"bu, nanti malem pulang?" minhee menggigit kuku jarinya, pelampiasan rasa takutnya.
jawaban disebrang hanyalah suara-suara gesrak gusruk dan seseorang yang mengatakan kata-kata dalam bidang medis disana.
ibunya membuka telponnya tapi tak menjawab sama sekali.
minhee masih betah menunggu, dan setelah menunggu cukup lama, sang ibu menjawab pertanyaan minhee, "maaf ya dek, kayaknya ibu bakal nyampe rumah subuh-subuh."
"hmm, oke bu."
"mungkin nanti ayah bakal dat—oh, maaf dek, ibu tutup dulu ya."
"i—" bahkan minhee belum menjawab telfon sudah di tutup.
kali ini tangannya membuka kontak hp-nya dan mencari nama ayahnya, dan langsung menelponnya.
telfonnya langsung diangkat, dan minhee tidak bisa menahan kesenangannya, "yah, yah nanti pulang?"
hening.
"yah?" minhee terdiam di duduknya. lompatan senangnya terhenti.
"maaf, ya minhee. iya, ayah pulang nanti ngambil baju-baju, abis itu ayah bakal dinas 2 bulan keluar kota." balas ayahnya disebrang.
"mau minhee masakkan sesuatu yah?" katanya dengan senyum tak henti terpampang disana.
"kayaknya gak perlu, ayah cuma bentar doang, cuma buat ambil baju."
"oke, minhee tutup ya yah."
minhee menutup panggilannya. lalu mengalihkan atensinya pada dapur. dimana sudah banyak kudapan hangat yang baru saja matang. padahal minhee ingin menunjukkan nilai-nilai un-nya pada orang tuanya dan makan malam bersama. bahkan sampai jari-jari minhee tergores pisau beberapa kali. hanya untuk itu.
menghela napas, minhee memasukkan makanan ke tempat penyimpanan dan memasuki kamarnya.
pintu rumah minhee terbuka, minhee otomatis terbangun lalu melirik jam di hp-nya.
21:49
minhee ketiduran ternyata. segera minhee turun kebawah dan melihat siapa yang datang. hati minhee menjerit senang di saat ayahnya dengan setelan jas masuk ke rumahnya.
"malam yah!"
"malam, minhee." tanpa melihat wajah sang anak, ayah minhee langsung terburu-buru berjalan cepat ke arah kamarnya. dan sibuk membereskan perlengkapan.
"yah, udah makan?"
"udah."
"makan apa?"
"tadi sama rekan kerja."
"ooh, minhee—"
"minhee, diem dulu ya. ayah pusing, ayah abis ini harus buru-buru ke bandara."
"o-oke."
setelah ayahnya pergi, minhee kembali ke kamarnya dan melirik ke sebrang kaca jendela kamarnya.
oh, yunseong belum tidur, ia masih membaca komik selagi tiduran di kasur.
minhee segera mengetok kaca jendela dengan tongkat yang sering ia gunakan untuk mengetok kaca yunseong.
"MINHEE KESANA YA!!"
sampai di kamar yunseong, minhee segera masuk kedalam selimut yunseong dan memeluknya dari belakang.
sementara yunseong diam-diam mengelus pelan lengan minhee.
"kenapa?"
"cuma butuh kak yunseong."
yunseong tersenyum dan membalikkan badannya, keduanya saling bertatapan. yunseong merapikan rambut minhee yang sudah berantakan.
"kesepian, hm?"
"i-iya, minhee tidur disini ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
halycon
Fiksi Penggemar.YUNSEONG, MINHEE yunseong, si wajah teduh dan senyum sehangat mentari, milik minhee. nene,2019