Bab 2 - Him

21 6 5
                                    

        Matahari sudah berada dipenghujung hari. Tapi, acara pernikahan ini baru saja dimulai satu jam yang lalu. Kayra duduk diantara puluhan tamu yang sedang menyaksikan kedua mempelai yang tengah melepas satu pasang merpati putih ke alam bebas. Acaranya memang dilakukan dipinggir pantai. Dengan background lautan yang luas.

Setelah acara ijab kobul, dilanjutkan dengan sambutan dari keluarga dan beberapa kerabat untuk kedua mempelai, khususnya mempelai wanita. Setelah itu acara santai. Lantunan lagu jazz mengiringi suasana hangat acara private itu.

Kayra mulai memisahkan diri, menyisir tepi pantai. Mengasingkan diri dari keramaian. Deburan ombak yang menghantam karang mengiringi setiap langkah kesendiriannya. Dia suka ketika udara pantai mulai menyentuh permukaan kulitnya. Sejuk. Kakinya yang telanjang merasakan langsung dinginnya air pantai.

Di area pantai ini tentu tak banyak orang, sebab pantai ini private milik Hotel. Dan teman pemilik Hotel tengah merayakan acara pernikahannya dengan penuh privasi. Tak banyak orang yang menghadiri. Salah satu yang bisa menghadirinya adalah Kayra. Tentu saja Kayra hadir karena dia sepupunya.

Dia tidak mengerti kepada sepupunya itu. Ketika orang-orang diluar sana ingin menikah dengan mewah dan dihadiri ratusan bahkan ribuan orang. Sepupunya itu hanya ingin menikah di tepi pantai dan hanya dihadiri oleh keluarga dan beberapa kerabat saja.

Kayra menepi di ujung bagian barat pantai. Dia duduk tak beralaskan apapun, menatap senja yang kini malu-malu menampakkan dirinya. Matanya mulai terpejam ketika angin membelai permukaan wajahnya. Dalam pikirannya dia tengah membayangkan seseorang yang tengah ia rindukan.

Lama....

Atau mungkin sekitar lima menit.

Kayra membuka matanya ketika sadar seseorang mengahalangi cahaya senja. Dia terlonjak kaget untuk kedua kalinya, ketika sadar siapa yang berada dihadapannya itu. Laki-laki yang masih dengan senyuman yang sama, matanya yang akan selalu menyipit ketika tersenyum.

Siapa lagi kalau bukan Jimin, laki-laki yang terakhir kali dia liat secara nyata kemarin siang.

Dengan penuh kesadaran dia bangkit dari duduknya. merapikan dress peach-nya, menyingkirkan pasir pantai dari pantatnya. Lalu menyapa Jimin dengan suara kikuk, "Annyeonghaseyo." Kayra membungkukkan badannya.

Sedangkan laki-laki itu terkekeh renyah dengan tingkah Kayra yang gugup bertemu dengannya, "Tidak perlu seformal itu!"

Kayra tersenyum canggung menanggapi perkataan Jimin.

"Jimin-ssi kau tidak boleh kesini! Sejin Hyeong melarang kita kesini!" Kayra mengulum senyumnya. Dia tau siapa yang berbicara seperti itu pada Jimin, itu Jungkook. Selama ini dia hanya bisa melihat dan mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut sang maknae itu melalui ponsel canggihnya. Dan sekarang dia mendengarnya secara langsung, lucu sekali.

Jimin yang melihat Kayra menundukkan kepalanya sambil mengulum senyum langsung menghampiri Jungkook. Kayra mengikuti pergerakan Jimin, ternyata dibelakangnya bukan hanya ada Jungkook tapi juga Taehyung dengan muka datarnya.

Jimin yang sudah dihadapan Jungkook langsung menjepit kepala sang Maknae itu diketiaknya, menjitak kecil kepala Jungkook. Kayra dan Taehyung tertawa melihat mereka, Kayra tau kalau mereka hanya bercanda.

Dan bagaimana bisa Jimin bisa mengapit kepala Jungkook diketiaknya, yang notabenenya Jungkook lebih tinggi dari Jimin. Ah, sepertinya itu sebuah keajaiban yang diberikan Tuhan kepada Jimin karena Maknae itu tidak patuh kepada Hyeong-nya.

Mereka akhirnya berhenti dari pertikaian itu. Sama-sama menghela nafas karena lumayan kelelahan. Jimin kelelahan menahan kepala Jungkook diketiaknya, sedangkan sang maknae kelelahan karena mentertawakan Hyeong-nya.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang