[2]

43.6K 3.8K 774
                                    

.
.
.

Pak Doyoung benar-benar datang untuk menemui Mamah. Ia bahkan langsung datang ke restoran, dimana tempatku dan Bangchan bertemu. Biar kujelaskan siapa Bangchan itu. He is my friend, lebih tepatnya teman lama. Aku dan Bangchan satu sekolah saat SMP, tapi belum sampai kelas 9, ia pindah sekolah. Dan baru hari ini kami bertemu kembali. Aku bahkan baru tahu kalau Bangchan itu anak tante Seulgi-teman akrab Mamah.

Balik lagi ke Pak Doyoung. Ia datang ke restoran dua puluh menit setelah aku mengiriminya pesan. Aku bahkan tidak menyangka kalau Pak Doyoung akan secepat itu mendatangi Mamah, "Jadi kamu pacar Keira?" Tanya Mamah selidik pada Pak Doyoung.

Mataku membelalak lalu menggeleng ke arah Pak Doyoung, memberinya isyarat supaya dia tidak mengatakan sesuatu.

Tapi harapanku pupus saat Pak Doyoung malah berbicara omong kosong, "Iya. Saya pacar Keira tante. Maaf karena baru memberitahu tante," Ucapnya dengan yakin.

Mamah menghela napas, "Kenapa kamu nggak bilang dari dulu sih Kei kalau kamu punya pacar?"

Aku menunduk, "Maaf Mah."

"Kalau udah gini gimana? Mamah udah jodohin kamu sama Bangchan."

Tante Seulgi memegang tangan Mamah, "Nggak usah di permasalahin Ren, aku sama Bangchan nggak apa-apa," Katanya sambil tersenyum tipis.

Aku melirik ke arah Bangchan, pria itu juga sedang tersenyum kearahku, "Its okay, mungkin kita belum saatnya untuk bersatu Kei."

Aku benar-benar merasa tidak enak pada tante Seulgi, Bangchan, dan terutama Mamah. Aku telah membohongi mereka bertiga hari ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak mungkin membiarkan Bangchan menikah dengan wanita yang sudah ternodai sepertiku.

Setelah membicarakan semuanya baik-baik. Akhirnya kita semua mendapatkan sebuah keputusan. Aku dan Bangchan tidak jadi dijodohkan. Dengan syarat, Pak Doyoung harus menikahiku kelak.

Setelah mendengar keputusan itu, Pak Doyoung mendadak jadi pendiam. Ia bahkan tidak berbicara sepatah katapun padaku, "Bapak baik-baik aja kan?" Tanyaku sambil mengantar Pak Doyoung keluar dari restoran.

Pak Doyoung menggeleng, "Saya tidak baik-baik saja."

Aku mengernyitkan dahi, "Kenapa?"

"Kita bicarakan ini di mobil saya Kei," Aku mengangguk dan ikut masuk ke dalam mobil Pak Doyoung.

Pak Doyoung menghela napasnya. Kemudian ia membuka kancing atas kemejanya, "Saya tidak bisa menikahi kamu Keira."

Aku mengangguk paham. Lagian mana ada sih, orang tidak saling cinta tapi tiba-tiba di suruh nikah? Apalagi dalam waktu dekat.

"Nggak apa-apa kalau Bapak emang nggak bisa, lagian saya juga nggak mau nikah sama Bapak. Kecuali, kalau saya sampai hamil beneran, Bapak harus nikahin saya dan tanggung jawab," Aku tidak memaksa Pak Doyoung untuk menikahiku sekarang ini. Aku akan memintanya menikahiku kalau aku memang hamil. Tapi kalau aku tidak hamil, ya tidak ada pernikahan.

Dan aku berharap, semoga aku tidak hamil. Itu saja.

Pak Doyoung menunduk, "Saya juga tidak bisa menikahi kamu kalau kamu hamil."

Mataku membelalak. Apa maksudnya? Apa Pak Doyoung mau lari dari tanggung jawab?

"Maksud Bapak apa? Bapak mau lari dari tanggung jawab? Kalau saya sampai hamil, siapa yang mau tanggung jawab kalau bukan Bapak?" Tanyaku sedikit emosi.

"Tenang ya Kei. Lagipula belum tentu juga kamu hamil."

Memang belum tentu aku hamil. Tapi kalau aku hamil sungguhan bagaimana?

Dosen ; Kim Doyoung [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang