Sajak Ibu
Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makan yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku mengubah sayur murah jadi sedap
Dengan kebajikan, ibu mengenalkanku kepada tuhan
Karya Wiji Thukul
Seokjin melipat kertas toska hingga terbentuk bagian terkecil. Omong-omong, Kemarin guru sastranya memberi sebuah E-Book berisi kumpulan sajak dari mancanegara. Senang sekali. Kebetulan dua minggu yang akan datang hari orang tua, itulah mengapa seharian ini Seokjin rela meninggalkan Game digitalnya demi mencari puisi yang cocok untuk ibunya.
Seokjin sangat menyayangi ibunya.
Membaca ulang hasil tulisan tangannya yang terbilang tidak karuan, "Adik?" Netra bulatnya menerawang jauh menatap langit-langit kamar, "aku kan, tidak punya adik" Seokjin ingin mengganti kata yang menurutnya kurang cocok, tapi karena bolpoin tidak bisa dihapus dengan penghapus karet ia memilih untuk bertanya pada Seokjung yang menurutnya memiliki peralatan tulis lebih banyak.
Kaki kecilnya berpacu cepat menaiki anak tangga marmer yang cukup tinggi, sampai ia tiba di ambang pintu milik sang kakak.
"Hyung,"
Mengintip lewat kedua ekor matanya yang tajam, Seokjin mendapati Seokjung yang sedang sibuk dengan beberapa alat melukis, "Ada apa, jangan mengintip seperti itu" Seokjin menyembul dari balik pintu, sebenarnya ia juga tidak pernah mengganggu Seokjung. Tapi karena mendesak bocah itu rela melakukan apapun.
"Ini tulisan ku ada yang salah"
Ia mengerti kemauan Seokjin, remaja 10 tahun yang hobi menoreh warna itu siaga memperbaiki tulisan yang dimaksud, "Sudah,"
"-hai, matikan TV-nya lalu siap-siap tidur siang di kamarku!"
"Tidak mau! ingin menunggu ibu saja!" Berlari menjauhi Seokjung yang menurutnya hobi sekali memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Birth | KSJ
FanfictionSajak untuk ibu. "Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti." Ibu, oleh Kahlil Gibran. 17-08-19