil CT scan pasien. Anda tidak perlu cemas. Insyaallah beliau akan baik-baik saja", ujar Syahla meyakinkan.
"Saya permisi dulu!" Lanjutnya tanpa menunggu Jawaban Naufal, kemudian meninggalkan laki-laki itu di sana.
'Itu Syahla kan?' gumam Naufal saat tubuh Syahla menghilang di balik koridor rumah sakit.
Syahla meletakkan stetoskop nya asal. Diraihnya beberapa berkas untuk mengalihkan pikiran. Namun gagal. Bayangan Naufal masih saja menghantuinya. Berkali-kali Syahla merapatkan 'istigfhar' agar otaknya bisa fokus pada selangkangan Naufal.
"Permisi dok", ujar seseorang sambil melangkah memasuki ruangan Syahla.
"Ada apa?" Tanya Syahla pada orang itu, yang ternyata perawat yang bertugas di bangsalnya.