Sampai pukul 12 malam tepat aku belum tertidur, setelah diantar pulang ke mansion Edment oleh Trevor. Aku masih menunggu kepulangan Edment, meski Trevor dan Corry sudah mengingatkan ku untuk tidur lebih dulu daripada menunggu Edment, tapi aku sendiri tidak tau kenapa aku ingin menunggu Edment. Aku ingin melihatnya malam ini.
Awalnya Corry menemaniku, dia adalah pelayan terbaik di mansion ini. Entah kenapa dari sekian banyaknya pelayan di mansion ini, aku hanya bisa berbaur dengan Corry.
Tapi ia tertidur dan aku memutuskan untuk memindahnya di rumah pelayan, tepat di belakang mansion. Aku tidak tega melihatnya tertidur duduk di sofa, dan aku merasa bersalah.
Kemana perginya Edment? Kenapa sampai saat ini ia belum kunjung pulang? Bahkan Trevor pun tidak memberi tau apa-apa. Antara dia tau tetapi tidak ingin memberi tau, atau dia memang tidak tau.
Ditengah lamunanku, aku mendengar suara mesin mobil dari arah luar. Dengan cepat aku berdiri dari dudukku dan berlari ke cendela kamar, melihat siapakah yang datang itu?
Dan benar, itu Edment. Entah kenapa hatiku begitu senang, bahkan senyumku mengembang selebar mungkin ketika melihat sosok Edment yang akhirnya pulang. Dengan cepat aku berlari keluar kamar dan menuju ke pintu depan.
Aku membuka pintunya selebar mungkin untuk menyambut kedatangan Edment, dengan hati senang aku menyapanya, namun semua itu hilang setelah aku melihat banyak noda darah di kemeja putih polos Edment.
"apa ini?! ", aku begitu panik melihatnya. Dan dia hanya masuk tanpa menjawab, dengan ekspresi nya yang kelelahan.
Mungkin aku sakit hati karena Edment mengacuhkanku, tapi aku butuh kejelasan, aku memberanikan diri untuk menahannya, berjalan mendahului nya serta berdiri tegap dihadapnnya.
"jangan coba-coba untuk mengacuhkanku lagi, Edment", aku mengerti kalimatku itu sangatlah tidak cocok untuk image abdiku. Aku tau bagaimana seharusnya memanggilnya apa, tapi aku tidak ingin ada kecanggungan diantara kami, aku tidak ingin.
"apa kau akan menerimanya setelah aku mengatakan yang sebenarnya? Apa kau tidak akan lari dariku setelah tau kejadian nya? ", aku melihat ketakutan dimata Edment, apa yang ia takutkan? Apa baru saja ia mengatakan soal aku lari darinya? Apa itu yang ia takutkan?
"Edment... Aku tidak mengerti..", aku bergumam.
"aku membunuh seseorang...ini adalah darah orang yang kubunuh, kau mendengar nya? ", dengan telunjuk nya ia menunjuk-nunjuk kemejanya, Edment mengatakan nya dengan canggung tapi aku merasa ia jujur.
"m-membunuh seseorang...?!" aku memekik. "siapa Edment?! " lagi.
Aku menatapnya dengan begitu intens, dia terlihat begitu ragu, dia ketakutan, dan aku yakin itu bukan takut karena telah membunuh seseorang, melainkan ia takut berkata jujur padaku.
"aku membunuh seseorang yang telah membunuh Dr. Robert", dan aku dib uat begitu terkejut ketika mendengar nya.
"apa yang kau?!-", sungguh aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku. Tapi emosiku belum juga turun, mungkin aku menjedanya, tapi aku melanjutkan nya dengan membentaknya. "kau gila! Kau pembunuh! " teriakku.
Dia mengguncang kedua bahuku dan menatapku, "dia membunuh ayahmu!" bentaknya.
Dengan kasar aku menepis kedua tangannya di bahuku, "tidak begitu caranya! Kau bisa melaporkannya ke polisi!", aku membalasnya dengan nada yang sama.
"aku tidak pernah mempercayai polisi, mereka adalah pekerja-pekerja yang akan berhenti jika ada uang. Kau tidak tau siapa itu Erick", ucapnya dengan nada yang cukup rendah. Ia menggerang kesal.
Aku bertanya-tanya siapakah Erick itu? Namun lagi-lagi, Edment seolah-olah membaca isi pikir ku. "Erick Frederick Hemsey adalah musuhku, musuh keluarga ku, dia ingin membunuhku dan keluarga ku. Aku tidak bisa membiarkannya hidup dan berkeliaran di dunia ini, Bellona"
"tidak, kau tidak", aku menjeda ucapanku sendiri karena tidak percaya dengan sosok Edment dihadapanku ini ialah pembunuh. "kau bisa percayakan itu pada polisi, kau dan keluarga mu akan aman bila ia dipenjara" utasku.
"setelah itu? Setelah ia bebas?", aku kembali dibuat bungkam olehnya.
"Semua akan baik-baik saja, aku sudah menyelesaikan segalanya. Tindakanku tidak akan bisa diketahui--"
"ya tentu saja, kau orang berkuasa, memiliki banyak hal sehingga kau bisa melakukan tindakan apa saja sesukamu. Ya aku mengerti, tapi aku tidak ingin kau menjadi seorang pembunuh! Itu bukan kau... " lirihku dengan kecewa.
"sekali kau melakukan, suatu saat akan kau lakukan kembali. Aku tidak ingin kau berkepribadian buruk..." lanjutku.
Edment menggerang kesal, entah sampai kapan kami berdebat, tapi sejujurnya aku suka ini karena kami layaknya sepasang yang sedang berdebat karena berbeda opini. Sesaat ini kami bukan seperti abdi-tuannya.
"lalu kau ingin apa? Kau ingin aku mengakuinya dihadapan polisi? " nadanya seperti menyerah. Aku sampai tak percaya, semudah itu Edment?
"jika itu--" aku mengerti apa yang ingin Edment katakan, dan aku tidak ingin mendengar nya. Dengan tegas aku berkata "tidak! Kau tidak akan melakukannya! Aku tidak... Maksudku..kau tidak boleh.."
"pergi... "lanjutku dengan malu. Edment tercengang dengan perkataan ku. Dan itu membuat kami canggung satu sama lain.
"jadi? ", ucapnya pelan, aku bersyukur karena nyatanya tidak hanya aku saja yang canggung disini.
"aku ingin kau berjanji padaku untuk tidak menyakiti orang lain lagi, bisakah kau? ", rasa canggung ini jelas masih ada.
Edment menggeleng kepalanya, dan itu membuatku kecewa. "mungkin aku akan menaatinya, tapi tidak dengan keluarga Hemsey. Kau tidak akan pernah tau seberapa besar dendamku pada mereka" setelah mengatakan itu dengan penuh tekanan, Edment pergi meninggalkan ku sendirian di ruang tengah ini.
Sebenarnya bagaimana bisa ayah tahan merawat nya selama bertahun-tahun ini? Dia benar-benar keras kepala! Aku tidak tahan dengan ini. Tapi kaki-kaki ku berat rasanya untuk pergi meninggalkan nya, sejak kapan aku menjadi seseorang yang pantang menyerah seperti ini?
Dan kurasa kami semakin menjauh, perbincangan kami tadi, aku yakin berakhir buruk. Dia pergi begitu saja dengan marah, dan aku diam tidak mengejarnya karena kupikir bukan itu yang seharusnya yang kulakukan.
Yang terpenting aku sudah mengingatkan nya, sebagai abdinya aku sudah--tidak, aku tidak berhasil mengubahnya menjadi lebih baik, aku tau aku belum berusaha. Tapi ini sungguh gila, aku sampai tidak percaya bahwa ia mampu membunuh seseorang, belum lagi orang itu adalah orang yang membunuh ayahku.
Semakin yakin bahwa kehidupan sosok Edment tidaklah biasa, memiliki musuh keluarga bebuyutan. Aku saja hanya sebatas musuh-teman, Cardia lah yang kumaksud.
Sampai detik ini aku masih belum berani mengajaknya berbicara. Daripada berdiam disini, cuaca semakin dingin, aku merasa tubuhku menggigil, lebih baik aku masuk kedalam kamar dan mengunci diri disana sepanjang malam. Mungkin esok Edment lah yang mengajakku berbicara.
YOU ARE READING
Beautiful Doctor
RomanceEdment Thwaites, adalah sosok laki-laki yang terlihat sempurna. Bahkan banyak yang mengatakan dirinya adalah seorang malaikat yang tak dapat terkena sakit dan semacamnya, tapi semua itu salah besar! Edment yang sesungguhnya hanyalah pria biasa yang...