Part Dua - Diantara Kalian

3.4K 583 240
                                    

"Kita pulang?"

Sakura memiringkan kepala. Menatap Yahiko yang sejak tadi hanya terpaku diam. Berdiri sembari menatapnya. Sorot mata itu perlahan berubah redup, dan Sakura menyadari bahwa pertemuannya dengan Sasuke, mungkin memberi isyarat yang amat nyata pada Yahiko bahwa mereka pernah menjalin hubungan di masa lalu.

Yahiko tidak pernah mengorek masa lalunya sama sekali. Karena dia berprinsip, semua orang memiliki masa lalu dan tidak perlu diumbar atau diberitahu pada pasangan di masa depan. Dan Sakura mengerti, kalau Yahiko kini mulai goyah. Pria itu menipiskan bibir, menatap matanya lekat. "Kita pulang."

Sakura tersenyum. Ketika Yahiko menggandeng tangannya, menyisir rambutnya yang masih terlihat tampan walau sedikit berantakan. Ketika Sakura akhirnya berpamitan pada Naruto, mengedip pada Ino dan mengangguk formal pada Hinata yang enggan membalas.

Ino tersenyum. Melambai pada Sakura ketika gadis cantik itu memutar badan, menyenggol bahu Naruto. "Kau mengundang Sasuke?"

Alis Naruto saling bertaut. Seakan dia tuli dan tidak mau peduli kalau Sakura dan Sasuke pernah ada dalam satu hubungan. "Kenapa memangnya? Aku dan Sasuke cukup dekat. Kami berada di kelas yang sama ada di kelas dua dan kelas tiga. Dia yang memberiku contekan fisika, ngomong-ngomong."

Ino mencibir. Menatap Naruto seraya mendesis. "Dasar bodoh."

Naruto hanya terkekeh. Dia mengangguk ketika Tuan Minato melambai ke arahnya, meminta Naruto untuk datang padanya seorang diri.

"Sebentar, aku tinggal dulu."

Ino mengangguk. Dia menatap pria bersetelan putih itu dalam diam. Tidak lama sampai Hinata memancing sesuatu yang tidak ingin Ino dengar tentang sahabat dekatnya.

"Aku tidak menyangka. Sasuke masih begitu berefek bagi gadis berego tinggi seperti Sakura."

Sai segera menoleh. Menatap Ino dengan antisipasi. Dia bukannya tidak tahu, mulut kekasihnya jauh lebih berisik dari ini. Dia sendiri tidak peduli jika Sakura—sahabat kekasihnya berkencan dengan siapa pun. Dan melihat istri Uzumaki Naruto tampak senang memancing amarah kekasihnya, Sai harus lebih waspada.

"Tutup mulutmu. Ini pernikahan sahabatku. Jangan buat aku harus mengacaukan pesta ini karena mulut harimaumu."

Hinata mendengus. Mengibaskan tangannya yang berbalut sarung tangan di hadapan Ino dengan angkuh. "Tidak ada sahabat lagi. Dia suamiku sekarang."

Alis Ino terangkat tinggi. "Sakura benar. Kau memang racun untuk Naruto. Dan aku sendiri belum paham, mengapa pula Naruto harus menikahi putri mantan bandar narkoba seperti dirimu? Di saat ada ratusan bahkan ribuan gadis yang setara dengan kami siap mengantri. Yang jelas, mereka tidak bermulut busuk sepertimu."

Hinata mendengus. Dia telah terbiasa mendengar kalimat cemoohan ini berulang kali. Tatapannya jatuh pada Uchiha Sasuke yang tengah menatap gadis bermata abu-abu, dimana sang gadis tampak bahagia dengan senyum yang terus-menerus melebar.

"Reputasi Sakura tidak lagi membuatku takut sekarang. Secara tidak langsung, aku dan dirinya setara."

Ino berusaha menahan tawa mengejeknya. Sepasang manik biru itu menatap Hinata penuh cela. "Kau berhalusinasi sekarang? Menikahi Uzumaki Naruto, belum tentu derajatmu naik. Dasar panjat sosial."

Sai lekas menarik tangan Ino untuk menjauh. Sebelum kekasihnya memancing keributan yang membuat mereka berdua malu. Atau lebih tepatnya, Naruto. Dia mengasihani Naruto jika pesta yang seharusnya penuh suka cita berakhir bencana karena Ino dan istrinya bertengkar.

"Kenapa, sih?"

Ino menepis tangan Sai dari tangannya. Dia menoleh, memicing pada Hinata. Seakan memberi gadis itu peringatan bahwa dia tidak seharusnya mencari masalah dengan mereka.

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang