Part Satu - Pemeran Utama

10.8K 748 152
                                    

Pemeran utama hati, pemicu detak jantung ini ...

Baru kini kusadari,

Setelah berlayar pergi ...

.

.

.

.

"Ini, undangan pernikahan. Aku menyempatkan datang untuk mampir dan melihat apa bos besar sepertimu bisa datang atau memilih untuk duduk di balik meja dan menitipkan amplop cap bibirnya pada orang lain?"

Haruno Sakura mendongak. Menatap sepasang manik biru yang berkilat dengan senyum di wajah manisnya. Uzumaki Naruto, menyapanya yang sedang duduk di kedai kopi seberang hotel miliknya.

"Hai."

Senyum Naruto lekas lebih lebar lagi saat dia ikut duduk, menyilangkan kaki dengan gaya khas. Ingatan Sakura tidak pernah pudar begitu saja tentang masa-masa remajanya. Termasuk Uzumaki Naruto, pemuda nakal yang gemar bersembunyi di gudang dan perpustakaan saat dia lupa mengejarkan PR atau mendapatkan nilai jelek dalam ulangan. Dia akan melarikan diri dari amukan guru bidang studi atau paling parah; membolos.

Dia dan Naruto ada di kelas yang sama saat kelas satu, dan berbeda kelas semenjak dia duduk di kelas dua dan kelas tiga. Tapi, pertemanan mereka yang dekat membuat Sakura tahu—putra pewaris Uzumaki Industries ini akan menikah dan melepas masa lajangnya sebentar lagi. Di usia yang matang, dua puluh tujuh tahun.

"Kau mengundang semua anak-anak SMA Moorim?"

Kepala kuning Naruto menggeleng dua kali. "Aku bukan anak tenar di sekolah," jelas sekali kalimat ini bernada sindiran bagi Sakura yang menyesap kopi latte dinginnya, memicing pada Naruto dengan dengusan.

"Tidak semua, Sakura. Aku hanya mengundang beberapa yang dekat. Dan guru-guru kita yang masih ada."

"Oh."

Sakura membaca nama yang tersemat di halaman depan undangan cantik ini. Undangan ini layak diberi apresiasi karena Naruto meminta desain yang luar biasa. Sesuai selera. Mengingat siapa pria itu sekarang, Sakura tidak terkejut.

"Hinata?" Alis Sakura terangkat satu. Ekspresi Naruto berubah jenaka ketika senyum lima jari dia berikan pada Sakura. "Hinata yang pintar, namun picik?"

"Sakura," panggil Naruto serak.

Sakura mengangkat tangan. Dia tertawa kemudian. "Oke. Oke. Maaf aku hanya bercanda. Sekali lagi, selamat. Aku tidak menyangka di antara kami, kau lebih dulu menikah. Ini bukan karena gadis itu tengah mengandung atau desakan dari keluarga besarmu, kan?"

Naruto mencibir. Membuat Sakura kembali tertawa. Berbicara dengan Naruto akan sesantai ini. Meski semua terasa berbeda. Tidak seperti belasan tahun lalu, tapi semua tetap sama.

Sifat seseorang tetap sama. Meski puluhan tahun berlalu.

Entahlah.

Sakura tidak yakin sekarang. Matanya mengerjap saat Naruto beranjak bangun, memiringkan kepala. "Usahakan jangan datang sendiri," godanya.

Sakura tidak bisa meladeni godaan pria berambut nyentrik itu lebih lama lagi. "Kau akan terkejut kalau aku membawa gandengan sekarang."

Naruto tertawa. Dia memegang perutnya dan menepuk bahu Sakura. "Oke. Aku akan menantikannya. Besok malam?"

Sakura menarik napas. Menyipit pada pria itu dengan lambaian tangan saat dia berdiri, mengantar Naruto yang langsung bergegas ke parkiran tamu untuk mengambil Audi miliknya dan berlalu pergi.

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang