-HAPPY READING!-
🍫🍫🍫
•••
"Maaf Nyonya, Tuan Angga tidak bisa diselamatkan." ucap seorang dokter yang menangani papa nya Ana.
"Kalau begitu saya permisi." pamit dokter tersebut, setelah itu meninggalkan Ana dan Amira.
"Sstt... Udah, jangan nangis." ucap Amira sambil mendekap Ana ke dalam pelukannya. Meskipun begitu, Amira sama terpukulnya dengan sang putri karena kehilangan sosok pelindung di keluarganya.
🍓🍓🍓
•••"Bego, lo pikir lo punya nyawa delapan?" tanya Dafa, namun tak ada respon dari Farel.
"..."
Aldi mendegus kesal dengan Farel, makhluk itu tampak tidak merasakan sakit setelah terjatuh dari motornya. "Lo nyaris mati, bisa-bisanya biasa aja."
"Ya terus gue harus gimana? Nangis kejer?" tanya Farel, sebelum sampai ke arena balap, Farel mengalami kecelakaan. Motornya melaju dengan kencang hingga tak sadar menabrak mobil yang kebetulan sedang melaju di jalur yang sama. Untungnya ia tidak mendapat luka serius.
Sang pengendara mobil pun untungnya tidak apa-apa, hanya saja ia meminta ganti rugi dengan nilai yang tak sedikit.
Farel tentu saja bersedia untuk ganti rugi, namun dapat dipastikan ia akan mendapat amarah dari kedua orangtuanya.
"Udahlah, kata dokter lo gak usah dirawat, jadi bisa pulang."
"Yaudah ayo." ujar Farel, mereka bertiga keluar dari ruangan serba putih tersebut.
Disaat kedua temannya pergi untuk membayar, Farel memilih duduk di kursi tunggu. Lukanya memang sudah diobati, tapi rasa sakitnya tentu saja terasa meski dirinya tak mengekspresikan rasa sakitnya.
Hingga, sudut matanya menangkap sosok yang ia kenali. berada di lorong yang lumayan jauh dari tempat Farel berdiam.
Dia sedang menangis, terlihat rapuh, dan tentunya sedang tidak baik-baik saja.
Ingin menghampiri, namun sadar. Dirinya bukanlah siapa-siapa.
🍫🍫🍫
•••
Esok harinya..."Ana!" panggil seseorang dengan begitu kencangnya.
"Apa?" tanya Ana ketus sambil menatap malas ke arah Rafa.
"Nanti sore, mau jalan sama gue gak?" tanya Rafa, tingkahnya sedikit mencurigakan, bocah SMA itu tampak gugup.
"Enggak." tolak Ana.
"Kok gitu, gue mau ngomongin sesuatu." ucap Rafa mulai serius.
Ana menghela napasnya berat, "Enggak, gue sibuk. Tugas gue lebih penting daripada nemenin lo jajan."
"Jahat banget, gue marah."
"Emangnya gue peduli?" tanya Ana, untung saja Rafa tidak bermental yupi, sekali sentak langsung ciut.
Rafa menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, seolah rasa gugup mendominasinya. "Dengerin gue dulu! Itu, jadi gini... Gue tuh gini ya, jadi--"
"Ngomong yang bener!" ucap Ana yang mulai kesal pada Rafa.
Rafa kembali diam. Ia harus mengatakan nya sebelum terlambat.
"Kalau ada yang mau diomongin, omongin sekarang." tuntut Ana berusaha sabar untuk meladeni bocah menyebalkan dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Princess, I'm Sorry! (Republish)
Teen Fiction"Aku menunggu seseorang yang hatinya sudah berpindah tempat dan melupakan semuanya dalam sekejap." "Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" "Pergi dan berbahagialah tanpaku" Pergi? Ya, ia akan pergi. Tapi tepat setelah kesalahannya d...